Tujuh Tujuh Tujuh

18 Des 2007 | Cetusan

Ada berapa banyak undangan pernikahan yang kamu terima untuk perayaan hari ini?
7 Juli 2007, hari ini, adalah hari pernikahan sedunia tampaknya. Banyak orang berebut gedung, catering, pastor, pendeta, penghulu untuk mengejar tanggal jadi 7-7-7.
Aku jadi geli sendiri dengan pikiran yang beredar di otakku saat ini mengenai semua. Lahir, rejeki, jodoh dan mati boleh ditangan Tuhan, tapi tanggal pernikahan tampaknya tetaplah di tangan manusia bukan ?
Aku sendiri dapat satu undangan dan aku bersyukur karena gak dapat lebih banyak dari itu. Undangannya dari Nana, temen lama yang dulu sempat bekerja di sini jadi Front Officer.
Tapi sayangnya aku tak berencana untuk hadir dalam perayaannya karena aku harus pulang.
(Tapi tenang Na, amplop tetap terkirim ke resepsimu nanti hehehe).

7 Juli 2007, hari ini, adalah juga hari pertama kali aku berurusan dengan yang namanya MRI. Magnetic Resonance Imaging, alat canggih yang dipakai untuk melakukan scanning pada tengkuk leherku.
Aku terkena sakit post exercise!
Jangan katro! Ini bukan penyakit yang gimana-gimana tapi kata dokter ahli syaraf yang kemarin kutemui, penyakitku ini karena ada urat yang tertarik ketika melakukan gerakan di gym.
Jangan juga tanya rasanya! Yang namanya sakit ya pasti sakit. Leher gak bisa menoleh ke kiri dan ke kanan. Gerakan atas bawah juga bikin senewen.

Punggung kayak di bor sampai ke ulu hati. Duduk harus tegap, kalau bersandar sakitnya minta ampun. Tidur harus tegap, padahal baik tegap maupun telungkup, sama saja… sakitnya minta ampun.
Tangan kanan terkadang nyeri terkadang tidak. Leher..? Wah itulah pusat sakit segalanya.
Semalam sebelum tidur aku jadi berpikir tentang Saddam Hussein. Aku jadi terbayang-bayang bagaimana sakitnya dia menghadapi hukuman gantung sementara aku yang seperti ini saja sudah cukup didera sakit mulai dari leher, punggung, tangan hingga dada.

Hidup memang menyakitkan!
Jangan tertawakan kalau aku berkata demikian! Coba bayangkan, aku nge-gym untuk menghindari kolesterol yang semakin tinggi karena lemak babi, kambing dan semua daging2an lainnya.
Eh… sekarang nge-gym pun juga beresiko sakit seperti ini. Ehhhh udah sakit, ke rumah sakit, mendengar suster memberi tahu harga perawatan dan pemeriksaan pun juga bikin sakit karena saking mahalnya.
Tak masuk akal memang, tapi begitulah kenyataannya bahwa mau hidup sehat dan benar pun kita harus bayar “ongkos” yang tidak bisa dikatakan murah. Sementara untuk memilih hidup yang tidak sehat juga mahal dan naga-naganya kita harus mengejar kesehatan itu kembali dan… ongkosnya double bukan? Dokter ahli syaraf-ku kemarin juga bilang aku tidak boleh berolahraga yang melibatkan otot leher dan punggung sampai terapi selesai dilakukan. Aku sedang berpikir-pikir lantas apa yang boleh aku lakukan? “Kalau lari, Dokter?” Dokternya mengangguk, jadi ya sudah untuk saat-saat ini aku hanya akan ambil treadmill, renang dan sit-up saja.

Ya, itulah penggalan hidup.
Tak pernah bercerita lain selain tentang kepedihan. Kesukacitaan adalah tanda beristirahatnya kepedihan untuk sementara waktu, akan tetapi ketika bel kembali berbunyi, kepedihan akan menggantikan dan sukacita akan gantian istirahat. Tapi meski demikian tak habis-habisnya aku bersyukur dan bersyukur kepada Tuhan bahwa hingga saat ini, Dia yang ada di Surga selalu meyakinkanku dan kawan-kawanku bahwa hidup ini tidaklah akan sesia-sia pikiranku dan pikiranmu. Selamat lahir untuk keponakanku yang baru memulai penggalan hidup sejak malam tadi.
Mari Dik, kita nikmati bersama kepedihan demi kepedihan hidup ini berbekal kegentaran, keberanian, keyakinan dan keputusasaan …

Tulisan ini adalah salinan dari blog saya yang ada di friendster. Pernah dimuat di sana pada tanggal 7 Juli 2007

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.