Tulisan ini adalah rangkaian dari serial tulisan 'Vakansi ke Canberra'. Untuk menyimak selengkapnya, klik di sini.
Perjalanan liburan dari Sydney ke Canberra kemarin kami mulai pada Jumat 10 Juni 2011 pukul 8:30 pm.
Dari pusat kota Sydney, kami, mobil disetir oleh istri, menyusuri M2 Motorway (tol berbayar) ke arah barat lalu lanjut ke M5 Freeway yang terhubung ke jalur utama Hume Highway 31 yang termasuk dalam Austlink National Network dan tiba di Canberra tepat tengah malam.
Perjalanan itu sendiri sebenarnya amatlah membosankan kalau saja kita nyetir sendirian. Untung, selain bersama keluarga, seperti yang kutulis di cerita sebelumnya, ada beberapa kawan dekat yang ikut berlibur ke sana. Maka jadilah sepanjang perjalanan, kami banyak berbincang untuk membunuh waktu, mengusir bosan dan kantuk sekaligus.
Perlu kalian tahu, perjalanan luar kota di sini sangat berbeda dengan di Indonesia.

Suasana jalanan di Canberra. Foto ini diambil siang sekitar pukul 13.00 di depan Parliement House. Sepi sekali, kan?
Kalau di Indonesia, taruhlah sepanjang perjalanan Jakarta ke Semarang, boleh dibilang nyaris sepanjang perjalanan, sisi kiri dan kanan jalan dipenuhi kawasan pemukiman warga beserta riuhnya kehidupan di sana yang seakan tak pernah berhenti 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Belum lagi kendaraan-kendaraan lain yang ramai berlalu lalang seolah bisa menjadi teman bagi kita selama berkendara dan lampu… ah hampir kelupaan, Indonesia adalah negeri yang sangat murah hati karena hampir setiap jengkal di jalanan luar kota selalu diterangi lampu jalan yang moncer-moncer kecuali kalau pas sedang mati lampu, tentu saja :)
Sementara di sini, perjalanan ke luar kota identik dengan jalan-jalan yang besar nan sunyi, hamparan padang rumput di kanan-kiri, sedikit kendaraan berlalu lalang dan… kecuali di persimpangan jalan, boleh dibilang tak ada satupun lampu jalan yang menyala!
Sangat membosankan, bukan?
Oh ya, hampir kelupaan, selain alasan yang kukemukakan di atas, ada satu lagi alasan yang membuat rasa bosan muncul yaitu batas kecepatan.?Kecepatan dalam berkendara di negara ini adalah concern utama dalam tata atur lalu lintas. Untuk rute luar kota, pada umumnya batas kecepatan maksimum hanyalah 110 km per jam sementara untuk beberapa tikungan tajam, tanjakan, turunan dan perlintasan untuk keluar ke daerah pemukiman dari highway, batasnya diturunkan hingga 80 km per jam saja.
Jadi bayangkan, kamu harus menjaga kecepatan tak boleh di atas limit sedangkan kamu tahu bahwa sebenarnya kendaraan yang kamu tumpangi mampu untuk melaju di atas itu.
Aku tiba-tiba jadi ingat cerita lama dari supir yang dulu kerap digunakan jasanya oleh keluarga orangtuaku waktu masih tinggal di Indonesia.
Suatu waktu aku bertanya padanya, “Pak, sering nyetir malam?”
“Iya”
“Trus cara menghindari kantuk bagaimana?”
“Hmmm, kejar bis malam, Mas! Kejar mereka trus ‘goda’ saja?”
“Maksudnya?”
“Ya, goda supirnya dengan cara menyalip busnya trus langsung turunkan kecepatan begitu kita ada di depannya.”
“Trus?”
“Nah, mereka kan nanti jadi ingin menyalip kita.. lalu saat mereka ancang-ancang, kita tambahkan laju kendaraan kita sehingga mau-tak-mau dia butuh ekstra tenaga untuk menyalip kita… demikian seterusnya..!”
Aku bayangkan, kalau saja si supir itu tinggal di sini dan menggunakan ilmu penahan kantuknya, bisa-bisa tak sampai sebulan surat ijin mengemudinya di-suspend dan dia tak boleh mengemudikan kendaraan lagi untuk beberapa waktu lamanya atau barangkali sebaliknya, ia akan terkantuk-kantuk sepanjang perjalanan karena trik semacam itu tentu tak dianjurkan apalagi diperbolehkan di sini.
Tapi pemerintah Australia dalam hal ini RTA (Road and Traffic Authority) bukannya tinggal diam.?Menyadari bahwa rasa bosan yang disusul dengan rasa kantuk yang timbul selama perjalanan, mereka menyediakan banyak rest area sepanjang jalan.
Begitu juga dengan rute jalur Sydney ke Canberra, hampir setiap lima kilometer kita bisa menemukan rest area. Tapi kalian sekali lagi jangan membayangkan bahwa setiap rest area di sini seperti di Indonesia yang biasanya di sekitarnya berdiri warung-warung penjaja makanan. Rest area di sini hanyalah sepenggal bahu jalan yang menjorok ke keluar sehingga mobil bisa parkir dan pengemudi bisa benar-benar beristirahat dalam tenang dan gelap, rileks atau bahkan untuk tidur.
* ?* ?*

'Peserta' liburan minus Wijaya yang motret. Ki-ka: Darrell menggendong Ben, Cucu, Irna, Joyce menggendong Odi, DV
Sepanjang perjalanan Sydney ke Canberra sendiri sebenarnya tak benar-benar bikin kita ‘mati gaya’ karena ada beberapa obyek menarik yang bisa dikunjungi meski untuk mengaksesnya tetap butuh waktu mengingat jarak tempuh antara jalur utama Sydney – Canberra hingga lokasi obyek berada.
Sebut saja Penrose Park, tempat wisata rohani Katholik yang pernah beberapa kali kukunjungi dan kalian bisa temukan artikelnya di sini.
Ada pula Berrima – perumahan kuno Australia yang tetap terjaga utuh sejak abad ke 19, beberapa perkebunan anggur serta Goulburn, suburb yang jaraknya sekitar 85 kilometer sebelum Canberra dari arah Sydney.
Goulburn ini adalah suburb lumayan besar dan menjadi ‘pintu’ selatan negara bagian New South Wales yang berbatasan dengan Canberra (ACT) dan Victoria serta South Australia. Goulburn terkenal dengan penjara yang memiliki sistem keamanan terketat di Australia dan akademi kepolisian (police academy). Kalian yang gemar mencuri-curi kesempatan untuk ngebut/speeding harus berhati-hati ketika melewati Goulburn karena konon banyak calon anggota polisi memanfaatkan traffic di sekitar Goulburn sebagai eksperimen ’tilang-menilang’ menggunakan teknologi canggih terkini.
Selepas Goulburn, arus lalu lintas ke Canberra diarahkan ke Federal Highway 23 karena Hume Highway selepas Goulburn mengarah ke Melbourne (Victoria).?Federal Highway adalah bagian dari rangkaian Sydney – Canberra National Highway yang dibangun pada 1932 – 1934 dan mengular sepanjang 70 kilometer saja jauhnya.?Memiliki karakter jalan yang lebih lebar dengan pembatas jalur yang bahkan lebih besar dari lebar jalan yang dibatasinya, membuat Federal Highway nyaman untuk dilalui.
Kira-kira setengah perjalanan sepanjang Federal Highway menuju arah Canberra, kita melewati Lake George, sebuah danau purba yang memiliki nama asli Weerewa yang konon memiliki pemandangan nan indah. Kukatakan ‘konon’ karena baik pergi dan pulangnya, kami sepakat untuk melakukan perjalanan malam hari, jadi semua hanya tampak gelap saja.
Hingga di sekitar Lake George, suhu udara telah turun drastis dibandingkan dengan Sydney. Angka di termometer mobil yang mengukur suhu luar bahkan ketika itu sempat menunjuk angka -2 derajat di bawah nol. Tiga puluh menit sesudahnya, kamipun merapat ke Canberra disambut dengan beberapa speed camera yang siap menjalankan tugasnya begitu kami melaju di atas limit kecepatan yang ditentukan untuk dalam kota, 80 km per jam.
Tak terlalu sulit untuk mencari hotel yang telah kami booking beberapa hari sebelumnya via internet. Kami segera memarkirkan mobil di garasi, pintu kubuka dan kurasai desir angin dan suhu dingin yang selama ini begitu identik dengan Canberra menampar pipi dan leher serta anggota tubuhku lainnya yang tak tertutup pakaian tebalku.
Selamat datang di Canberra, ibukota negara yang sejatinya belum pernah benar-benar merdeka ini…
Bersambung …
(Credit photo by Wijaya Trio, kecuali yang atas, taken by me)
Plaaak! Mingin-mingini!
Kapan ya Jakarta punya jalan yang sepinya kayak gambar di atas? Bahkan waktu Lebaran-pun, di mana semua orang pulang kampung, Jakarta masih juga macet. *sigh*
Hihihi:) lha mbuh… Pindah Klaten wae, Nduk:)
Ha? Perasaan setiap lebaran nungguin Jakarta pasti lengang deh.
Nah ini kok berasa macet itu di daerah mana bu? :D
Wadaw! Nggak kebayang: harus menjaga kecepatan tak boleh di atas limit sedangkan kita tahu bahwa sebenarnya kendaraan kita mampu untuk melaju di atas itu. Alangkah bosannya jika mengetahui jalanan justru dalam keadaan sepi-sepi saja. Beuh…
Aku Bandung-Jakarta aja kalo nggak 14o km per jam nggak puas. Padahal jal tol jelas ramai :D Pindah Canberra aja gitu? Ups… :p
Lanjut!
Pindah Denpasar! Eh Kutowinangun wae:) Piye?
Campreath ki, dolan ora ngajak-ngajak..
Tapi masih mending dalam ning Karangdowo, sepinye nyenyet.. :)
Tempe penyet:)
Mas, don! tips buat menggoda truck agar gak cepet kantuk itu tips edian.. bisa gak tenang yang duduk sambil tidur.. hihihi
Lha ya namanya juga ‘tamba ngantuk” :)
Jadi inget dulu punya temen yang sempet sekolah di Aussie, tiap pulang ke Indon hobby banget nyeperin mobilnya, katanya susah nyalurin hobby otomotif extrem di Aussie :D
Btw nang kono kowe ketemu SupraX pecah tebenge gak don? :D
Suprax wes laku dijual 3 minggu lalu di Klaten hhehee
what’s with the fish ??
*ga nyambung sama ceritanya sih..*
hahaha…
eh salah..
what’s with the changing header ??
Jalan yang lengang seperti itu kok agak-agak menakutkan ya Don.
Bagaimana kalau saat jalan tengah malam, ada orang jahat yg berpura-pura mobilnya mogok lalu malah merampok orang yang berhenti hendak menolong? Kayak di film-film gitulah…
efek nonton film xixixii
saya yang tinggal disini di Indonesia (bali) malah membayangkan, kapan ya ada jalan semulus dan selengang itu :D
Fotonya kurang maaaas! Anyway, iya juga ya. Kalo macet di Indonesia, at least kita bisa jalan kaki ngeregangin badan, ngobrol2 sama orang setempat, makan jagung bakar dulu.. ataupun ngeliat kelakuan2 kocak anak2 kampung sekitar yang lagi lari2 di jalan.. Kalo yang digambarkan mas donny.. Fewwww.. Gak kebayang deh bosennya. :))
Mbaca ini aku jadi mesti gugel peta ostrali, mbok di attached petanya Don :mrgreen:
Btw soal goda menggoda di jalanan itu udh jadi hal biasa buat kalangan pengendara malam..
Sumprit tapi takutnya ituuuuh. Whoooaaa kalo salah perhiutngan dikit aja gimana ituh
Don, M5 dari Sydney ke Canberra itu mungkin setelah Campbelltown mulainya disebut Rembrance Highway, mungkin karena malem kamu agak susah baca, disetiap rest area ada namanya, itu nama nama orang yang mendapat Victoria Cross, penghargaan paling tinggi dari pemerintah Australia untuk siapa aja yang dianggap berjasa dan berani, kalau aku gak salah si banyak prajurit, yang barusan meninggal di Afganistan juga ada.
ini gue Cucu :)
Lupa ada lagi mengenai Lake George, pemandangan memang bagus sekali. Lake George ini gak ada airnya, airnya bisa tiba tiba datang dan tiba tiba menghilang. Tahun lalu bulan Feb ada air nya terus hilang lagi, dan pas kita ke canberra mau ketemu kamu itu Don aku liat ada airnya lagi, banyak orang berhenti di lookout yang paling tinggi penghujung Lake George hari itu tapi aku karena ngejar mau ketemu kamu orang jadi gak berhenti. Ada satu lagi Lake di SA yang gak ada airnya tapi gak semisterius Lake George, udah diteliti dan tidak ada kesimpulan akhir kemana perginya air itu cuma di perkirakan ada sungai bawah tanah dan katanya kemungkinan berhubungan dengan Yass River. Dulu pernah banjir lo dijalanan itu :) kalau mau baca selanjutnya ini ada link nya
http://en.wikipedia.org/wiki/Lake_George_(New_South_Wales)
maaf kalau ada salah mengenai penjelasan tentang Lake George ini :)
Wahh berarti aku bisa tidur nyenyak dong kalau ada limit kecepatan dan suasana membosankan, terutama malam hari..tapi sopirnya yang kasihan ya.
hi..hi.. ada acara di NG Traveller yang cerita perjalanan di Australia,
betul ya… jalannya membosankan…lebar dan lurus doang…, itu yang buat supir jadi ngantuk..
Dari namanya saja Canberra sudah membosankan. Apalagi gedung parlemen yang ada tiang benderanya yang wagu itu. Tapi ketoke betah ya di sana? :P
Betah lah…