Sejak beberapa bulan lalu, aku makin bijak menggunakan fasilitas mention. Aku berhati-hati nge-mention seseorang di social media baik dalam postingan maupun komentar.

Mention kawan lama, apa salahnya?
Jadi ceritanya gini, waktu masih tinggal di Indonesia dulu, aku berteman akrab dengan Rudi dan Anto. Keduanya nama samaran tentu saja. Ketika masuk ke social media, kami pun tetap berkawan. Beberapa kali dulu kami terlibat dalam interaksi…
Nah, sekitar tiga bulan lalu, Rudi mengunggah postingan status di Facebook. Karena lagi iseng, aku mengomentarinya. Kehangatan pun terpantik. Kami sahut-menyahut di kolom komentar. Lalu barangkali karena hasrat nostalgia membubung tinggi, aku lantas nge-mention Anto. Berharap percakapan jadi lebih hangat lagi. Tapi kehangatan justru padam. Rudi tak menyahuti komentar sebaris pun sesudah itu!
Awalnya kucuekin. Kupikir baik Rudi maupun Anto pasti sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Tapi sehari kemudian, Anto menghubungiku, “Don! Kemarin Si Rudi diem aja, kan? Hehehe…”
Anto lantas menjelaskan bahwa ia memang sudah cukup lama ‘diem-dieman’ dengan Rudi karena satu hal.
Yuk lebih bijak!
Pengalaman itu membuatku bersikap lebih bijak dalam menggunakan fasilitas mention di social media. Nggak semua orang punya hubungan yang sama dengan yang terakhir kali kita ketahui bagaimana mereka berhubungan.
Orang-orang yang semula saling bermusuhan bisa terlihat akrab dan duduk satu meja hari berikutnya. Sebaliknya, orang-orang yang semula duduk seperjamuan dengan kita bisa jadi tak saling tegur sapa beberapa menit sesudahnya.
Sebenarnya aku sempat terpancing untuk bertanya lebih jauh atau setidaknya mengkonfirmasikan hal itu ke Rudi tentang hubungannya dengan Anto. Dengan membawa alasan, “Kita toh teman deket!” bisa saja aku protes ke Anto kenapa dia nggak bilang ke aku sejak sebelumnya…
Tapi bersyukur hal itu tak jadi kusampaikan.
Aku berpikir, kalau menurut mereka penting untuk memberitahukan update hubungan mereka kepadaku, bukankah hal itu tentu sudah dilakukannya sejak dulu?
Setiap kedekatan sebuah relasi memiliki konteks dan sayangnya tertera pula tanggal kadaluwarsa-nya. Tak perlu disesali karena yang lebih penting adalah hal apa yang bisa dipelajari.
Begitulah.
Kalau orang bilang bahwa pertemanan itu ada seleksi alam, ya memang benar soalnya selama hidup ada interaksi dan mungkin saja ada yang tak cocok lama-lama ya. Katanya semakin nambah usia pun jadi gampang sensi, haha..
Aku sekarang juga tidak terlalu terlibat di grup2 alumni, karena seringkali obrolan online itu bisa salah dipahami.