Yuk menjadi berkat bagi sesama seperti Maria

21 Des 2017 | Kabar Baik

Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. (Lukas 1:44)

Hari ini, seperti ditulis Lukas, Maria yang sedang mengandung Yesus mengunjungi Elizabeth, sepupunya yang juga sedang hamil. Ketika Maria memberi salam, melonjaklah bayi yang ada dalam kandungan Elizabeth dan wanita istri Zakharia itupun dipenuhi Roh Kudus.

Maria menjadi berkat bagi Elizabeth karena Yesus yang dikandungnya. Kitapun dituntut untuk menjadi berkat bagi sesama karena kita juga ?mengandung? Yesus.

Hah? Kita mengandung Yesus?
Yup! Tentu bukan dalam arti ?hamil? tapi karena kita dibaptis, kita percaya dan setiap ekaristi kita menerima Tubuh dan DarahNya, bukankah tidak salah kalau kubilang kitapun ?mengandung? Yesus?

Kawans,
hari-hari ini, politik seolah menjadi bumbu mesiu yang sanggup menghancurkan apa saja. Apapun jika dibumbui politik bisa jadi runyam adanya.

Orang menjauhi teman karena beda pandangan politik. Sekelompok umat beragama jadi lebih gampang memusuhi umat lainnya karena hal-hal agamis yang suci pun kadang dimasukkan ke dalam adonan politik.

Hal ini diperburuk dengan munculnya ragam penulis ?online? yang getol menuliskan hal-hal berbau politik dan memihak pada tokoh yang mereka anggap benar dan baik (entah baik beneran ataupun baik karena membayar).

Hingga di situ tak salah. Tapi ketika ia menjatuhkan tokoh-tokoh ?seberang? dan orang-orang yang berseberangan, akibatnya fatal! Jurang kebencian antar-kaum makin lebar dan persatuan layaknya fatamorgana, makin jauh nyata.

Mari kita bertanya dalam hati, adakah orang-orang seperti itu masih layak dianggap jadi berkat bagi sesama? Bukankah ?sesama? itu mengacu pada semua insan manusia yang tak harus sama visi politik, sama pilihan serta sama agamanya?

Tak bisakah kita membela orang baik tanpa membenci orang yang kita anggap tak baik?

Tak bisakah kita menjunjung kaum yang benar tanpa harus menginjak kepala mereka yang kita persalahkan?

Tak bisakah kita membela nilai-nilai kebenaran tapi tetap bersikap baik dan penuh kasih terhadap siapapun tanpa terkecuali?

Aku ingin menutup renungan ini dengan mengibaratkan kuah sayur dan garam. Ketika aku menyeruput kuah dan rasa asin kucecap di sana, aku tahu ada kandungan garam di dalamnya.

Ketika kita bertemu orang dan mendapati orang tersebut tak bersahabat, cenderung kasar dan memusuhi serta melukai orang lain, meski di KTP tertulis beragama kristiani, adakah kita percaya bahwa ada ?kandungan? Kristus di dalam hati orang itu?

Mari semakin jadi berkat bagi sesama!

Sydney, 21 Desember 2017

Jangan lupa mengisi survey Renungan Kabar Baik 2017 di sini.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.