?Wawuh?

8 Apr 2018 | Kabar Baik

?Wawuh? adalah istilah bahasa Jawa yang kurang lebih berarti rekonsiliasi. Waktu kecil ?wawuh? sering dilakukan karena sering pula aku bermusuhan dengan kawan sepermainanku.

Hanya gara-gara nggak sengaja kelempar kelereng kena di jidat, marah, musuhan!? Hanya gara-gara majalah Bobo-nya telat dikembalikan, marah, musuhan!

Seminggu, dua minggu tak saling tegur, akhirnya kami ?wawuh?. Yang berbuat salah biasanya mendatangi lebih dulu lalu meminta maaf. Penerimaan maaf ditandai dengan saling mengaitkan jari kelingking. Sesudahnya semua berjalan seperti biasa hingga akhirnya musuhan lagi, wawuh lagi demikian terus-menerus?

Hari ini diperingati sebagai hari Kerahiman Ilahi.

Menurut Pastor Felix Supranto, SS.CC dalam artikelnya tentang Devosi Kerahiman Ilahi (link) menuturkan bahwa devosi tersebut adalah devosi kepada cinta belas kasihan Allah yang tak terbatas kepada umatNya. Melalui sosok Kristus, Allah hadir sebagai pihak yang selalu ngajak ?wawuh? kepada manusia, Allah yang menawarkan rekonsiliasi.

Apa yang direkonsiliasikan? Dosa! Pelanggaran! Allah mengampuni dosa dan pelanggaran kita.

Ajakan wawuhNya bukanlah ajakan basa-basi semata. Tuhan bahkan bersedia mendatangi saat menawarkan rekonsiliasi, saat ngajak wawuh kepada umatNya.

Hal ini tercermin pada apa ditulis Yohanes dalam Kabar Baik hari ini.? Adalah Tomas yang awalnya tak percaya pada kebangkitan Kristus. ?Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.? (Yohanes 20:25).

Tapi Tuhan lantas mendatangi Tomas padahal kalau dipikir-pikir, percaya-tidak percaya itu kan sejatinya urusan Tomas pribadi?

Ia datang lalu mempersilakan Tomas untuk menaruh tangan di bekas luka-lukaNya karena Ia tahu hal itulah yang akan membuat Tomas percaya.

Tuhan yang mendatangi untuk wawuh, untuk berekonsiliasi adalah Tuhan yang menunjukkan belas kasih yang tak terhingga. Penyadaran akan hal ini tentunya juga membuat kita mau melakukan hal yang sama dengan yang Tuhan lakukan yaitu mengampuni dan mengajak rekonsiliasi sesama kita (Be Merciful).

Beranikah kita mendatangi mereka yang kita anggap lebih dulu berbuat salah untuk mengajak rekonsiliasi? Haruskah kita menunggu lebih dulu mereka mendatangi dan menawarkan maaf ketimbang kita?

Berat?
Tentu saja! Tapi Tuhan sudah bersedia ?wawuh? kepada kita kenapa kita tak mencoba melakukannya kepada sesama kita?

nb. Penulis bukanlah contoh yang baik dalam mempraktekkan hal ini.

Sydney, 8 April 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.