Yakin ini asli?

3 Apr 2014 | Australia, Cetusan

Pengalaman berbelanja di pasar tradisional ketika jaman sudah se-modern sekarang dan kata-kata ?belanja? seolah dirampas oleh supermarket-supermarket berkapital besar adalah sesuatu yang sangat berharga. Terlebih hal itu dilakukan di negara tempatku tinggal sekarang yang what-so-called adalah negara maju, Australia.

Sekitar sebulan lalu kaki kananku terkilir dan aku butuh tukang urut plus akupuntur untuk menyembuhkannya.?Kalau di Jogja mudah, tinggal pergi ke Bang Udin di nJambon sana lalu tinggal tahan sakit sebentar, ?mak krek? lalu sembuh! Tapi di Australia?

Seorang kawan menyodorkan sebuah nama, ?Mr Xiao Massage, nama tempatnya!?

?Dimana ini??
?Di Parklea Market!?

?Di pasar??

O well, tak ada pilihan lain.
Semula aku membayangkan tempat pijat yang nyaman kalau nggak di mall ya di tempat prakteknya sendiri di rumah, tapi ini di pasar?

ini pintu depannya

ini pintu depannya

Aku pernah ke Parklea Market tapi itu sudah lama sekali, barangkali tiga tahunan lalu dan tak meninggalkan kesan yang mendalam karena namanya juga pasar jauh dari kata nyaman ketika kenyamanan telah terlanjur kita sematkan pada segala sesuatu yang lebih modern.

Tapi aku tak ada pilihan lain. Demi hilangnya rasa nyeri yang waktu itu sudah menjalar sampai ke punggung bagian bawah, aku pergi seorang diri ke Parklea Market, sekitar 30 km sisi timur laut kota Sydney di dusun Parklea.

Pasar Parklea berdiri di satu lahan yang luas. Aku tak bisa mengukurnya secara pasti tapi bandingannya barangkali seluas dua kali stadion Mandala Krida Jogja. Ruang parkir memakan tempat paling banyak kira-kira ? dari seluruh areal.

Bentuk bangunannya sendiri seperti gudang besar dengan model atap melengkung. Kalau tak ada tulisan PARKLEA MARKET di atapnya barangkali aku akan mengira itu adalah hanggar pesawat terbang dengan atap yang tinggi ber-rangka baja.

Pasar ini tidak buka saban hari. Ia hanya buka setiap Jumat-Sabtu dan Minggu. Alasannya mudah ditebak karena siapa yang mau berbelanja di hari biasa karena rata-rata semua orang Australia dari senin-jumat sibuk bekerja dan bagi kami, belanja itu cukup seminggu sekali.

Di point ini aku lantas membayangkan, mungkin begitu juga konsep pasar-pasar di Jawa yang dulu hanya buka tiap hari weton-weton khusus hingga nama pasar pun diidentikkan dengan hari bukanya, Pasar Pon, Pasar Wage, Pasar Kliwon?

Sesampainya di Parklea Market, segera setelah memarkir mobil aku masuk ke dalam bangunan pasar. Waktu itu mendekati tengah hari, hari Minggu, ramai orang menyemut di sana-sini.

Tujuan pertamaku tentu langsung ke Mr Xiao dan aku harus mendapati kenyataan bahwa aku harus mengantri kurang lebih dua jam kalau mau pijat langsung ke pemiliknya, Xiao.

mr xiao!

mr xiao!

Deal!
Selain karena rekomendasi kawanku hanya mau dipijat oleh Xiao, tiba-tiba aku berpikir alangkah baiknya jika kumanfaatkan kesempatan ini untuk jalan-jalan ke seluruh areal Parklea Market meski dengan kaki pincang dan suasana pasar yang sangat ramai.

Hal pertama yang mengesankanku pengaturan bahwa stall-stall di bagian paling luar yang bertepian dengan tembok diutamakan untuk penjual makanan dan minuman.

Hal ini membuat kesan seolah kalau kalian capek berbelanja, tinggal jalan menuju sisi terluar gedung dan kamu akan mendapatkan makanan dan minuman dengan harga yang jauh di bawah harga rata-rata restaurant di luar sana.

Pagi itu aku memilih jagung rebus yang dijual di dekat pintu utama oleh migran yang barangkali berasal dari India atau negara di sekitarnya. Tak tanggung-tanggung aku memesan dua batang plus sekaleng minuman.

Dari situ aku bergerak ke kiri, menemui lahan yang diperuntukkan pedagang penjual bahan makanan mentah seperti sayur-sayuran, buah serta aneka daging-dagingan.

Ke sisi yang lebih dalam lagi, aku menemui bagian penjual hewan peliharaan seperti kelinci, anak kucing, anak anjing, dan burung termasuk peralatan perlengkapannya seperti pakan ternak dan kandang.

Lalu di belakangnya lagi aku bertemu sekelompok penjual tanaman hias beserta pot-pot dan tanah subur yang dijual dalam kantong plastik.

Mentok ke belakang lalu mengular ke arah kanan kita akan menemui stall penjual pakaian mulai dari baju kerja murah-meriah (harganya sekitar $5 – $10 padahal diluar sekitar $25 ke atas) hingga souvenir khas Australia seperti boomerang, kaos, sweater, pembuka botol dan gantungan kunci yang barangkali banyak dibeli para migran yang hendak pulang berlibur ke negara asalnya.

Di sisi yang lebih depan lagi adalah bidang para penjual peralatan elektronik, handphone dan lainnya. Tapi sebenarnya tak semuanya benar-benar tertata rapi dalam bidang-bidang seperti itu, ada juga satu-dua yang nyempil, beda di tengah yang lainnya.

Hal unik yang kutemui di sana adalah tempat jual jasa pembacaan kartu tarot (ramal nasib). Ini tentu ?wow? sekali dan agak ?out of topic? sebenarnya.

Bayangkan, orang datang ke pasar untuk membeli kebutuhan lalu tiba-tiba berpikiran, ?Oh, aku merasa ada yang aneh dalam hidupku.. aku ingin dibaca masa depanku oleh tukang tarot!? lalu mampirlah ia ke tempat itu. Abstrak dan so random, bukan?

Hal unik lainnya adalah wahana mainan anak-anak.
Aku sudah sering mengatakan bahwa tradisi memiliki pembantu rumah tangga ataupun profesional baby sitter di sini memang tak lazim. Jadi, kami biasa membawa anak-anak kemanapun pergi termasuk berbelanja ke pasar. Nah, barangkali orang lantas berpikir bagaimana supaya anak-anakku tak bosan dan aku juga bisa menikmati belanja adalah dengan menitipkan anak-anak ke wahana permainan sehingga mereka bahagia dan kita juga lega untuk berbelanja.

Tapi aku sempat terpaku berada di depan sebuah kubus yang barangkali seukuran 25m3 dan ramai orang mengerubunginya. Semula aku tak tahu apa yang ditawarkan karena ada suara seru nan gaduh dari dalam kubus itu.

Setelah kubaca pelan-pelan, ternyata? ya ampun kubus itu adalah bioskop mini berkonsep 3D lengkap dengan kursi berpengaman yang bisa bergerak-gerak mungkin disesuaikan dengan alur film. Kreatif tapi tetap so random kan? Secara itu kan di pasar gitu lhoh!!!

Nah tapi yang akan kuceritakan ini bukan sesuatu yang random tapi akan kupakai sebagai ?gong? tulisan kali ini.

Setelah lelah berkeliling, mataku sekali lagi terpaku pada sebuah stall yang menjual handphone dan alat-alat elektronik.

Sebuah kotak headphone merk ternama yang sangat kuhafal harganya hampir mencapai $500 di toko, disitu kutemui dengan label harga fantastis, ?ONLY $50!? katanya.

Sebelum masuk ke stall itu aku merogoh kantong memastikan bahwa aku punya spare $50 jaga-jaga kalau aku benar-benar nggak bisa menghindari godaan berbelanja ?barang bagus? itu.

?Wow! Is it for real?? tanyaku.
Penjualnya senyam-senyum sambil menawarkanku untuk mencoba headphone itu.

Aku lantas mengeluarkan headphone itu dari box-nya, menggenggam dan mengamati lalu mengenakannya dan aku berada di posisi beberapa milisecond sebelum memutuskan membelinya hingga tiba-tiba sebuah pertanyaan lama.. sangat lama yang sudah tak pernah muncul ke otak sadarku menyeruak maju mempertanyakan ke diriku sendiri,
?Don, yakin barang yang mau kamu beli itu asli dan bukannya palsu??

Oh my God! Aku ingat pertanyaan seperti itu dulu.. duluuu sekali muncul ketika misalnya aku sedang berada di Malioboro Mall, menemui sebuah toko baju dengan merk-merk ternama tapi diskon sepanjang tahun hingga menerbitkan pertanyaan yang sama, ?Yakin ini barang asli??

Atau kalau mau yang lebih lama lagi adalah pengalaman waktu SMA dulu. Waktu sepatu boots DrMartens sedang menggejala di Jogja dan setiap ada orang yang tampangnya tak meyakinkan mengenakan sepatu yang what-so-looked-like DrMartens dan aku menggumam, ?Yakin ini barang asli??

Aku segera melepas headphone itu.
Inginku bertanya apakah ini asli atau palsu, tapi kuyakin apapun jawabannya aku telah membangun benteng untuk tidak mempercayainya.

?Loh, nggak jadi??
Aku hanya tersenyum dan menggeleng lalu berjalan keluar. Sementara itu di sebelahnya adalah toko yang menjual baju jersey klub bola basket, NBA. Di sana harga dipatok hanya $25 walau kutahu diluar harganya $100.

Aku toh tak merasa perlu mencobanya karena takut mendapatkan sensasi yang sama seperti kurasakan ketika mencoba headphone tadi.. ?Yakin ini asli??

Eh btw, waktu di toko souvenir aku menemukan barang unik! Pembuka botol (opener) dengan hiasan dari Kangaroo scrotum! Kalian tahu apa itu scrotum kan? Itu adalah kantong buah zakar dari Kangguru pejantan.

Bentuknya seperti di bawah ini!

gambar diambil dari souveniraustralia.com

Kalian mau? Kalau mau, akan akan belikan dan kuberikan ketika pulang berlibur ke Indonesia nanti. Tapi aku hanya akan membelikan satu buah saja untuk satu orang dengan alasan terbaik kenapa aku harus membelikannya.

Jadi tuliskan alasan kalian di kolom komentar di bawah ini. Yang menang akan kuhubungi secara japri!

Sebarluaskan!

29 Komentar

  1. Karna aku tau kalo buah zakar Kangguru itu seperti buah zakarmu kang,hahaa..

    Balas
    • Ini ngga mungkin menang :D

      Balas
  2. Wahaha.. bottle openernya nggilani :))

    Balas
    • Mbayangke mbukak botol sambil ngremet pringsilan, Sob :D

      Balas
  3. yakin.. itu asliii? (dari kangguru beneran) hahahahahahaaaaa

    Balas
    • mas guru :)

      Balas
  4. bajilak, pringsilan kangguru.. wahahahaha..

    Balas
    • Kowe ngilang neng endi wae?

      Balas
  5. aaaaaakkk…sumpah keren !!! barang antik yang kalok mo dipajang di Gorontalo sini, pasti gak ada duanya. ^_^

    Balas
    • Wakakakak menarik ini komennya.. :)

      Balas
  6. Wes, beli satu kasih ke aku mas Don.

    Karena tanpa dimensen ditwitter pun aku rutin nongkrong neng kene setiap kamis dan senin #hamboktenin

    Balas
    • Wakakakakaka…. tunggu.. tunggu… :D

      Balas
  7. Whoaaa.. Aku mau tau rasanya pegang bijik kangguru om! Kalau nekad pegang bijik kang-guru alias mas-mas-guru beneran, bisa ditampol bolak-balik pake penggaris kayu yang panjangnya semeter itu.. (–“)

    Balas
    • Wakakakaka… kamu sukanya diceples ya? :D

      Balas
  8. Karena aku udah mau manggil mas don pake “mas” bukan “om” lagi. Karena aku sadar mas don masih berjiwa sangat muda dan masih nJeBeni (n-JB-ni)(cah JB kan murah hati kan mas?)

    Balas
    • Ini komentar terburuk, menurutku! Terlebih untuk seorang anak JB sepertimu hahaha :))

      Balas
  9. Ini menarik Don, bayangan banyak warga dunia ketiga akan pasar di negara maju itu semacam mall dan kompleks pertokoan. Ga ngira bahwa ada juga pasar tradisional ala klithikan disana.
    Eniwei Bang Udin nJambon setahuku sudah almarhum.

    Balas
    • eh aku ora gelem bukaan digawani botol’e, trimo botol sing ono isine wae :D :D

      Balas
      • Botol sing ono isine? uyuh? wahakakakaka :)

        Balas
    • Bang Udin udah almarhum? Really? lha njuk para pemain PSIM nek pijet urut da mana?

      Balas
  10. Huahahahaha, ane selalu menikmti tulisan mu bero
    Hal seperti ditas benernya auranya sama saat kita pas ke pasar legi kota gedhe. Walau aslinya itu adalah pasaran buat jual beli hewan. Namun saat kita disana kita akan di suguhi orang2 yang berjualan baju, sofenir, alat2 tukang, alat alat belajar yang dipaketin bahkan ada yang jualan minuman jamu tangkur buaya dll. Sesekali juga pasti kamu ketemu orang yang bisa ngeramal. kalau di ostrali tempatmu sana 40$ kalau di pasar legi paling cuma 1$ an. Bahkan kamu bisa beli jimat dan pegangan sekalian. dulu awal awal kaskus kalau jual jimat dll di kaskus ane kulakane pas legi :mrgreen: . Hal kayak gini juga sama kalau kita berkunjung ke Sekaten jogja, itu malah bener bener plek dengan apa yang kamu temui di parklea markets itu :mrgreen:

    Tapi melihat tempat e yang kayak e asik dan nyaman gitu model model nya kerasa kayak di brengharjo , klitikan atau di toko barkas jakal :mrgreen: . indor didalem ruangan dan keliatan rapi. Ane yakin kalau semua pasar2 bisa kayak gitu pasti akan makin banyak orang belanja dipasar. Tapi kalau gak bau pasar tradisional itu gak nganeni :mrgreen:

    Terus pertanyaan ane ente jadi pijet enggak itu? Kapan kapan pijet di Janti dijamin langsung sembuh luar dalem :mrgreen: .

    Dan babagan pembuka botol itu berbentuk pringsilan itu kalau di jogja gantungane buntut kambing, sapi atau kuda. Tapi kayak e bukaane itu enak kalau di sambil di remet remet. gek itu daleme isine opo :mrgreen: . ?Yakin ini barang asli?? Huhahahaha :mrgreen:

    Balas
    • Hahaha situ emang jawara… kalo dalam soal typo ;))))
      Nganu, pijet di nJanti itu maksude irigasi atau pertigaan depan perumahan Yadara? Eh itu udah masuk mbabarsari ding wakakakakaka…

      Balas
  11. hihihii pembuka botolnya :D

    Balas
  12. Setelah bertanya pada kangasep, saya dengan haqul yaqin menyatakan gantungan pembuka botol tersebut palsu karena buah zakar kangguru yang asli hanya bisa didapatkan di Sunda :))

    Balas
    • Hahaha.. hampir lucu, Sob! Salam kenal…

      Balas
  13. salam kenal bro

    Balas
    • Sama-sama… salam kenal!

      Balas
  14. Kalo aq dapat yg ini(kayak mengharap- emang iya sich), aq dgn bangga berkata pada teman2q yg laen, klo ini dr seorang yg bernama Antonio Engelbert Donny Prima Verdian yg biasa d panggil mas don yg menulis buku tanpa harus merusak keseimbangan alam yg di beri nama donnyverdian.net

    Balas
    • Thanks :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.