Tak semua pemimpin di dunia itu buruk tapi salah satu yang membuat seorang pemimpin menjadi buruk di mata rakyat adalah ketika terpilih, ia tak mampu melunasi janji-janji manis yang diucapkan saat kampanye pemilihan.
Seperti Yohanes Pembaptis
Kenapa sih mereka harus berjanji manis kalau tidak bisa ditepati? Karena mereka berharap dengan janji manis maka suara para pemilih bisa tersemai secara optimal.
Padahal andai saja mereka, entah itu presiden, bupati maupun gubernur mengikuti apa yang dilakukan Yohanes Pembaptis dulu, hal-hal yang tampak buruk di mata rakyatnya itu tidak akan terjadi atau setidaknya terminimalisasi.
Seperti ditulis oleh Yohanes dalam Kabar BaikNya hari ini tentang Yohanes Pembaptis, anak Elizabeth, sepupu Yesus.
Kiprah Yohanes Pembaptis yang membaptis dan memiliki banyak pengikut menarik perhatian Yerusalem. Beberapa imam dan orang-orang Lewi dikirim untuk menemuinya.
Ketika ditanya, ?Siapakah Engkau?? oleh mereka, Yohanes buru-buru menjawab, ?Aku bukan Mesias!? (lih. Yohanes 1:20)
Yohanes jujur dan tidak berdusta.?
Padahal jika mau, ia bisa saja memanfaatkan kesempatan mengaku sebagai Mesias atau Elia. Orang-orang bisa percaya karena mereka memang sedang sangat mengharapkan kedatangan Mesias. Pamornya akan semakin naik dan barangkali Yohanes ?ditarik? ke Yerusalem untuk dijadikan pemimpin. Tapi ia tidak memilih jalan itu.
Pemimpin dan janji-janji manisnya
Lihatlah pemimpin dunia masa kini.
Saat kampanye mengaku akan menuntasi kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, tapi janji tinggal janji. Disentuh pun tidak! Maka layak jika ada begitu banyak orang yang kecewa terutama mereka yang sanak-saudara, anak, suami dan kerabatnya hilang/terbunuh tanpa jejak, tanpa keadilan!
Mengaku tidak akan menggusur rakyat jika terpilih, mengaku punya solusi untuk mengatasi banjir yang datang berkala di daerahnya dengan pelbagai macam teori. Tapi nyatanya? Tetap saja ada yang tergusur dan tetap saja? banjir!
Janji hendak memberi kredit rumah tanpa uang muka, modal buka usaha bagi para penganggur tapi ketika terpilih, tak terdengar juntrungannya!
Tapi kalau tak jujur, mana bisa terpilih, Don?
Betul! Tapi kalaupun tak terpilih, Tuhan pasti sudah memilihnya untuk menjalani profesi lain yang tak kalah mulianya kok!
Lihat saja Yohanes Pembaptis.
Karena ia rendah hati dan jujur maka Yesus mengangkatnya begitu tinggi. Dalam Matius 11:11, Yesus bahkan menyatakan bahwa sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan, tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.
Persoalannya tinggak berani atau tidak. Untuk jujur dan rendah hati tak perlu pintar dan berpengalaman. Yang diperlukan adalah keberanian menerima konsekuensi yang mungkin muncul dari pilihan sikapnya.
Kalau tidak berani ya sudah.
Tapi setidaknya kita, yang mengerti, yang punya telinga dan mata hati, jika suatu saat dipercaya untuk menjadi pemimpin, jadikanlah renungan hari ini sebagai pengingat untuk tetap jujur dan rendah hati.
Sydney, 2 Januari 2020
0 Komentar