“…Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
(Matius 25:13)
Perumpamaan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana kerap diidentikkan dengan Hari Kedatangan Tuhan.
Tak salah, tapi mari saat ini kita ambil sudut pandang lain tentang bagaimana mengaplikasikan perumpamaan indah yang disampaikan Yesus itu dalam keseharian.
Jabatan, pangkat dan kekayaan itu juga adalah berkat dari Tuhan. Betul? Jika demikian kenapa kita tak mempersiapkan diri untuk menjadi orang bijak ketika berkat itu datang?
Aku salut dengan kawanku.
Dulu ia cuma guru honorer, lulusan STM. Tapi meski demikian, etos kerjanya melebihi guru-guru yang sudah diangkat jadi PNS di sekolah tempatnya bekerja. Saat guru-guru lain bermalas-malasan, kawanku ini tekun bekerja sambil belajar.
Tak heran, ia begitu cepat diangkat jadi PNS. Tak berhenti di situ, kawanku tadi meski sudah PNS kerjanya jadi tak melempem dan terus terpacu untuk memberikan yang terbaik. Departemen meliriknya, ia diganjar hadiah untuk studi di luar negeri, dibiayai!
Di luar negeri, lagi-lagi, ia tak berleha-leha. Melanjutkan belajar dengan serius, ia paham sungguh bahwa ketika pulang nanti, ada begitu banyak harapan yang ada di pundaknya sebagai bentuk pertanggunganjawab atas segala fasilitas belajar gratis yang diberikan kepadanya.
Dua tahun kemudian, ia pulang ke Indonesia, tak sampai lama jabatan tinggi diraihnya meninggalkan guru-guru malas yang ada di sekolah tempatnya pertama kali bekerja dulu.
Kawanku ini barangkali tak memperkirakan jabatan itu hadir pada sekujur mimpinya dulu. Tapi terlepas dari itu ia telah melumuri seluruh waktu kerjanya dengan keseriusan dan ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Bagiku, kawanku itu adalah contoh dari gadis bijak. Ia tak tahu apakah kesempatan untuk naik pangkat bahkan untuk disekolahkan akan tiba, yang ia tahu adalah mengerjakan yang terbaik.
Bayangkan jika ia adalah gadis bodoh. Ia juga tak tahu apakah kesempatan untuk naik pangkat bahkan untuk disekolahkan akan jadi bagiannya tapi ia memutuskan untuk berleha-leha, tak bekerja serius, maunya gampang dan serba instan yang penting untung besar.
Tapi ketika akhirnya ia diberi kenaikan pangkat dan disekolahkan, sisi duniawinya senang meski batinnya merintih gelagapan karena ia tak menyiapkan diri sama sekali untuk mendapatkan berkat sebesar ini?
Tak jarang kalau kemudian banyak orang yang bodoh seperti itu akhirnya menanggapi jabatan sebagai lumbung kekayaan dan naga-naganya diringkus KPK. Kenapa? Karena hanya sisi duniawinya yang senang dan menanggapi tanpa pernah memikirkan sisi batiniah, apa yang dikehendaki Tuhan dengan berkat yang diberikan.
Jadi? Kalau kamu bermimpi untuk diberi jabatan dan berkat dari Tuhan dahuluilah realisasi mimpi itu dengan berbagai persiapan. Persiapan sebaik-baiknya dan fokus pada peningkatan kualitas diri. Ibaratnya, kamu pengen kaya tapi mental kamu masih miskin, meski luarannya tampak kaya hatimu tetap miskin kan?
Sydney, 1 September 2017
0 Komentar