• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Upil

11 Mei 2009 45 Komentar

Udah deh, sekarang nggak perlu jaim-jaiman lagi.
Kita saling terbuka saja, lagipula ini persoalan ringan bukan soalan negara atau perkara hidup mati,
meski sebagian orang bilang ini menjijikkan tapi sungguh, bagiku ini natural!

Upil.
Ya soalnya adalah upil.
Apakah kamu hobi ngupil? Atau setidaknya ketika unconsciously jemari lentikmu masuk ke rongga hidung dan mengaduk-aduk mencari upil, pernahkah kamu terbuai olehnya?

Ngaku saja, kalau aku sih iya :)
Kenapa harus malu?

Aku sangat hobi ngupil, dimana saja dan kapan saja.
Bisa di dalam bis, bisa di wc, bisa saat siang bolong, menjelang terlelap di atas ranjang di tengah malam atau bahkan pada sebuah sore yang berangin, menikmati teh hangat, menonton televisi sambil mengudap.. hmm upil.

Dulu, waktu belum terlalu beradab, biasanya aku melengkapi hobi ngupilku ini dengan menempelkan hasil perburuan itu dimana saja. Terutama sekali dulu aku paling suka menebar upil di tempat-tempat yang tak kusukai seperti di bawah meja dan kursi guru yang menyebalkan, stang dan jok motor cewek kampus yang sombong, atau meja kelurahan dan meja kantor pulisi kalau pas kebetulan ada kebutuhan yang mewajibkan aku harus ke sana :)

Tapi lambat laun, hobi sampingan itu kutinggalkan dan jadilah aku pengupil yang beradab. Kini yang ada justru sikap sebaliknya; aku membenci pengupil yang suka menempelkan “hasil karyanya” di sembarang tempat.

Tak peduli di Indonesia maupun di sini, mereka, para pengupil kafir itu, ternyata bertebaran dimana-mana.
Di dalam bus, misalnya, aku sering mengamati para pengupil. Setelah sibuk mengaduk hidung dan mendapatkan hasil, tangan mereka tak sungkan2nya langsung ditempelkan begitu saja di bawah kursi ataupun di dinding bus. Ada pula yang memilin-milinnya di dalam tangan lantas ketika sudah solid benar, mereka pun melemparkannya begitu saja kemana saja…

Keterlaluan? Memang!
Mereka seperti tak menghormati sekitar.

Lantas bagaimana cara mengurangi hobi sampingan tersebut?
Kalau menghilangkan langsung tentu susah!
Tapi kalau kalian mau mengikuti caraku, bawalah selalu tissue basah dan tissue kering.
Tissue basah untuk mengelap upil kering dan sebaliknya upil basah kita tempelkan saja di tissue kering.

Kalau masih susah juga dan mungkin kamu berpikir “Ah sama aja, tangan kita toh tetap kotor meski kita telah lebih peduli dengan menggunakan tissue..” Ya baiklah, tapi tetaplah membawa tissue basah dan kering untuk mengelap media tempat kita membuang upil kita tadi itu.
Mudah bukan?

Oh ya, mumpung masih iseng mode sedang turns ON, pernahkah kalian berpikir berapa banyak upil yang telah kita hasilkan sejak lahir hingga sekarang?
Sekaleng susu?
Sebesar mobil?
Atau segunung?

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. p u a k mengatakan

    13 Mei 2009 pada 3:33 am

    gak pentingg!!!.. Dooonn…!!!
    Gila aje.. ada ngupil tapi beradab.
    Ngupil mah.. ngupil aja..
    Awas lho, ada yang masuk ke sela2 keyboard.. jiakakak!!

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 3:33 am

      Hahaha keyboard blackberry? Buanyakk huahuahua!

      Balas
  2. igna mengatakan

    12 Mei 2009 pada 7:37 pm

    Weks….
    kalau per hari hasil cari “intan” dapat 0,5 gram, setahun 365 x 0,5 gram = 182,5 gram, kalau 10 tahun = 1.825 gram, 20 tahun = 3.650 gram, 30 tahun 5.475 gram.. lumayan Don, paling tidak bisa jadi saingan batu ponari… wkwkwkk ..
    ono-ono wae kowe ki Don… ning yo logis kok omonganmu…

    Balas
    • DV mengatakan

      12 Mei 2009 pada 7:37 pm

      Kurang gawean ngitung beratnya segala :)

      Balas
  3. angga mengatakan

    13 Mei 2009 pada 6:35 am

    …. Sorry nek nggilani
    tapi aku mbiyen clingak clinguk njur tak emplok je dab
    asin asin piye ngono..

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 6:35 am

      Hahahaha, tergantung, nek kering asin nek cair gurih :)

      Balas
  4. riris ernaeni mengatakan

    12 Mei 2009 pada 10:39 pm

    hahahaa…nggilani sakjane, tapi kocak dan memberi semangat untuk peduli dengan kebersihan lingkungan dimulai dari hal yang kecil yaitu “NGUPIL”..

    Balas
    • DV mengatakan

      12 Mei 2009 pada 10:39 pm

      Hehehe…

      Balas
  5. kris mengatakan

    13 Mei 2009 pada 12:14 am

    don, usul… bawa plastik ato kresek aja. jd tiap kali ngupil, upilnya dimasukkan ke plastik itu. jd ketahuan kan, setahun kita dapat berapa ons? sopo ngerti payu didol neng klitikan :))

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 12:14 am

      Hahahahaha, nggilani njuk warnane upil kuwi opo yo sakjane? Ijo? Kuning? Semu abu-abu? Opo Ireng :)

      Balas
  6. Eka Situmorang - Sir mengatakan

    13 Mei 2009 pada 1:56 am

    Gue gak pernah ngitungin upil gue udh berapa banyak hahahha
    Topik simpel dalam keseharian hahahha

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 1:56 am

      Hahahaha…

      Balas
  7. Muzda mengatakan

    13 Mei 2009 pada 2:21 am

    Aku kok jarang ngupil yaa ..??
    Ini kelainan atau emang karena idungku bersih ??
    *tapi ujung idungku sering gatal*
    Hahhaa ..
    Eh Mas, mungkin pikir mereka yang suka ngupil asal nempel itu, suatu saat tu tumpukan upil bisa jadi emas :)

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 2:21 am

      Kamu nggak pernah ngupil? Ah yang boong, Muzda :)

      Balas
  8. zam mengatakan

    13 Mei 2009 pada 6:24 am

    dan ukuran jari yang bisa masuk ke lubang hidung kita ya cuma jari kita. kalo ndak percaya, silakan masukkan jari anda ke lubang hidung saya..
    hwakakakaka

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 6:24 am

      Hauahuaha ngakak puol mbaca komenmu :)

      Balas
  9. joicehelena mengatakan

    14 Mei 2009 pada 3:05 am

    upil??
    hmm….pernah, tapi ku lakukan dengan sangat beradab..
    menutup hidungku dengan sebelah tangan dan tangan yang lainnya mulai menjelajah, tapi hanya utk mengeluarkan sesuatu yang nempel itu….
    hehhe…

    Balas
    • DV mengatakan

      14 Mei 2009 pada 3:05 am

      Ya meski beradab tetap aja ngupil hahah!

      Balas
  10. mascayo mengatakan

    13 Mei 2009 pada 6:11 pm

    maaf saya ndak ngerti yang anda maksud,
    tolong diperjelas, ada photonya barangkali hehehe…

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 6:11 pm

      Ndak ada foto, tapi mau nempelin ujung jarimu ke idungku? Sini :)

      Balas
  11. edratna mengatakan

    13 Mei 2009 pada 8:15 pm

    hahaha…postingan lucu, ning rodo nggilani…..

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 8:15 pm

      Nggilani tur menyenangkan jhe, Bu :)

      Balas
  12. anderson mengatakan

    13 Mei 2009 pada 8:16 pm

    jiakaka…ngupil… Kenikmatan tiada tara. Kenikmatan yang hanya bisa ditandingi oleh ngorek kuping pake cutton buds…*ketularan iseng*

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Mei 2009 pada 8:16 pm

      Yoi.. pokoknya kebiasaan MEMASUKKAN sesuatu ke lubang yang sempit itu emang menyenangkan ya hahaha :)

      Balas
  13. prameswari mengatakan

    14 Mei 2009 pada 12:51 am

    ampun deh…postingan ini bikin gak bisa komen….hihihi….

    Balas
    • DV mengatakan

      14 Mei 2009 pada 12:51 am

      Nggak bisa komen kok komen..
      Wagu dot com

      Balas
  14. Ria mengatakan

    14 Mei 2009 pada 12:00 pm

    Mas Don!!!! Males banget sih postingan ini, ngebayangin orang lg ngupil aja males apalagi kalo harus menerka2 berapa banyak upil yg udah dibunag…yaikssss……
    Kalau lagi ngomongin ini jadi inget si okta…harusnya dia mampir kesini nih…pasti dia seneng bgt!

    Balas
    • DV mengatakan

      14 Mei 2009 pada 12:00 pm

      Ah kayak kamu nggak doyan upil.. eh nggak doyan ngupil aja :)
      Btw Okta itu sapa ?

      Balas
  15. pakde mengatakan

    14 Mei 2009 pada 7:32 pm

    Istri saya suka protest…dia yang paling sering protes….dia bilang Jijik katanya. aku tanya jijik mana dengan yang satu itu? eh dia malah nyubit….
    Aneh ! saya juga binun kok bisa ya….sampai terkumpul nempel di meja bagian bawahnya… coba lihat, tempelannya sudah menegering nih.

    Balas
  16. masnoer mengatakan

    14 Mei 2009 pada 7:33 pm

    wooo postingane nggilane yo mas he he he

    Balas
  17. alfred mengatakan

    15 Mei 2009 pada 4:19 am

    Upil to dab? dudu I**L, hahahahahahaha

    Balas
  18. Diajeng mengatakan

    14 Mei 2009 pada 7:19 pm

    :) (*senyum dulu ah..bingung mo mulai dr mana) suatu hal kalo sudah trbiasa dan menjadi hobi memang susah di hilangkan :)

    Balas
  19. vizon mengatakan

    15 Mei 2009 pada 1:29 am

    huahaha…. don, aku ngakak abis baca postinganmu ini, soale aku baca sambil ngupil… huahahaha…. :)

    Balas
  20. Retie mengatakan

    15 Mei 2009 pada 3:15 pm

    hehehehe :) ini kebiasanya suamiku nich, sampai kalo dia lagi kumat, suka nempelin ke aku katanya tanda cinta darinya yang ngga dikasihkan ke cewek manapun huuu!!!

    Balas
  21. dyahsuminar mengatakan

    16 Mei 2009 pada 6:22 am

    waduuuh….ada ada saja nih mas Dony..
    Tinggal di Sidney ,tapi tulisan tulisannya unik,,menarik..dan kadang kadang dicampuri bahasa Jawa..

    Balas
    • DV mengatakan

      16 Mei 2009 pada 6:22 am

      Halo Ibu, wah tersanjung aku dikomentari Bu Wali di sini :)

      Balas
  22. sawali tuhusetya mengatakan

    18 Mei 2009 pada 5:10 am

    alah, ternyata mas dony suka ngupil juga, kekeke … meski sudah jadi pengupil beradab yang namanya ngupil ya tetep ngupil, mas don. rasanya memang sering berlangsung scr tak sadar. setiap kali jari2 masuk ke lubang hidung ada upil yang mengganjal, ya udah dikorek2 terus sampai kena. kalau saya ndak pernah pakai tisu, mas. utk menjaga peradaban, cukup tangan kiri menutup aksi jari tangan kanan yang sedang masuk ke lubang hidung, hehe …

    Balas
  23. samsul arifin mengatakan

    30 Mei 2009 pada 7:03 pm

    hemm, tahu ga mas, aku kalau ngupil itu ya, pertama2 aku plintir2 dulu biar aga kenyal trus nanti baru aku sentil ke sembarang tempat. hehehe. :D
    ngupil bagiku adalah kebutuhan hidup, karena menurutku hampir setiap hari setiap orang [seharusnya] membersihkan hidung mereka.

    Balas
  24. Bayu Probo mengatakan

    1 Juni 2009 pada 2:30 am

    Terima kasih untuk sarannya. Saya akan melatih diri menjadi pengupil beradab. Anakku (2 tahun 3 bulan) sudah biasa ngupil. Entah dia beradab atau tidak, biasanya telunjuk bekas ngupilnya ia serahkan padaku supaya aku bersihkan. Lalu, ia akan lanjutkan ngupil lagi.

    Balas
  25. Danta mengatakan

    6 Juni 2009 pada 6:08 am

    Ngupil ada kegiatan fenomenal yang memberikan kepuasan tersendiri mas..
    Mungkin sebentar lagi ada istilah terapi ngupil bagi orang yang banyak pikiran

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Juni 2009 pada 6:08 am

      Betul Mas… nanti juga ada terapi membersihkan tangan dari bau dan rasa upil, Mas heheh :)

      Balas
  26. Ly mengatakan

    27 Oktober 2009 pada 1:25 pm

    *senyum-senyum…
    makasih tipsnya… ohya, satu lagi, kalo lagi di kamar mandi tuh, musti ngupil, biar ga ngupil di sembarang tempat…
    salam kenal Mas Donny

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Oktober 2009 pada 3:59 pm

      @Ly: waduh, kalo gitu kamar mandinya kotor dong dindingnya (kalo upilnya ditempel di dinding hahahaha)

      Balas
  27. Jessica Wuysang mengatakan

    25 November 2009 pada 4:19 am

    Hahaha…..Donny dengan ke-khas-annya. Tetep sableng….cuek….apa adanya dan cerdas!

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      25 November 2009 pada 9:03 am

      Thanks :) Long time no see, Jes!

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT