Macam-macam saja cara orang menghayati seni lalu menuangkannya melalui media.
Vivid Festival adalah sebuah festival seni yang diadakan di Sydney, pada 27 Mei hingga 13 Juni 2011, sebuah festival tahunan yang identik dengan festival cahaya dalam rangka memasuki musim dingin, meski ada juga sih pertunjukan musik dan macam-macam keriaan lain yang mengikutinya.
Festival cahaya, maksudnya?
Begini, karena sedang musim dingin, dimana durasi malam harinya jauh lebih panjang ketimbang musim lainnya, para seniman cahaya memanfaatkan keadaan ini dengan mengadakan pertunjukan cahaya laser yang ditembakkan melalui proyektor ke dinding-dinding gedung kota seperti Custom House, Museum of Contemporary Art dan apalagi kalau bukan landmark kota Sydney, The Opera House (Sydney Opera House – SOH). Ketiganya berada di kawasan The Rock, kawasan wisata yang merupakan tempat terbaik untuk melihat Opera House dan Harbour Bridge dari satu titik.
Menarik? He eh!
Tapi lebih dari itu, menyimak bagaimana persiapan yang dilakukan dalam rangka itu, adalah sesuatu yang mengagumkan.
Adalah The Electric Canvas, perusahaan spesialis large projection yang berpengalaman dalam beberapa event termasuk The Lights of Christmas 2010 and Enlighten 2011 (Canberra), yang ditunjuk sebagai penyelenggara Vivid Festival tahun ini.
Tak tanggung-tanggung, untuk acara ini dibutuhkan lima desainer beserta puluhan kru yang membantunya, aplikasi-aplikasi mutakhir peraga 2D dan 3D, proyektor-proyektor laser seberat 73 kilogram beserta lensa seharga puluhan ribu dollar yang menempel padanya. Dukungan IT ter-mutakhir juga tak bisa dihindarkan lagi untuk membantu implementasi acara yang meski hanya berlangsung setengah bulan ini namun persiapannya membutuhkan waktu yang tak singkat.
Peter Milne, founder perusahaan itu bahkan ikut turun tangan dalam melakukan detail persiapan mulai dari analisa gedung, perencanaan tata cahaya, perhitungan pembiayaan, persiapan akhir bahkan bagaimana acara itu nantinya dapat ramah lingkungan dan bisa lolos dari uji karbon, adalah hal yang tak ketinggalan untuk dipersiapkan dan diperhitungkan.
Sedikit yang bisa kuceritakan karena itu juga yang hanya kuketahui, ketika proses set-up tiba, kegiatan tak bisa dilakukan begitu saja dengan menutup akses umum ke gedung-gedung yang akan digunakan sebagai ‘kanvas’. Malah, Peter dan kawan-kawan ‘ngalah’ untuk menyiapkan semuanya setelah akses umum ditutup, sekitar pukul 11 malam dan semua harus selesai sebelum jam 7 pagi hari berikutnya. Demikian terus-menerus hingga tenggat waktu persiapan kelar yang berarti harus tuntas pula segala tetek-bengek persiapan yang mendukungnya.
Jadi, alangkah bersyukurnya aku bersama keluarga dan teman-teman dekat sesama Indonesian bisa berkunjung ke Vivid Festival 2011 hari minggu, 5 Juni 2011 silam. Sepulang dari gereja, kami berdelapan mengunjungi The Rock, membaur bersama ribuan orang yang sama-sama terpana dengan pertunjukan sinar laser yang memesona itu sementara sahabatku, Wijaya Trio, memotret ‘aksi’ lukis cahaya itu dengan kamera dSLR nya. Simak foto-fotonya di bawah ini.
Seperti biasa, di tengah keterpanaan itu, aku sempat-sempatnya melamun membayangkan andai… ya andai Vivid Festival diadakan di kota-kota di Indonesia, Jakarta lah misalnya. Nah, ketahuan deh, kalian mulai mencibir dan menggumam, “Mana mampu kita? Apa bisa?”
Aku barangkali orang pertama yang berani bilang, “Bisa! Kita pasti bisa! Bersama kita bisa!” *eh…
Aku percaya bahwa di dunia ini tidak ada negara yang miskin, yang ada hanyalah negara salah kelola. Dan kuyakin Indonesia bukan negara miskin, bukan pula negara salah kelola. Oleh karena itu aku yakin Indonesia, khususnya Jakarta, pasti mampu mengadakan hal seperti Vivid Festival bahkan lebih bagus dari apa yang dimiliki Sydney!
Kita punya begitu banyak gedung dan landmark yang bisa ‘dilukisi’ cahaya, semisal Gedung DPR-RI di Senayan. Kubahnya kan seksi? Belum lagi kalau nanti gedung barunya sudah berhasil didirikan? Alangkah baiknya kalau waktu launching diadakan ‘pertunjukan lukisan cahaya’ begitu ya? Biayanya paling nggak sampai 10 persen dari harga proyek pengadaan gedung itu sendiri kok.
Ada juga gereja katedral yang kuyakin tak susah untuk mendapat ijin dari ‘penguasanya’ untuk dilukisi cahaya. Monas itu juga tak kalah tangguh kan tongkrongannya? Disorot sinar berwarna-warni seperti yang ada di sini, bangunan Monumen Nasional made in Orde Lama itu pasti tampak lebih gagah lagi. Masih kurang? Istana merdeka, Keong Mas Taman Mini, Gelora Bung Karno, dan masih banyak lagi, you name it!
Masalah tenaga kerja dan tenaga kreatif tak usah ragu! Datangkan saja seniman-seniman dari Jogja digabung dengan ahli-ahli IT dari Bandung. Orang-orang kita sejatinya pintar-pintar dan kreatif-kreatif kan.
Kalaupun ada yang diperlukan tinggal niat, kemampuan untuk memanage dan kemauan untuk dimanaged. Masalah uang kan bisa dimintakan ke para koruptor itu… uang segitu mah bagi mereka nggak ada apa-apanya…
So, gimana? Brani?
Etapi…duh, PLN gimana ya? *tepokjidat
jepretannya asli keren keren banget!!! seru pasti acara huntingnya !!!
He eh, seru…
mending ga usah deh mas :D
soale, bisa aja sih ntar dibuat di Indonesia, tapi kami akan dikorbankan, digilir buat matek lampune,
hla nek ngono, jualanku ga laku dong klo ga ada listriknya :D
Tenan iku,…. wong untuk supply lampu jalan aja sering padam, apalagi festival beginian, bisa2 saya ngga bisa ngalong malem lagi :lol:
hehe petromax, Bung!
Wah kalau saja di Jakarta bisa bikin begitu, kira-kira berapa banyak listrik yang dipakai ya Don?
Secara di sini semua pada protes dengan kekurangan listrik, lalu apa kabar kalau dipakai utk festival cahaya? Tahu sendiri mulut2 pedas yang suka komplen itu :)
Bukan soal brapanya… tapi soal mau tidaknya dulu hehehe
hihii…
garuk-garuk pala, apalagi setelah baca beberapa komentar diatas..
hemm, piye yaaa… nek sinar laser sih Monas selalu ada pas weekend masss *jadi inget gambar disini
tapi ya itu tadii, wong kemarin siang aja terang benderang tak ada sebab yang diumumkan toh PLN matiin lampu dirumah selama 2 jam jee… ~eh apa hubungane yaa… #nyengir
sapa tau di saat PLN mati lampu di tempatmu, mereka sedang ngadain festival cahaya di tempat laen, Bung hehehe
Potone gelap mas… tak pikir vivid festifal itu festival pilem dewasa tenan :D
lha yo vivid kan enake gelap2 thooo :)
dream on… dream away….. *kayaknya away lebih bakal terjadi..*
hihi..
*errrrr…?
Ini kayaknya ada di metro beberapa hari yang lalu deh, Sydney Opera House jadi kayak kebakar gitu..
Kita sekarang bisanya cuma kembang api kali, tapi saya yakin bisa kok, istana kan bergelimang cahaya. eh!
Hihihihi.. jadi ke istana aja festivalnya? Festival apa? Pencitraan?
Bulan April lalu ada acara mirip ini tp skalanya lebih kecil. Yg jadi Layarnya pakai bagian depan museum Fatahillah Jakarta. Sy cuma liat liputan di tv aja he..he..
Bagus dong.. at least itu menunjukkan bahwa kita mampu
wuiih mas donny potonya keren2 banget loh…. ajarin dong mas…yah yah yah….
ajarilah kami bahasa cintaMu :)
hemm, vivid. dgr kata “vivid” otak sy lngsung nylonong k hal yg jorok2, hehehe. btw, potonya apik2 mas, iri saya, hehe
salam kenal,
haih.. asosiasi pemikiran itu namanyah :)
apik ik :)
ik apik :)
Ketimbang ngebayangin festival diadain di Gedung DPR-RI Senayan, mending kasak-kusuk cari kemungkinan visa Ngostrali biar bisa liat festival di SOH. Toh akomodasi selama di Ngostrali sudah ada. Hihihi.
Hmmmm…. *manggut2
apek tenan! :)
untuk mas dm… saya setujuuh…*packing-packing*
halahhh
Jadi….kapan nih Donny menggalang dana, serta mendorong para muda yang kreatif untuk melaksanakan festival serupa di Indonesia. Kalau tak pernah dimulai, tak mungkin bisa kan? Tentu, awalnya tak secanggih yang ada di Sidney….
Potonya kecil2 banget Don
btw kenapa di otak gue pas baca judulnya gue kira festival pilem bok*p ya? :D
hahahaha
Di klik atuhhh:)
Yang ini bisa disetarakan enggak Don dengan Vivid Festival?
http://bataviase.co.id/node/135562
kirain festival bule-bule bugil…
mas…disini aja masih suka mati lampu hehehehe :D
ya kalo skalanya kecil2an kalo gak salah di Monas sudah ada setiap malam minggu *masih gak ya?*
beneran keren ya lampu2nya…ckckckckck…
kalo itu di Duri, mo nyorot apa ya :D
tapi mas…kalau melintasi jalan utama dan melihat kejauhan akan tampak lampu kelap kelip *waltu awal disini aku pikir itu adalah kotanya duri* ternyata ehhhh itu adalah Duri Field lokasi ladang minyak hahahahaha :))