Pada sebuah perempatan dekat kantor tadi pagi, kulihat zebra cross yang baru selesai dicat ulang. Warnanya putih mencolok, kontras dengan legamnya aspal di selanya.
Hidup ini perkara kita mau melihatnya seperti apa.
Orang pemalas berpikir “Kerja itu sia-sia toh akhirnya mati juga!”
Orang giat berkomentar “Hidup untuk yang lebih baik!”
Tapi hakikinya, mana pendapat yang lebih benar? Katakanlah hidup untuk kesia-siaan, tapi dari zebra cross aku belajar bahwa setidaknya, meski ia akan kembali kusam terkena tapak karet ban mobil dan catnya banyak mengelupas tersorot mentari, untuk itulah ia diadakan. Supaya, hari selalu tampak baru dan ketika saatnya perlu diperbaharui lagi, para pengecat zebracross mendapat pekerjaan lagi, mendapat rejeki lagi.
Demikian terus-menerus… hingga Tuhan meng-klik tombol “KIAMAT” menyelesaikan semuanya, memutus mata rantai kita semua.
Nah, jelas sudah bagi kalian, aku termasuk orang yang giat.? Kan?
Zebra? Hambok kangguru wae..
*ndleming dan merasa sia-sia komentar* :(
Hmm.
Karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, menggunakan waktu dgn kemalasan dan kesia2an jelas sebuah kebodohan. Kita yang menentukan hidup kita akan mau jadi seperti apa.
Simple tapi dalam. Suka dan juga akan menyenangkan jika saling kenal. Tapi dari sini sudah mulai bisa ku ucap, “Salam Kenal” Mas Donny :)
Bener banget Kang…
“Urip iki gumantung kumandhanging telengan…!” disinilah ‘intuisi’ itu bermain.
Ketika kita sudah memandangnya menjadi hal yang sia-sia yawis bakal kelaut aja sono, toh segala yang dilakukan pasti dah gak ada semangat lagi untuk menuai hasil terbaik.
Maka itu aku dulu sempet kesel ama teman yang susah kalo disuruh mandi malah ngejawab “Mandi ya buat apa sih…? Entar lagi juga kotor ini..!”
Lahh…???
“Kalo gitu gak usah hidup aja sisan wong akhire mengko ya bakal modyar…!” Ujarku… :P
Nuwun…
Kalau semua orang berpikir begini, “buat apa hidup kalau nanti toh semua orang akan mati”, apa jadinya dunia ini ya..?
rejekine wong si ngecat yo kang ;)
hidup itu konon ada dinamikanya, mas don. kalau kerja dianggap sia-sia sudah pasti sekolah sudah lama tutup, hehe …..
yahya juga harus berteriak-teriak di padang gurun
Kalau berfikir pasti mati terus sekalian aja gak kerja gak nikah dan gak ngapa ngapainn beres deh.. taoi emg mau hidup seperti itu? klo aku mah ogah..
kerja giat disini penting soalnya harga bir disini mahal di bandingkan negara lain….haaaa…gak nyambung yah….
Mikir2, mikir lagi,…. eh,… besoknya mati!
Seperti zebra cross yang disini tak digunakan orang untuk menyebrang, cat habis tergilas roda kenderaan, bukan pijakan kaki :(
setuju! … untuk Hidup yang Lebih Baik!