Mencari SIM di Australia, khususnya di negara bagian New South Wales tidaklah semudah kita mengambil formulir, mengisi butir demi butir di dalamnya lalu mengumpulkannya kepada petugas sembari menyelipkan amplop berisi sogokan, uang pelancar.
Kalau boleh aku bilang, butuh waktu dan intelejensia yang lebih dari lumayan.
Kalau kamu tidak pintar mengenali tata aturan lalu lintas serta tidak pandai membaca situasi jalan, jangan harap kamu bisa mendapatkan ijin nyetir di sini.
Tapi sepandai-pandai dan sepintar apapun, kalau tidak sabar kamu juga tidak akan mendapatkan ijin itu. Buang juga jauh-jauh pikiran bahwa kamu bisa menerabas jalur yang begitu panjang dan berliku yang sudah ditentukan di sini karena nyaris (tidak) semua petugas tidak mempan untuk disogok dan dijadikan licin perilakunya.
Ada tiga tahapan pendahulu untuk pada akhirnya kamu mendapat SIM yang full licensed.
Awalan pertama adalah SIM jenis L alias Learner.
Ini adalah tahap pertama yang mau tak mau harus kita lalui. Untuk mendapatkannya, kamu harus mengikuti tes pengetahuan berbasis komputer. Ada 45 soal dan kamu cuma diberi kesempatan untuk membuat satu kali kesalahan saja atau kamu dianggap gagal tepat di pertanyaan yang jawabanmu dinyatakan sebagai jawaban yang salah itu.
Setelah lulus, kamu diperbolehkan menyetir tapi dengan begitu banyak batasan seperti misalnya maksimum kecepatan adalah 80km per jam dan kamu harus nyetir didampingi oleh orang lain yang sudah full licensed. Kamu juga harus mengumpulkan jam nyetir selama 120 jam termasuk 20 jam di antaranya adalah nyetir di malam hari.
Kalau kamu berusia di atas 25 tahun, selama kamu sudah memenuhi jam nyetir itu, kamu berhak untuk naik tingkat ke P (Provisional) 1. Tapi kalau kamu di bawah usia itu, kamu harus berpuas diri dengan L selama 12 bulan terlebih dahulu.
Ujian meraih P1 adalah ujian nyetir langsung di lapangan.
Kamu harus nyetir didampingi penguji. Selama lebih kurang 45 menit kamu akan diuji coba, dibawa kesana-kemari dan kalau kamu sukses untuk tidak melakukan kesalahan lebih dari tiga kali, kamu dinyatakan lulus, tapi jika tidak, kamu harus mengulangnya lagi minimal satu minggu sesudahnya.
Dengan SIM P1, kamu sudah diperbolehkan nyetir sendiri kecuali kalau ketika kamu ujian menggunakan mobil dengan transmisi otomatis, maka apabila kamu nyetir mobil manual, kamu harus tetap didampingi oleh mereka yang telah full licensed.
Sepandai-pandainya kamu dalam menyetir, kamu tetap harus memegang SIM P1 ini selama setidaknya 12 bulan dan kali ini tidak ada ujian percepatan. Pokoknya tidak pandang bulu, semua sama harus puas dulu dengan SIM jenis ini untuk satu tahun.
Nah, selepas bulan ke-12, kamu boleh ikut ujian naik kelas lagi ke P(Provisional) 2 atau setahap sebelum kamu menjadi full licensed. Ujian kenaikan ke P2 adalah Hazard Perception Test (HPT), tes berbasis komputer yang akan menguji sehebat apa kamu menghadapi kondisi-kondisi buruk di jalan raya.
OK, anggaplah kamu hebat dan sekali ujian HPT kamupun meraih gelar P2.
Tapi sekali lagi, sehebat dan secanggih apapun kamu, dalam waktu 2 tahun ke depannya kamu harus tetap puas menggunakan SIM P2 saja.
Meski tingkat kamu semakin tinggi namun SIM P2 tetap memiliki keterbatasan-keterbatasan yang lebih ketat ketimbang full licensed. Temanku bilang, di tahap ini kita benar-benar diuji karena dalam kurun waktu 2 tahun, tak jarang orang melakukan kesalahan yang ketika diakumulasikan, bobotnya mengancam kepemilikan SIM P2 nya itu tadi.
Dua tahun berselang, saatnya kamu naik peringkat lagi ke level full licensed maka ambillah Driver Qualification Test (DQT), test yang tetap berbasis komputer untuk menjadi semacam pendadaran mu, menguji apa yang telah kamu pelajari baik teori maupun praktek selama setidaknya tiga tahun sebelumnya.
Ketika kamu lulus dan mendapatkan full licensed, itupun bukan berarti lantas kamu bebas merdeka berada di jalan raya.
Tata aturan yang selalu ter-update (dan semakin lama semakin ketat) itu ya tetap harus dilahap dan ditaati oleh semuanya bukan hanya mereka yang L, P1 ataupun P2.
Rumit bukan?
Pada awalnya, aku sebagai pendatang, sempat berpikir kenapa untuk memperoleh SIM saja seperti sama susahnya seorang Brahma Kumbara untuk mendapatkan ilmu Ajian Serat Jiwa?
Tapi lama-kelamaan, seiring berjalannya waktu dan seiring terlalu seringnya aku mengakses jalan raya, aku menyadari bahwa ketika kita menggunakan jalan raya tak peduli apapun kendaraannya, kita semua terlibat dalam sebuah kontrak sosial antara kita, orang lain dan pemerintah sebagai pemilik dan penyedia fasilitas tersebut.
Seperti di Road User Handbook, buku setebal 200-an halaman yang wajib dimiliki oleh orang yang hendak mengikuti ujian tahap Learner, di halaman 11 yang tertulis begini:
Think of your licence as a contract, or an agreement between you as a driver and the rest of society. The RTA and the NSW Police administer this contract on behalf of the people of NSW. When you get your licence, look after it. Do not abuse it or allow it to be misused. There is a heavy penalty if you fraudulently alter, use or lend a licence to another person or allow a licence to be used by another person.
Jadi, teman-teman sekalian, doakanlah saya :)
Besok pagi saya akan menempuh ujian SIM untuk menjadi seorang newbie, seorang pembelajar, seorang Learner (L).
Foto diambil dari sini.
Wah, ternyata bener-bener ribet ya mas Dony, tapi kalo kupikir justru di Indon yang kurang profesionel teknik seleksinya, apalagi di Kendal, huh. Meskipun sudah ditulisi “Jangan lewat Calo”, namun justru calonya dari dalem tuh. Kapan yah di Indon bisa setertib ini?
Ah, jangan diperbandingkan Mas.. biarlah tumbuh secara alami (calonya) hehehe :)
Ribet seh tapi dengan tujuan yang sangat baik. Gpp lah, pak!!!
Ah….dulu saya buat SIM C ngebayangin yg test sana -sini, gak tahunya cuma ngisi form, foto, jadi deh….. mudah bgt kan !!!
Bagaimanapun juga, saya tetap cinta INdonesia!!
Saya jg! Cinta Indonesia :)
didoain biar lulus :)
amen, thanks :)
aku setuju jika mencari SIM “dipersulit” spt di ostrali gitu. jadi kalau sudah dapat, seseorang nggak ugal2an di jalan. polisi jg mudah mengontrol siapa yg pengguna jalan tsb. bagaimanapun klo kita nyetirnya ugal2an, itu berarti membahayakan diri sendiri dan orang lain. jd intinya sih: tanggung jawab.
Hehehehe, setuju juga Kris :)
Don, aku baru saja selesai mengikuti serangkaian urusan per-SIM-an di Bantul. Aku sebetulnya ingin memperpanjang SIM C. Tapi karena SIM terakhir itu dikeluarkan di Riau, maka aku tidak bisa memperpanjang, aku harus buat baru. Dan itu artinya, aku harus ikuti segala proses dari awal; ujian teori maupun praktek…
Ternyata, di negara kita, antara idealisme dan kenyataan, jauh panggang dari api. Semunya bisa dimudahkan, bila ada anasir pemudahnya. Ya, bila kau punya uang, tak perlu berletih-letih dengan segala proses.
Bila aturan dapat ditegakkan segala jujur dan konsisten di negara kita, aku yakin, kita akan bisa sejajar dengan negara-negara lain, tapi sayang…. (gak sanggup kulanjutkan)
Ok, Don… semoga sukses ya! Sorry, sudah curcol kebanyakan… :D
Curcol yang banyak Uda.. curcolmu bermutu kok :)
Di negara kita, urusan memang serba parah. Udah cari SIMnya lewat pintu belakang, nanti kalau kena tilang di jalan, penyelesaiannya lewat pintu belakang juga.
Ada diskriminasi juga. Pengendara sepeda motor sering sekali di razia di jalan, tapi pengemudi mobil tidak pernah. Makanya, saya sudah lama nggak punya SIM A, tenang-tenang saja di jalan …. (semoga nggak ada polantas yang baca komen saya … :D )
Tak andhakke Bu.. aku wes apal nomer plat mobilmu hahaha :)
Wah… jan rumit tenan ya Don… kalau di Indonesia diberlakukan aturan kayak gitu kemungkinannya cuman 2 : yang punya SIM sedikit, akibatnya banyak yang nggak boleh nyupir dan tingkat penjualan kendaraan turun drastis, atau malah menyuburkan calo… lha wong KTP yang nggak pake ujian saja bisa dobel-dobel kok…
Anyway, semoga bisa dapet SIM L Don… ntar boleh ngelamar jadi sopirku… kan harus ada pendampingnya…. :)
Hahahaha :)
Good luck ya mas…. !
u will rock :p
lebay nih gue hehehehe
ok, boleh dunk mas diupdate
dengan begitu ketatnya proses mendapatkan ajian Serat Jiwa itu…
rendahkah tingkat kecelakaan disana?
Loe lebay pasti ketularan si Yessy Muchtar yaks :)
Kalo di luar mo ambil SIM itu benar2 serius ya tesnya.
Kalo di Indonesia kan sering banged sim tembak, curi-curi umur.
Kayak saya dulu :D
Heheh saya juga, ngga curi umur tapi curi skill :)
Itulah bedanya Australia dengan Indonesia. Salah satu faktor terjadinya banyak kecelakaan di negeri ini karena hal ini.. Belum pandai membawa kendaraan sudah dikasih SIM.. Mental pembuat SIM pun sudah rusak, ingin praktisnya saja.. Si penyedia SIM juga memberikan kelancaran saat ada yang memberikan “pelicin” Sebaiknya Indonesia yang diperbaiki apanya dlu ya??
Heheh entahlah tapi saya tak tertarik membandingkan :)
aku doakan semoga engkau lulus ya teman, wakh….enakan mana nih? buat sim di kita ama disono…bisa nembak gag nih?
Enak dimana aja :) Nembak? Cewek kali ditembak :)
wew…
rumit banget yah…
tapi oke juga tuh…
bisa jadi mengurangi tingkat kecelakaan…
nice post…
salam kenal yah :D
Stop Dreaming Start Action
Sip!
nyerah duluan deh :D
Weks dot com
wah, ruibet banget yaa…
klo nyetir awal2 harus didampingi gtu, susah dong klo jd orang kuper dsana?
(bingung cari siapa yng mo ngedampingin, gtu..)
Btw.. Selamat, sudah sukses menempuh langkah pertama :)
Masih panjang perjalanan Anda, hohohoho..
Kalo jadi orang kuper bisa juga ikut kursus mobil tapi ya mahal :)
wedew… kok lebih angel ng kono ya nggawe sim. oleh nyogok gak mas?? :D
Ora..:) nyogok mlebu penjoro :)
wuih…ribet amat, Bro.. Tapi proses yang demikian yang bikin rakyatnya jadi terbiasa disiplin. Lha kalo coba diterapkan di Indonesia pasti di demo dengan alasan ngga efektip, ngga pro rakyat (halah…maksa). Di negeri ini masih terlalu banyak orang yang bangga kalau bisa motong kompas jalur prosedur resmi, entah karna uang atau karna sodara atau mbahnya aparat kepolisian.
Betul :) Ribet tapi asik :)
justru itulah bung.. negara maju, mereka memikirkan keselamatan masyarakatnya. Teori dan Ujian yang sulit, diharapkan bahwa pengguna jalan benar2 menyadari betul bahaya yang dapat terjadi di jalan raya. Mereka memandang bahwa nyawa manusia sangat berharga.
Sungguh berbeda dengan Indonesia, negeri bebas sebebas rimba, apalagi kota Jakarta. Semrawutnya lalu lintas menjadikan titik kritis bahaya, yang setiap saat bisa merenggut nyawa penggunanya secara diam2, acak dan misterius. Memang nyawa dihargai murah di Indo, tidak hanya orang lain tetapi juga diri si pengguna (terbukti numpak motor, tangane diwalik-ben ra ireng jawane, helem-an ciduk, sok2 malah sambil sms-an opo update statuse FB)
FYI: di jerman kalau mengecat dinding luar bangunan saja dengan warna mencolok dan itu di public area, bisa kena denda… karena dianggap mengganggu kenyamanan public… hehhee sampai segitunya kan..
Salam hangat dari Jakarta… Sukses bung!
Bung, tantangan untukku (dan kamu kelak) yang hidup di luar negeri adalah sebisa mungkin tidak membandingkan heheh :)
Bagus dong, dipersulit gitu, jadi jalanan gak dipenuhi sopir angkot yang suka sembarangan nyetir dan tanpa SIM ituh.. maak!
Lah kenapa mereka tanpa SIM, bukannya nyari SIM selalu gampang :)
Angeleee nggawe SIM nang konooo! Tapi baguslah, patut dicontoh disini buat menekan jumlah pengendara kendaraan bermotor yang waton sruntal-sruntul ndak keruwan itu. Jadi gimana hasil testnya?
Hasil testnya… POSITIPP!! :)
Lha tinimbang aku Don, udah belajar beneran..lulus…nyopir latihan beneran, lulus… SIM nya asli…lha tapi takut nyopir…hahaha
Padahal sekarang nyaris tiap hari keluar rumah..lama-lama gaji tambahannya malah nombok untuk bayar sopir taksi…hehehe
Hehehehe nah kalo itu soal keberanian, Bu.:) Ayo, nyetir :)
wah laen bgt yah ama di Indonesia…
lam kenal ya dari Jakarta
Lam kenal balik :)
mestinya begitu, mas don, orang yang pegang sim berarti benar2 sdh piawai dan memahami benar aturan dan rambu2 lantas. tak seperti di negeri kelelawar. punya sim, tapi bawaannya suka main tabrak mlulu. saya doakan, mas don, semoga ujian simnya lancar dan diyatakan lulus cum laude, hehe ..
Hahaha negeri kelelawar..:)
Atas doanya, saya lulus Pak :)
hehehe…aku punya SIM gak perlu pake tes tuh :P
sampe skr jarang dipake soalnya males ngurus permit kantor…kekekek…
disini mas ada double SIM, SIM dari kepolisian dan Permit mengendarai kendaraan di area camp dan bawa mobil kantor :D
so gmn hasilnya?
Hasilnya positif :)
Ria, tentang penggunaan double license kayak di kantormu aku percaya soalnya aku pernah pula berkunjung ke perusahaan asing di Sumbawa dan mereka juga menerapkan hal seperti itu.
Beruntunglah kamu (kalau kamu nyetir) karena dengan seperti itu menurutku sekaligus kamu udah belajar banyak tata aturan lalu lintas dari negeri tempat asal perusahaanmu… :)
wahh … benar-benar tahapan yang luarbiasa. Sampai bertingkat-tingkat seperti itu. Nggak kebayanga kalau itu diterapkan disini …
*kalau untuk sopir angkutan umum gimana ya? ah disana kan nggak ada angkot ya?
anyway, sukses kan ujiannya? “L”?
ternyata lebih enak hidup di negeri sendiri ya mas…..
kalok nyari SIM kayak gitu, sopir2 bis AKAP di indon ga bakalan lulus ujian deh, wkwkwkw…..
sekali2 penguji SIM di Aus harusnya studi banding ke jawa timur, suruh numpang bis Sumber Selamat… wkwkwkwk……