White Lotus

29 Okt 2012 | Australia, Cetusan, Indonesia

Sejak 2008, 1 November selalu kuperingati sebagai hari pertamaku hidup sebagai penduduk Australia dan setiap tanggal itu tiba, aku selalu berujar hal yang sama, “Duh rasanya kok baru kemarin!” Tipikal, memang!

Tapi ya memang beneran sih!
Rasanya memang baru kemarin aku pamit kepada keluarga besar di Klaten untuk merantau kemari.?Baru kemarin aku diantar Mama dan (almh) Mbak In ke Bandara Soekarno Hatta dan sehari berikutnya sampai di Kingsford-Smith Airport Sydney, Australia.

Dan aku harus bersyukur memiliki dan selalu mengupdate blog ini.?Segala ‘rasa-rasanya’ tadi terpatahkan begitu saja setiap aku membaca ulang posting-posting seputar kepindahanku mulai dari bulan September 2008 hingga Januari 2009. Kenapa? Karena setiap membaca secara runut, aku mendadak bisa merasa sedikit lebih?berat dalam menghembuskan nafas, bersyukur menyadari bahwa semua ternyata tak semudah dan tak se ‘baru kemarin rasanya’…

Lalu tibalah kita di sini, menjelang 1 November 2012 dan adakah yang bisa kutuangkan di sini untuk memperingati empat tahun kepindahanku ke sini?

Sekitar dua minggu lalu aku bersama istri, anak dan Mama mertuaku pergi ke White Lotus, asian grocery di area eastern suburb.?White Lotus, meski labelnya asian grocery namun nyatanya barang-barang yang dijual nyaris 90% adalah barang-barang keperluan yang diimport dari Indonesia. Hampir sebulan sekali aku selalu datang ke sana untuk belanja kebutuhan barang-barang Indonesia sehari-hari.

Apa saja yang dijual di sana?
Kalian barangkali tak percaya kalau aku bisa dengan mudah menemukan shampoo Neril kesukaanku yang dulu kupake selama di Indonesia, permen Kopiko, biskuit Khong Guan, jahe wangi dalam kemasan, kacang brand kesukaan bahkan,?mau cari bedak tawas yang kuingat dulu kerap disediakan oleh Mama untuk dipakai pembantuku pun ada di sana meski aku tak tahu apakah ada yang membelinya atau tidak!

Istilahnya, ketika kamu masuk ke White Lotus, aura yang muncul itu adalah aura Indonesia.?Kamu seperti merasa berada di sebuah kota di Indonesia dengan berjubel orang bicara dalam Bahasa Indonesia (kadang malah Jawa!) padahal tentu saja sebenarnya kamu berada di Australia.

Bagiku, White Lotus itu tonggak kepindahanku kemari.?Aku tak berlebihan karena dari apa yang hendak kuceritakan di bawah, kalian bakalan setuju dengan pernyataanku barusan.

Keputusanku untuk pindah kemari bukanlah keputusan yang lahir dalam sehari-semalam.?Ia lahir dalam permenungan yang panjang yang kalau kalian baca di tulisan lawas (klik di sini) ini barangkali kalian akan merasakan hal yang dulu pernah kurasakan.

Bahkan ketika hendak memutuskan, aku perlu untuk melakukan ‘kunjungan singkat’ ke Sydney pada Maret 2008 dengan tujuan untuk memberikan pemandangan langsung bagaimana rasanya ‘hidup’ di Sydney.

Namun, ketika aku rindu untuk ?merasakan? nya lagi, ia tegak berdiri menyediakan ?Indonesia? dalam petak kecil tokonya.

Nah, dalam kunjungan yang lamanya sekitar tiga minggu itu, di White Lotus lah akhirnya aku mendapatkan ‘pencerahan’ yang memicuku untuk membuat keputusan beberapa saat sesudahnya.

White Lotus ketika itu memberikanku jawaban bahwa memang aku harus melepaskan ‘ketergantunganku’ terhadap ‘keindonesiaan’ karena aku tinggal di Sydney. Namun, ketika aku rindu untuk ‘merasakan’ nya lagi, ia tegak berdiri menyediakan ‘Indonesia’ dalam petak kecil tokonya.

Ia menjadi sebuah penghubung yang antik nan unik bagiku.?Kenapa? Karena berkat White Lotus, aku terhubung dengan Mamaku, adikku, saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku termasuk kalian yang berdomisili di Indonesia melalui kenyataan bahwa kita menggunakan barang-barang yang sama yang kita konsumsi!?Lalu sekonyong-konyong, lenyaplah segala kekhawatiran dan keraguanku untuk melangkah pasti ke Australia.

Hari itu, 1 Maret 2008.
Beberapa saat setelah meninggalkan White Lotus, sekitar 10 kilometer menjauh ke arah barat, menjelang masuk ke Circular Quay, keluarlah keputusan seperti yang kutulis di tulisan ini,?“Ini sudah tanggal 1 Maret, Hon? Aku putuskan untuk pindah kemari??

Dan Tuhan menguatkanku hari demi hari, hari ini, sampai hari nanti.

Sebarluaskan!

27 Komentar

  1. congratz kang, udah mau 4 tahun yah :D .. BTW apa yg tdk tersedia di White Lotus? hihihi

    Balas
    • yang tak tersedia di White Lotus adalah yang belum pernah kucari di sana :)

      Balas
  2. Selamat mas, 4 tahun bukan waktu yg singkat :)

    Balas
    • Nuwun :)

      Balas
  3. yuhuuu…. Jd pengobat rindu ye mas…

    Balas
  4. ndik wait lotus ada gudeg juga ndak? angkringan? kopi joss? sarkem? *mlayuuuu* :D

    Balas
  5. lama juga ya…. sudah 4 tahun disana… di melbourne dulu juga ada supermarket seperti ini… memang setiap kesini, rasanya seperti bernostalgia dengan Indonesia…

    Balas
  6. Ada ‘ Tolak Angin ? ” sachet dari Sidomuncul ?

    Balas
    • ada banget masss

      Balas
  7. Asyiikk banget tokonya.. emang pada dasarnya indonesia ada dimanapun ya mas :)

    Balas
    • Ada

      Balas
  8. lebih lengkap timbang indom*ret yo don?

    Balas
  9. 4 tahun yang seru ya? Berani keluar dari Indonesia, namun tetap cinta Indonesia.

    Balas
    • Kecintaan itu ga bisa hilang, Ris:)

      Balas
  10. Semoga besok juga ada nasi kucing khas Orang2 Klaten yang menjajakan dagangan di Semarang.
    Salam Indonesia mas Donny :)

    Balas
  11. Jadi ingat cerita teman di US yang kalau kangen terasi, tinggal ke toko Indonesia, tapiii suatu kali tetangganya menelfon polisi karena bau menyengat yang mengganggu dan “disgusting”…

    Golek trasi ono Don di White Lotus? :D

    Balas
    • Ada… Istriku sering beli

      Balas
  12. Kalau di Senai, Johor Bahru ada juga namanya Kedai Sejahteia (lokasinya di muka eConsave) tapi orang Indonesia sering bilang Kedai Aceh; mungkin karena pemiliknya dari Aceh. Apa yang ada di Indonesia ada di situ.

    *Cintailah produk-produk Indonesia* halah kaya tagline iklan

    Balas
  13. tidak ada toko selengkap White Lotus di Tokyo. Tapi cukuplah untukku. Semakin lama, aku malah semakin tidak memerlukan segala bumbu-bumbu itu. Kemarin waktu mudik aku membeli bakso sapi yang memang tidak dijual di toko di sini. 300 biji, dan… ternyata aku hanya makan 20 biji, dan masih bersisa di freezerku. Tidka enak rasanya…. Suasana Indonesianya yang tidak terbeli!

    Tapi… aku bisa dapatkan dalam bentuk lain, yaitu blogging, chatting dsb.
    Dan aku tahu, aku bisa hidup tanpa makanan-makanan indonesia, tapi tak bisa hidup tanpa TEMAN Indonesia.
    Thanks for being my friend Don!

    Balas
  14. keren ya … pasti seneng rasanya ada Indonesia kecil di tempat yang bukan Indonesia

    Balas
  15. 4 tahun itu lama lho, selamat mas, semoga betah selalu disana dan tetap bisa pulang ke Indonesia

    Balas
  16. Lho Don, Berarti tahun 2007 itu terakhir kita masih sering ktemu di Djendelo to….?

    Btw, di White Lotus ada Mbak Minuk ngga? :D

    KLATEN BERSINAR!

    Balas
    • Yoi, 2007 terakhir kita sering ketemu di Djendelo karena taon 2008 aku pergi kemari :)
      Mbak Minuk itu gak boleh ada di White Lotus makanya aku harus tetap pulang ke.. JOGJA!

      Hidup Klaten, hidup mBaben :)))

      Balas
  17. salam kenal mas.
    akupun favorit sekali sama White Lotus ini, hehehe.

    Balas
    • Hi, salam kenal juga. Thanks sudah mampir :)

      Balas
  18. Terharu membaca tulisan2 KANG DONNY

    Semangat trz kang…….sukses menyertaimu

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.