U2, The Sweetest Thing

4 Jun 2008 | Cetusan

U2
Kenapa aku suka U2?
Pada awalnya adalah ikut-ikutan.
Dan betapa aku sangat bersyukur karena telah ikut-ikutan.
Bayangkan jika tidak, U2 adalah musik genius dan aku tak mau dibilang “sok genius” karena bisa mencerna U2 secara mudah dan langsung.

Lalu kenapa ikut-ikutan?
Biar dibilang keren :)

Banyak kubaca di koran dan majalah bahwa musisi-musisi papan atas negeri ini serta luar negeri, kebanyakan menggandrungi U2.
Nah, karena dulu ingin dipandang “berkelas” aku pun mulai menjejalkan U2 ke gendang telinga.

Bagiku dulu, akhir dekade 90-an, tentu akan sangat “wagu” kalau misalnya ditanya pacar ataupun gebetan baru “Musik kesukaan kamu apa, Don?”
lalu aku menjawabnya dengan “Oh, Stinky!”
Dijamin, dia pasti akan langsung manggut-manggut dengan mungkin agak sedikit mengernyitkan alis yang hendak jatuh sambil menggumam “Ah, biasa!”

Beda dong kalau misal aku menjawabnya dengan “Hmmm… saya nggak punya musik favorit. Tapi suara serak Bono dan sengatan gitar The Edge itu mampu mengalahkan kopi pagiku setiap hari!”
Dia pasti akan lama terdiam lalu bilang “Ouwwwww.. ya! ya! Kamu maniak U2 ya?”
Maka aku hanya akan mengangkat pundak, tersenyum dengan menaikkan ujung bibirku sebelah saja ke atas dan membuka telapak tangan tanpa bersuara terlalu banyak lagi.

Well, pada awalnya kecintaanku pada U2 terlalu naif bukan?
Akan tetapi tiga bulan setelah kenaifan itu berawal, semuanya berubah.
Sehari tak mendengar lengkingan Bono pada paruh akhir lagu With or Without You ataupun mendengarkan melodi unik The Edge pada lagu Where The Streets Have No Name, ibarat waktu,
maka perjalanannya terasa berkurang satu detik sehingga tidak bisa menggenap menjadi 60 untuk membentuk satu menit.
Maka jadilah sejak saat itu aku mulai menjadikannya sebagai musik yang harus selalu diputar pada pemutar cakram CD ku karena pada waktu itu teknologi dan gadget secanggih iPOD belum ada.

Sampai sekarang pun, setelah bertahun-tahun, setelah era CD telah berangsur berakhir dan tergantikan dengan iPOD yang kebetulan kepunyaanku adalah U2 Special Series Limited Edition,
aku tak juga tahu pasti kenapa aku suka U2. Kalau cuma disuruh menjawab bahwa U2 itu menarik karena lirik-lirik lagunya kuat ataupun karena mereka adalah band yang ber-proses,
ya bisa saja, tapi mencari alasan yang paling hakiki mengapa aku bisa suka dengan U2, itu sama saja dengan mencari alasan kenapa kita, orang Indonesia, kebanyakan dan bahkan hampir
semua sangat suka dengan yang namanya nasi.

Sepertinya ini berlebihan? Sungguh tidak! Untuk menghargai sebuah band terbesar sepanjang sejarah peradaban aku memang tak mau menyandingkan diri melalui deskripsi yang miskin.
U2 adalah hal termanis… the sweetest thing dalam musik, anugerah yang datangnya tak tentu seabad sekali.

Mak-Dar-It (maka dari itu), setelah melalui pemikiran dan dibantu peng-yakin-an Kawan DM beberapa waktu yang lampau,
kuputuskan untuk membuat satu kategori baru di blog ini yang secara telanjang kuberi title U2.

Semoga bermangfaat dan tidak membosankan!

Sebarluaskan!

8 Komentar

  1. Wah!?, ternyata Anda demen yang model “U-U” yah?
    ..ini menjelaskan kenapa demen banget begadang semalaman di tempat u Djum di Widjilan.
    atau tenguk-tenguk di perempatan Sultan Agung tempatnya u Tini.
    dan kalau jalan jalan ke Semarang, jangan lupa mampir di pecel u Sri Simpang Lima..
    *kabur nyusul DM*

    Balas
  2. Oh… jadi begitu alasanmu menyukai U2. Ck-ck-ck… Sungguh wagu tenan ternyata!
    *kabur ah*

    Balas
  3. bukan cuma masalah suaranya aja don… tp gayanya yg males2an nyanyi itu loh malah yg bikin tambah keren… males aja keren gimana rajin coba…??

    Balas
  4. @ Windy:
    Tapi penggemarnya kok malesnya nggak ilang-ilang ya…

    Balas
  5. Kenapa aku suka U2?
    Pada awalnya adalah ikut-ikutan. Dan betapa aku sangat bersyukur karena telah ikut-ikutan. Bayangkan jika tidak, U2 adalah musik genius dan aku tak mau dibilang “sok genius” karena bisa mencerna U2 secara mudah dan langsung.
    Right… Kutipan di atas persis dg yang ku alami semasa SMA, yakni “Ikut2an” =). Persisnya aku teracuni oleh oomnya si “ehm2” ku di SMA saat ku main2 ke rumahnya. Oom ini dulu kolektor kaset (jaman itu), hampir seisi kamarnya dipenuhi dengan lemari yg berjubel kaset2. Saat ku liat2 isi kamarnya, perhatianku terpaku pada satu poster yang lumayan gede berisi 4 anak muda yang ku nilai saat itu biasa2 aja tp kok posternya di pasang, apa sih istimewanya? Jauh dari kesan rocker yang ada saat itu. Ku tanya si oom dan dia bilang U2. Hampir sebelum saat itu “4 irish boys” ini ga pernah mampir di telingaku krn memang aku berada pada tmn2 yang doyannya Grunge n Punk yang saat itu merajalela. Dr situ, mulailah si oom “presentasi” sana sini tentang U2 dan perjalanan flash back mesin waktuku ke era2 Zooropa hingga Boy di mulai..
    Salam
    Haris

    Balas
    • Banyak jalan menuju Rom… eh Dublin, Sob! Heheheheh!

      Balas
  6. Pertama kali lihat U2 wkt jamannya video Top Pop yg biasa disewa rental..Akhir 80an semua video musik sangat neon banget mulai dari pop, disko sampai metalnya…And this band came up with all new setting that suddenly blew me away..the image of charcoal grey..and the sound…so magnificent…Pokoknya terkesan ‘so impressive’ dan beda banget ama gerombolan Top Pop lainnya..Hati dan telinga yang waktu itu sedang tergila-gila dengan Duran Duran jadi berpaling..then I decided that I should follow this band..on ears..and in heart and mind..:D

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.