( Sore tadi (04/05) dalam Perayaan Ekaristi Mingguan yang saya ikuti di Gereja St Antonius Kotabaru Yogyakarta, selain dibagikan Buku Teks Misa
seperti biasa, di dalamnya ternyata diselipkan buku kecil dengan judul WASIAT IMAN Rama Prof. Dr. Tom Jacobs, SJ.
Saya jadi ingat pada kotbah Bapa Uskup Agung Ignatius Suharyo, Pr ketika memimpin misa requiem Rm Tom Jacobs SJ, 6 April 2008 silam. Ketika itu beliau menjanjikan akan membagikan teks yang merupakan hasil permenungan dan pemikiran Romo Tom pada saat-saat akhir sebelum wafatnya. Dan tak sampai
sebulan kemudian, janji itu pun terealisasi dengan diterbitkannya buku kecil itu tadi.
Dengan kesadaran yang tinggi serta sebagai upaya untuk menghargai hasil pemikiran beliau, Romo Tom Jacobs SJ, maka melalui media ini, saya menyajikan ulang buku tersebut.
Pada awalnya, ketika hendak menuliskan secara lengkap, saya mencoba googling dengan tema yang sama dan ternyata saya dapati pada situs web milik Ratna Ariani hal ini sudah dituliskan ulang
terlebih dahulu. Oleh karenanya saya pun menyalin secara langsung dari sana lalu sesudahnya men-check dengan buku kecil yang saya terima, dan ternyata keduanya identik.
Tulisan ini terbagi dalam dua bagian. Pada bagian pertama berisi pengantar dari Bapa Uskup, sedangkan pada bagian kedua adalah isi wasiat iman yang diberi judul
Persiapan Kongres Ekaristi.
Selamat menikmati.)
Pengantar
Ketika saya mengunjungi Romo Tom Jacobs yang dirawat di Rumah Sakit Bethesda sekitar satu bulan sebelum menghadap Tuhan,
Romo Tom mengajak saya untuk berbicara dari hati ke hati sebagai sahabat, mengenai hal penting yang ada dalam hati beliau.
Romo Tom menyampaikan keprihatinan beliau tentang Gereja di Belanda dan Gereja di Indonesia.
Beliau amat sedih menyaksikan perkembangan keadaan Gereja Katolik di Belanda, dan berharap agar Gereja Katolik di Indonesia tidak mengalami hal yang sama,
meskipun yang dihadapi adalah tantangan global yang sama. Beliau menyebut secara khusus proses sekularisasi yang dampaknya amat dahsyat, antara lain sekularisme.
Muncul pertanyaan: Apa yang dapat kita buat?
Dalam pembicaraan itu muncul satu gagasan: Pembinaan iman melalui devosi popular yang dilandaskan pada iman yang kuat.
Beliau kelihatan lega.
Dalam keadaan sakit itu pula, khususnya dalam waktu sekitar dua minggu sebelum beliau wafat, lahirlah gagasan yang saya sajikan secara utuh
di dalam lembar-lembar ini. Beliau mengutarakan gagasannya secara lisan dan direkam.
Gagasan itu kemudian ditulis oleh Romo JB Heru Prakosa SJ dan dibacakan di depan Romo Tom pada hari Jumat sore, tanggal 28 Maret 2008;
lalu diserahkan kepada saya pada hari Sabtu, tanggal 29 Maret sore ketika saya mengunjungi beliau.
Gagasan ini diberi judul “Mempersiapkan Kongres Ekaristi”.
Adapun Kongres Ekaristi Keuskupan Agung Semarang akan dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 Juni 2008.
Pada waktu memberikan naskah ini kepada saya, beliau masih mengatakan kepada saya, “Har, ini rangkuman dari seluruh pergumulan iman saya”.
Karena keterbatasan saya, beliau tidak sempat melihat naskah ini dibagikan sebelum beliau menghadap Tuhan pada hari Sabtu tanggal 5 April 2008.
Saya sampaikan secara utuh gagasan beliau sebagai warisan atau bahkan “wasiat” iman bagi kita semua, sekaligus sebagai rasa hormat dan terimakasih atas jasa-jasa beliau bagi
Gereja Keuskupan Agung Semarang khususnya, dan Gereja Katolik Indonesia, pada umumnya.
Semoga gagasan ini menjadi tantangan bagi kita semua, khususnya para imam yang diutus untuk menjadi teman seperjalanan dalam peziarahan iman.
Semarang, 8 April 2008
Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Semarang
Tulisan ini adalah bagian pertama dari dua tulisan. Bersambung ke sini
0 Komentar