Ada yang berubah, baik di blog ini maupun di akun Facebook, instagram dan Youtube-ku. (Eh kalian udah like/follow? Belum!? Please do it now!)
Ya! Vector wajahku berubah. Ada apa dibalik perubahan itu? Tidak ada apa-apa selain penyegaran saja.
Aku lantas meminta tolong seorang kawan untuk menggambar vector beberapa fotoku untuk nantinya kupilih satu yang akan kupakai.
Berikut ini adalah foto-foto yang kukirim kepadanya.
Sekitar seminggu kemudian, keempat hasil gambarnya dikirimkan kepadaku:
Semua bagus, bagus semua.
Aku lantas iseng membuat ‘survey’ yang kurilis di akun Facebook dan Instagram, mana yang paling baik.
Sejatinya pertanyaan yang kubagikan itu tidak benar karena sudah bisa ditebak hasilnya. Barangkali kalau pertanyaannya diganti jadi “Mana yang paling merepresentasikan diriku?” jawabannya akan beda.
Tapi kalau pertanyaan seperti itu yang kurilis, takutnya jawaban tidak akan tepat karena meski aku banyak kenal orang dan mulai banyak orang mengenalku, perkenalan itu terjadi hanya di level social media dan blog saja.
Bahwa DV itu begini, begitu, tampak seperti ini dan seperti itu, tapi jarang dari mereka mengerti bagaimana sebenarnya kepribadianku. Hanya kawan-kawan lama yang tahu, itupun tak akurat lagi karena apa yang ada pada diriku sekarang tentu sudah berbeda denganku delapan tahun silam saat aku masih tinggal di Indonesia.
Tak kusangka banyak juga yang memberikan tanggapan dan kalau kurangkum, yang paling banyak disukai adalah gambar nomer satu berikut ini.
Mudah ditebak? Yup! Amat mudah.
Banyak yang berkomentar positif di gambar itu. Mulai dari “Jawa modern”, “Kamu banget, Don!” sampai “Di situ kamu tampak tampan hahaha!”
Tapi, foto itukah yang sebenarnya kumau untuk menang?
Tidak. Aku tak merasa ter-representasi secara penuh dalam gambar itu. Aku (dan designer yang kumintain tolong) sebenarnya malah sepakat untuk memilih foto nomer empat sebagai yang paling bagus.
Aku merasa di foto itulah diriku ter-representasi secara lebih baik meski ada yang berkomentar, “Di situ kamu kehilatan bengis, sinis, smart tapi nyebelin!”
Oh yeah, dan itu bukan aku banget ya? Demikian katamu? Hahahaha…
Anyway, pada akhirnya aku harus setuju dengan foto nomer satu.
Kenapa? Vox populi, vox dei. Katakanlah aku tak ter-representasi dengan baik di gambar itu, tapi semoga itu adalah doa kalian semua untukku supaya lebih baik terhadap orang lain, tak lagi sini dan membumi meski tetap cerdas. Barangkali untuk itulah aku disebut sebagai Orang Jawa.
Maka jadilah foto di bawah ini?kutebarkan dimana-mana hingga batas waktu yang tak bisa ditentukan, pokoknya sampai aku bosan lagi lalu ganti foto/gambar lagi.
Makasih kawan-kawan sudah membantuku dalam memilih…
0 Komentar