Beberapa waktu lalu, sepulang dari istirahat makan siang, salah satu kolega berkabar padaku, “DV, itu ada kiriman paket buatmu.”
“Dari mana?”
“Apple!”
Jreng jreng!
Wah! Apple?
Begitu lihat kemasannya?
Jreng jreng! Mac Mini? Mac Pro? Or else?
Tapi begitu kuangkat, kok enteng banget, gumamku.
Aha! Aku baru inget!
Jangan-jangan isinya adalah magsafe power adapter yang kupesan beberapai hari lalu karena aku baru saja membeli sebuah Apple Display 27 inch yang power outputnya beda dengan MacBook Pro power input yang kupakai sehingga perlu magsafe. Setelah kubuka ternyata benar adanya. Ngarepnya sih aku dapat hadiah dari antah-berantah entah itu Mac Mini apalagi Mac Pro kan lumayan untuk mencerahkan hari!
Coba deh kalian perhatikan kemasan kardus pengiriman, kotak kemasan dan besar barang sesungguhnya.
Kemasan kadang jauh lebih menarik dari kenyataan yang dibungkusnya.
Jaman dulu aku kenal istilah ‘wah-woh’.
Namanya juga anak ABG ingusan! Aku dan kawan-kawan sedang jalan keluar dari Malioboro Mall menuju ke parkiran motor kami masing-masing. Tiba-tiba di depan ada sosok cewek yang berjalan ke arah yang sama dengan kami. “Wah, cantik nih kayaknya… Lekuknya seksi!” Kami mempercepat langkah hanya untuk menyalipnya. Begitu kami melewatinya, melirik sedikit ke wajahnya, komentar berbalik jadi, “Woh, ternyata nggak secantik dari belakangnya!” Itulah, “wah-woh”!
Banyak orang merasa punya pikiran-pikiran dan ide besar. “Sini, Don! Kuberi tahu, aku punya ide besar untuk bisnis!”
Aku penasaran lalu mengundangnya ngopi bersama pada suatu malam. Setelah beberapa jam interaksi aku berkesimpulan bahwa yang besar sebenarnya bukan idenya tapi bualan kata-katanya yang memenuhi cangkem. Ide aslinya ternyata kecil cenderung kerdil. Tak meyakinkan, tak sayang untuk dilewatkan. Lupakan!
Ada juga kawanku dulu, badannya besar. Kalau teriak menyeramkan kami sampai ketakutan. Suatu waktu ia berurusan dengan seorang kurus kecil. Yang salah kawanku. Secara ngawur ia memarkir motornya di depan gang begitu saja. Saat Si Kurus mau lewat dan terhalang, ia lantas protes ke kawanku tadi.
Kawanku, mungkin karena ukuran badannya yang besar, berusaha menakut-nakuti Si Kurus dengan kebesarannya. Si Kurus mundur sejenak, lalu tiba-tiba… #$%^&*%#@!!##$! buk! buk! buk! Kawanku terjengkang, ia menangis berteriak-teriak minta tolong karena habis dipukuli Si Kurus. Kami semua salah tafsir selama ini, yang gede cuma badan dan suaranya doang, mentalnya picisan!
Penampilan memang menipu. Kadang ia tampak besar, bagus, gagah dan cantik menutupi sesuatu yang kecil, yang kurang, yang minim di dalamnya baik secara disengaja maupun tidak.
Tak salah kalau kita memutuskan untuk ‘tampak’ sesuai keinginan kita asalkan jangan sampai orang lain tahu kedalaman dan keluasan diri kita sesungguhnya kalau itu memang hal yang ingin kalian sembunyikan. Jadi, hidup dalam kepura-puraan, Don? Ya nggak papa, kalau memang itu pilihan kalian.
Aku tak tahu bagaimana persepsi orang banyak terhadapku. Blogger? Superblogger? Oang hebat? Orang pintar? Atau orang biasa? Orang rendahan?
Aku tak peduli pada kardus pembungkusku. Tak ada gunanya menutup-nutupi dan mengemas kenyataan dengan pencitraan dengan bungus, supaya tampak lebih baik dari kenyataannya.
Kalau kecil biarlah tampak kecil, kalau besar biarlah adanya demikian. Kalau bagus biarlah bagus karena isinya, kalau buruk, biarlah mereka tahu bahwa itu bisa jadi membaik suatu saat nanti.
Masalah impresi dan pretensi? Itu tai kucing, Bung!
Kadang orang tertitup dengan “kardus” yang menutupi seseorang. Saya juga suka apa adanya.