Yesus mengalahkan dunia? Simak setidaknya lima bukti yang menguatkannya!

29 Mei 2017 | Kabar Baik

Kabar Baik Hari Ini, 29 Mei 2017

Yohanes 16:29 – 33
Kata murid-murid-Nya: “Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan.

Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.”

Jawab Yesus kepada mereka: “Percayakah kamu sekarang?

Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”

Renungan

Penggalan terakhir Kabar Baik hari ini menyiratkan kepercayaan diri yang teramat-sangat dari Yesus. Ia berkata, “Aku telah mengalahkan dunia.”

Benarkah Ia mengalahkan dunia? Jika benar, kenapa justru Ia yang disalib hingga mati?

Yesus mengalahkan dunia dengan cara memporak-porandakan aturan-aturan duniawi baik dari sisi konseptual maupun pelaksanaan. KemenanganNya bukan kemenangan ala sepakbola dimana mereka yang melesakkan bola paling banyak ke gawang lawan adalah yang menang. KemenanganNya didapat justru dari kerelaanNya untuk mengorbankan diri karena ketidaksudianNya untuk tunduk pada aturan-aturan duniawi tersebut.

Dari sekian banyak hal, lima hal yang kuingat tentang bagaimana Ia mengalahkan dunia adalah sebagai berikut:

#1 Ditampar pipi kanan? Berikan pipi kirimu! (Matius 5:39)

Ditampar pipi? Balas dong! Mata bayar mata, tampar balas tampar!
Itulah hukum dunia! Yesus memperbaharuinya dengan sesuatu yang baru: ditampar pipi kanan, berikan pipi kirimu!

Ajaran yang terutama adalah mengalah untuk menang.
Kita tahu ‘level dunia’ hanya pada batasan nafsu. Jika dengan memberikan pipi kita yang satunya lagi akan memuaskan nafsu mereka, bukankah orang lain jadi tahu seberapa rendah ‘tingkat kepuasan’ mereka.

Siapa yang menang?

#2 Siapa yang lebih dulu berdosa, silakan melempar! (Yohanes 8:2-11)

Perempuan berzina? Rajam hingga mati hukumnya!

Saat orang-orang Farisi mendatangi hendak melempar, Yesus diam sejenak. Ia tak melarang malah mempersilakan yang hendak melanjutkan rajaman dengan satu syarat “Siapa yang paling tak berdosa silakan melempar.”

Lihatlah seberapa kerasnya hidup seorang transgender! Mentang-mentang mereka itu ‘berbeda’ bukan berarti kita berhak untuk menghakimi, menghukum dan melecehkan seolah kita ini tak punya dosa.

Yesus menawarkan keselamatan, bukan penghakiman. Keselamatan yang Ia tawarkan adalah keselamatan yang kontemplatif, melongok pada kedalaman diri sendiri, adakah diri ini sudah lebih bersih dan lebih tak berdosa sehingga kita berhak menghakimi?

Who am I to judge? Siapa pemenangnya?

#3 Mendoakan yang menyalibkanNya (Lukas 23:34)

Tergantung disalib atas kesalahan yang tak pernah Ia lakukan, boro-boro mendoakan, barangkali kalau aku jadi Dia, aku akan mengutuk. Tapi Yesus bukanlah aku karena aku hanya debu di alas kakiNya.

Ia malah mendoakan kepada Bapa supaya mereka diampuni karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan.

Yesus lagi-lagi menang telak di sini. Kasih yang Ia tawarkan adalah kasih yang sempurna, bukan kasih yang memilih-milih. Kasih yang menutup mata terhadap beda, kasih yang menyatukan.

Lagi-lagi, siapa pemenangnya?

#4 Murid-murid yang biasa (Yoh 21:1-14)

Yesus tidak memilih murid-murid Yohanes Pembaptis meski kalau Ia mau, hal itu bisa saja terjadi karena toh Yohanes pun sudah mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan.

Ia juga tidak memilih jebolan Farisi untuk jadi seorang dari rasulNya yang sudah tahu dengan detail aturan demi aturan Taurat yang diwariskan Musa kepada Israel.

Secara radikal Ia malah memilih orang-orang biasa, para nelayan dan kerabat-kerabat lainnya. Bahkan yang lantas diangkat menjadi yang terutama pun adalah Petrus yang emosian, gampang goyah dan…lagi-lagi seorang nelayan!

Dunia memandang sesuatu secara stereotipikal bahwa yang bagus adalah mereka yang tampak menjaga penampilan, bahwa mereka yang santun pasti jujur… Yesus memutarbalikkannya.

Meski Yudas adalah seorang pengkhianat, tapi sebelas murid lainnya adalah orang-orang biasa yang lantas diubah menjadi luar biasa! Setelah Yesus naik ke surga, merekalah yang meneruskan pelayanan dan menyebarkan Kabar Baik hingga ke ujung dunia, hingga ke ujung usia mereka masing-masing.

#5 Disalibkan (Lukas 22:14-23:56)

Tak ada yang diragukan dari hal yang satu ini. Puncak cinta kasihNya melibas telak tak terhingga kekuatan dunia yang tak mengenal cinta!

Ia disalibkan, dan kerelaanNya menampar kesombongan dunia! Dan ketika akhirnya Ia bangkit dari alam maut, lagi-lagi dunia yang hanya mengenal kematian tanpa hidup abadi jatuh berkeping-keping karena Yesus membuktikan bahwa maut bukanlah akhir. Maut hanyalah awal untuk kehidupan abadi.

Ada lagi yang perlu diragukan dari kemenanganNya atas dunia?
Yang benar saja!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.