Ya, ya, ya.. baiklah, aku setuju untuk bilang bahwa sekuel Batman terkini bertajuk The Dark Knight memang luar biasa.
Luar biasa dalam arti memang keluar dari kebiasaan sekuel-sekuel film bertema epos kepahlawanan yang selalu menempatkan si pahlawan adalah yang teratas, yang pada akhirnya menang.
Padahal dari dulu aku sangat benci kepada Batman karena menurut hematku, ia sungguh pahlawan yang tidak hemat kostum karena ia toh tetap mempertahankan selendang hitamnya padahal
ia tak bisa terbang.
Terlepas pula dari kematiannya, Heath Ledger si pemeran Joker, perampok bank yang psikopat dalam film itu, pun bermain sungguh menawan.
Dari setiap kecap lidahnya yang berulang-ulang menandakan kegelisahan akut dalam dirinya adalah satu komponen yang cukup banyak membuat decak kagum akan penjiwaan perannya.
Superb lah! Splendid pula!
Setuju pula kalau aku harus menonton film tersebut setidaknya sekali lagi.
Tapi bukan semata-mata karena film itu bagus saja melainkan karena pada kesempatan pertama aku menontonnya kemarin, konsentrasi yang harusnya tercurah untuk mencecap kedahsyatan film
itu harus terbagi terbelah-belah dengan gangguan-gangguan yang ada di sekitarku.
Gangguan pertama adalah tentang dering handphone seorang ibu, penonton yang duduk tak jauh dairku, yang dilanjutkan dengan cuap-cuapnya.
“Oh iya.. kuncinya kuglethekkan di mejaku, Nduk! Aku lage nonton iki! Sek yo! Eh.. sik-sik, mau bicara karo Bapakmu? Nyoh iki!”
Lalu gantian suara berat si Bapak yang berbicara tak kalah panjangnya dengan wanitanya dan mengalahkan konsentrasiku.
Gangguan kedua yang paling kurasakan sepanjang.. bayangkan, sepanjangggg film diputar adalah anak-anak.
Mungkin usianya masih sekitar tiga tahun, dua orok seusia itu begitu gaduh bersuara tepat di belakang kursiku.
Sesekali kakinya menyepak-nyepak ke punggung kursi yang kududuki. Belum lagi kepalanya yang didongak-dongakkan di atas kepalaku dan “Plakk! Bukkk! Bukkk! Plakkkk!”
tangannya digepuk-gepukkan di kursiku yang tak jarang mengenai kepalaku.
Asu!
Aku tahu yang kuhadapi adalah orok yang usianya sepersepuluhku jadi sangat tidak masuk akal kalau kemudian aku mengata-ngatai dan memidanakan tindakannya dengan dakwaanku.
Berlebihan pula kalau lantas aku berlaku kasar padanya, bukan ?
Maka hal yang bisa kulakukan hanyalah menegurnya berulang-ulang “Dik, jangan gitu yahhhh!” sambil mencoba tersenyum manis padanya meski ia lalu hanya melongo dan sembunyi untuk beberapa
menit kemudian mengulangi dan mengulangi lagi kegiatannya.
Sesekali aku pun mendengar suara Sang Ibu dari anak-anak itu yang mencoba menghardik anaknya “Minta maaf sama om-nya!”, sementara ia tak bergeming sedikitpun untuk menjerat si anak
yang terus menggangguku.
Maaf, maaf, maaf! Kali ini kata MAAF sungguh tak cukup dan tak sanggup untuk menyelesaikan persoalan.
Betapa egois dan tak terpujinya orang tua macam itu! Ia yang beranak lebih mementingkan film yang ditayangkan ketimbang anaknya dan orang-orang sekitarnya yang digaduhi oleh perilaku
anaknya.
Aku hanya angkat bahu dengan keadaan ini semua.
Sejak menjelang pertengahan film itu aku merasa sungguh tak nyaman lagi. Satu-satunya hal yang kunantikan hanyalah film cepatlah usai dan tempo kapan di depan aku akan mengantri tiket
dan menonton lagi tanpa gangguan cecunguk-cecunguk itu lagi!
Aku jadi berpikir bahwa ternyata ada begitu banyak hal yang terus mengganggu untuk menikmati sesuatu di areal publik meski telah dibatasi dengan biaya tiket yang tak murah itu.
Sekeluarnya aku dari gedung pertunjukan, dengan muka yang tetap masam aku hanya bisa menumpahkan emosiku dengan sedikit bertanya ke mbak-mbak penjaga yang kebetulan manis parasnya.
“Mbak, numpang tanya, kalau ada penonton bawa camcorder untuk membajak, nggak boleh ya?”
“Oh, ya jelas nggak Mas!”
“Pernah ada kejadian, gitu ?”
“Pernah! Waktu itu sepasang pria-wanita tertangkap tangan lalu kami bawa ke security dan diangkut ke kepolisian!”
“Oh gitu..?”
“Iya, lagipula kan sudah dituliskan di layar sebelum pertunjukan bahwa camcorder dilarang dipakai karena kami menghargai karya orang lain”
“Hmmm… lalu gimana dengan orang yang tetap menghidupkan handphone lalu teleponnya berdering dan mengangk..”
“Oh… nggak boleh juga Mas! Kan ada tulisannya juga di layar” Ia memotong bicaraku.
Aku pun manggut-manggut tersenyum
“Oh ic! Tapi tadi kenyataannya ada tuh Mbak yang nyalain hp berdering dan bicara keras-keras!”
Mbaknya terdiam dan sesaat kemudian kembali tersenyum manis
“Ah.. ya barangkali sebentar, Mas! Nggak papa lah”
“Tapi kan tertulis di layar kata Mbak?”
“Ah… iya sih..hmm tapi… ”
“Trus kalau ada anak kecil nonton dan ramai gitu apa ya nggak ditegur petugas, Mbak?” Giliranku memangkas alur bicaranya.
“Oh?”
“Tadi ada tulisan juga di layar supaya jangan berisik tak terkecuali untuk siapapun selama pertunjukan digelar lho Mbak, dan pas tadi ada anak kecil teriak-teriak ganggu saya
kok ya nggak ditegur?”
Si Embak yang manis itu nggak bisa menjawab apa-apa lagi.
Dari senyumnya yang dibuat-buat dan sorot matanya yang tak berani beranjak lebih tinggi dari daguku itu,
aku membaca satu hal bahwa aku harus pergi dan tak perlu berucap kata satupun lagi karena toh setidaknya aku telah membeli tiket,
telah menonton pula pertunjukannya terlepas aku puas atau tidak, itu persetan barangkali bagi mereka
karena memang mereka tidak dibayar untuk memperjuangkan rasa puas itu sendiri.
Ya sudah, besok antri lagi, besok nonton lagi!
waduh… batman lagi … piss :D *kabur*
waduh… batman lagi … piss :D *kabur*
makanya nonton ulangnya di jakarta aja yaa…. jadii klo ada yg resee ntar gw bantuin ngomel… setoojoooo….??!!
mwahahaha…
iki koyo kejadianku pas nang airport..
cuman karena hal yang “kecil” jadi terlibat pembicaraan yang tidak “kecil”
wah dadi pengen nonton miyabi..
eh..
batman..
Setuju!
Seri Batman yang ini yang menang si Joker…dah akhirnya ga mati eh niat dia bunuh si Harvey Dent kesampean…paling keren pula aktingnya!
damput! aku satu2nya makhluk disini yang belom nonton batman ya?XD
Ouw…
gangguannya mirip spt yg saya alami..mungkin besok2 saya akan nonton lg dgn topi bertuliskan “jangan ribut” di belakang atas topi.. :)
Judulnya salah ketik mas, bukan Dark Night tapi Dark Knight
hehehe :D
pasti nontonnya di 21-nya amplas ya?
memang di sana ga nyaman nontonnya, banyak gangguan yang menyebalkan seperti yang mas sebutkan di atas
@Yan: makasih mas ralatnya hahaha sudah saya perbaiki. Anda jeli!