• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Trend follower dan mereka yang kuper

10 November 2011 31 Komentar

Sebuah pemandangan absurd terjadi hari minggu sore kemarin ketika seorang pembawa acara siaran televisi nasional dengan bangganya berujar demikian, “Menurut statistik, Indonesia menempati posisi kedua di seluruh dunia yang mempunyai account Facebook terbanyak!”
Tak sampai satu menit kemudian, seorang rekannya yang sama-sama membawakan acara sore itu menyahut, “Tak hanya itu, kita adalah negara dengan jumlah pengguna blackberry terbesar di dunia!”
Lalu mereka berdua tersenyum penuh rasa bangga.

…petunjuk bahwa memang benar kebanyakan dari kita adalah trend follower, pengikut trend yang dengan setia selalu mengikuti kemana sang pembuat trend bertitah.”

Kenapa absurd, karena menurutku informasi yang disampaikan itu tak sedikitpun mengundang rasa bangga sebagai anak bangsa jadi ketika para pembawa acara tersenyum sumringah, aku kehilangan point tentang apa yang membuat mereka tersenyum kalau demikian? Ah maaf.. kuulangi kalimatku dengan imbuhan “ada sedikit bangga karena bangsaku tak termasuk dalam golongan yang cuek terhadap kemajuan teknologi dan bangga pula karena pemerintahnya belum memblokir akses ke media-media tersebut”. Selebihnya, semua itu hanya petunjuk bahwa memang benar kebanyakan dari kita adalah trend follower, pengikut trend yang dengan setia selalu mengikuti kemana sang pembuat trend bertitah.
Satu-satunya pihak yang diuntungkan dengan statistik di atas selain produsen brand yang bersangkutan barangkali para pembicara seminar yang kerap membawakan materi tentang social media serta… marketer yang menjajakan (atau dijajakan?) brand-brand komersial di ranah social media atau yang biasa disebut sebagai buzzer. Mengapa? Karena semakin besar angka pemakai berarti semakin besar pula peluang untuk dirinya menyuarakan brand yang dijajakan (atau menjajakan?) dan itu berarti uangnya semakin bermeter-meter panjangnya. Bisnis yang aneh bukan? :)))

Di sisi lain, seperti sebuah anomali dari kejadian di atas, seorang teman dengan bangga melaporkan diri sebagai salah sedikit dari mereka yang tak punya akun facebook. Terus terang aku shock!
Hello! Ini tahun 2011 gitu loh! Dan kawanku tadi… Ia bekerja di bidang yang tak jauh dari komputer, bukan tipikal pekerja yang overloaded, selalu punya waktu untuk sekadar ‘berleha-leha’ di internet. Sepengetahuanku, Ia bukan pula model orang yang menyimpan privasi terlalu dalam hingga tak memungkinkan ia ber-facebook dan…. dia juga bagian dari bangsa ini! Masa ngga pengen ikut menyukseskan meraih posisi pertama diseluruh dunia untuk akun Facebook terbanyak sih?

“…bagiku teknologi, bagaimanapun jalang dan berbahayanya adalah sesuatu yang harus kita ikuti…”

Bagiku, kawanku ini juga tak kalah absurdnya! Tak ada sedikitpun yang bisa dibanggakan untuk menjadi seorang yang kuper (kurang pergaulan) seperti itu karena bagiku teknologi, bagaimanapun jalang dan berbahayanya adalah sesuatu yang harus kita ikuti karena terbukti banyak membantu kehidupan manusia ketika ia bisa kita manfaatkan. Ibarat kata adalah ombak bagi seorang pemain ski air. Terjerumus sedikit saja ke dalamnya, kita akan jatuh, tapi menjaga keseimbangan untuk selalu berada di atasnya, akan menjadikan ombak tersebut bermanfaat.
Lantas mana yang paling baik?
Tak ada jawaban yang pasti karena tak semua trend follower bahkan mengakui dirinya adalah bagian dari kaum tersebut. Demikian pula ketika kau terperangkap dalam ‘lembah’ ke-kuper-an. Tak jarang mereka berdalih macam-macam untuk menghindarkan diri dari kesan kuper dan memilih untuk menjawab “Ah, toh tak semua harus kuikuti.. hidup ini pilihan!”
Tapi kalau aku harus memilih, terlepas pada kenyataannya aku lebih berada di lajur ‘trend follower’ ataupun ‘kuper’, aku berharap untuk menjadi pencipta trend karena hanya dengan demikian maka kita akan dibedakan dari dua sebelumnya yang kusebut. Jangan buru-buru bilang “Tak mampu!” atau “Sulit!” karena kalau Tuhan mampu menciptakan Mark Zuckerberg dengan Facebook-nya, Steve Jobs dengan Apple nya dan bahkan Bill Gates dengan Microsoft-nya, masa iya Dia tak mampu dan lupa untuk memberimu perangkat-perangkat yang sama untuk membuat keajaiban-keajaiban kecil untuk menggebrak dunia?
Jangan tanya caranya, ini sama sekali tak menyangkut pandai-bodohnya seseorang ditinjau dari sisi akademik ataupun pergaulannya. Belajarlah dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Setia pada penyelesaian persoalan-persoalan kecil konon dengan sendirinya akan membuat kita mampu pula mengerjakan hal-hal yang besar.
Sekian tulisan yang tak kalah absurd dariku, si Absurd… nan tampan :)

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Digital Ditag dengan:trend follower

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. sibair mengatakan

    10 November 2011 pada 5:21 pm

    hohoho menarik sekali mas Don, hihihi sampe mesam-mesem sendiri bacanya. Di akhir tulisan tetep wajib narsis ya.. XD

    Balas
  2. imadewira mengatakan

    10 November 2011 pada 5:41 pm

    Super sekali.. *bergaya Mario Teguh
    Eh tapi serius lho mas, inspiratif sekali bagi saya.

    Balas
  3. Imelda mengatakan

    10 November 2011 pada 5:47 pm

    hmmm ngerti banget deh pemikiran kamu.
    yang pertama Bebek, yang kedua Udang :D (otaknya hahaha)
    Padahal dunia ini tidak hanya dipenuhi oleh bebek dan udang. Perlu ada Singa, Monyet dan Gajah….bahkan binatang lain.
    Sebetulnya kasus bebek ini tipikal orang Indonesia, satu bikin wartel, satu jalan isinya wartel semua. Jarang ada yang bikin warung mesin fotokopi di sebelahnya, atau warung alat tulis. Ngga bisa baca situasi dan celah usaha.
    Well, ntah sampai kapan akan begini ya?

    Balas
    • Kaget mengatakan

      10 November 2011 pada 8:27 pm

      Kayakna bakalan lama Mbak EM, saya beberapa kali gonta ganti usaha akibat ulah si Bebek yang ngga punya ide dan identik dengan Copas. jadi, kalau memang mau bertarung, ada ide, ada uang, langsung gebrak sebelum di-bebek-in orang lain. Toh duit udang mengalir duluan.
      Dan seperti itu juga dalam socmed, gebrak dulu… dan jangan lihat kebelakang :)

      Balas
  4. Yoel mengatakan

    10 November 2011 pada 7:08 pm

    Saya pikir, di satu sisi trend Facebook & Twitter ini sangat berguna untuk orang-orang kuper biar bisa bergaul dengan lebih leluasa, karena mereka tidak perlu canggung berhadapan dengan orang lain secara langsung. Teman-teman saya yang kuper berubah menjadi friendly & dapat banyak teman baru dari Twitter. Setelah akrab di dunia maya, mereka tidak akan canggung lagi waktu kopi darat. Kalau tren ini tidak digunakan oleh orang kuper, mau jadi apa mereka?

    Balas
  5. Maztrie? mengatakan

    10 November 2011 pada 6:12 pm

    Masih berusaha menelaah pesan terdalamnya.. (tentu tak berhenti mesam-mesemnya)

    Balas
  6. airyz mengatakan

    10 November 2011 pada 10:21 pm

    sosial media menjadi lahan yang pas untuk ngiklan branding :D

    Balas
  7. krismariana mengatakan

    10 November 2011 pada 10:42 pm

    Beberapa orang yg kukenal mengatakan dia punya BB karena “terpaksa”. Soalnya diminta oleh atasannya untuk memiliki BB agar bisa berkoordinasi dengan mudah soal pekerjaan. Tapi ujung2nya, kebanyakan dari mereka akhirnya malah asyik ber-BB. Pekerjaan malah jadi nomor dua, yg penting dia bisa FB-an, twitter-an. Jadi, kalau ada orang bilang punya BB demi pekerjaan, aku cuma mesem2 saja sekarang. Hehe.
    Tapi bagaimanapun, jadi pembebek itu gampang sekali. Dan itu biasanya terjadi tanpa sadar… Kalau si kuper, mungkin dia terlalu sibuk melakukan pembenaran ttg dirinya sendiri, ya? Embuhlah, Don.

    Balas
  8. Rusa mengatakan

    11 November 2011 pada 11:10 am

    masa iya Dia tak mampu dan lupa untuk memberimu perangkat-perangkat yang sama untuk membuat keajaiban-keajaiban kecil untuk menggebrak dunia? ……………. aku suka banget yg itu mas. Mas Donny keren!

    Balas
  9. Bukik mengatakan

    11 November 2011 pada 12:24 pm

    Terapung mengikuti arus sungai lebih mudah dari pada berenang melawan arus
    hehehe
    Pada banyak urusan, lebih baik kita menjadi follower
    Pada beberapa urusan, lebih baik kita menjadi pelopor
    Urusan apa? Urusan masing-masing hehe

    Balas
  10. Kemeja Kantor Murah mengatakan

    11 November 2011 pada 1:43 pm

    saya suka artikelnya..
    hehe

    Balas
  11. honeylizious mengatakan

    11 November 2011 pada 3:22 pm

    ada beberapa hal di dunia ini yang bisa terlihat baik, bisa pula terlihat buruk atau malah kelihatan absurd bergantung dari sisi mana kita memandangnya :D

    Balas
  12. giewahyudi mengatakan

    11 November 2011 pada 2:36 pm

    Manganmu opo wae to, Mbah, tulisane wuedaaannn tenan!

    Balas
  13. Ladeva mengatakan

    11 November 2011 pada 5:45 pm

    Aku juga punya teman traveller dan bilang kalo gak punya facebook dengan alasan yang sangat sederhana, “Malas”. Aku shock pas denger itu karena kan biasanya (ini pandangan umum lho ya) kalo kita jalan2 pasti pengen eksis dengan cara naro foto banyak2 di fb (ambil kaca hehehe), nah tapi pas dijelasin kalo dia “gak pengen jadi budak medsos” ya dimengerti lah ya. Buatku, itu balik lagi ke kata “pilihan”. Nah, buatku sendiri, sosmed banyak ngebantu kerjaan dan aktualisasi diri :)

    Balas
  14. boyin mengatakan

    11 November 2011 pada 11:15 pm

    berarti tergantung kebutuhan ya bro….tapi follower tak selamanya buruk sih….kadang lebih menguntungkan…

    Balas
  15. niQue mengatakan

    12 November 2011 pada 11:11 am

    saya tergolong kuper ga ya :D
    ga aktif di mana2
    ga nyimpen bebek, ga suka masak bebek juga
    tapi suka masak ‘udang’ xixixi

    Balas
  16. monda mengatakan

    12 November 2011 pada 1:47 pm

    kayaknya milih di tengah aja deh he.he…
    kalau ikut trend tapi tak menggunakannya semaksimal mungkin sama juga bodong
    sampai ada seorang perempuan pintar terkenal ngomong begini internet itu kan bukan cuma Facebook aja,
    prihatin dia melihat kecendrungan ini

    Balas
  17. vizon mengatakan

    12 November 2011 pada 4:03 pm

    Nah… Kalau begini kan asyik. Aku bisa baca blogmu pake henpon.. :)
    Untuk urusan ikut-mengikut ini, menurutku ada 2 kategori manusia. Pertama, yang mengikuti karena tahu manfaat dan tujuan sesuatu itu, dan kedua, yg mengikuti tanpa paham apa pengetahuan apa-apa. Semoga kita beraktivitas di dunia socmed selama ini berdasarkan pengetahuan, bukan sekedar ikut-ikutan.. :)

    Balas
  18. niee mengatakan

    12 November 2011 pada 6:18 pm

    Sepertinya aku tahu deh acara ini mas.. yg di metr* itu kan.. hahaha..
    Kalau aku biasanya ikut juga seh.. seperti fb aku punya.. tapi saat org heboh dengan fb aku udh bosan.. sama dg bb.. saat org sekarang makin byk pake aku udh berpindah.. ya sejenis followers juga seh.. tapi lebih cepat berpindah kelain hati aja kali yak.. hehehe

    Balas
  19. pa Yudha ra mengatakan

    12 November 2011 pada 9:20 pm

    Aku sendiri sampai sekarang masih bingung dengan ap yang terjadi dengan mayoritas bangsa ini. Mungkin karena disini menjadi bodoh dan berpikiran pendek itu adalah keren :0

    Balas
  20. Antyo Rentjoko mengatakan

    13 November 2011 pada 5:02 am

    Lha memang soal pilihan, to?
    Semuanya itu kan secukupnya, seperlunya. :D

    Balas
  21. zee mengatakan

    13 November 2011 pada 5:40 am

    Tak masalah sebenarnya menurutku kalau ada yang tak punya akun fb. Karena back to minatnya, seleranya, dunianya, nyamannya dimana. Dia memilih ‘sedikit kuper’ ya tak apa juga, karena pada kenyataannya yang kuper pun masih bisa hidup senang tak kalah dengan yang ‘maju’.
    DOn, aku sebenarnya penasaran. Kenapa kamu selalu menggunakan kata ‘tampan’ dan bukan ganteng atau cakep atau keren. Tak pernah ada lagi yang menggunakan kata ‘tampan’ kecuali DV. :)

    Balas
  22. pety puri mengatakan

    15 November 2011 pada 4:47 pm

    salam kenal, Pak DV (atau mas/ bang?) :)
    saya tau blog Anda dari link2 komentar di blog milik Sibar, Rusabawean, Paman Tyo, dan Pak Bukik (dosen saya)
    *numpang beken* #halaaah
    menarik Pak!
    sayapun juga follower yang dulu termasuk kuper
    -dan mari menjadi pelopor pada urusan/ bidang masing2-

    Balas
  23. fazza mengatakan

    17 November 2011 pada 2:30 pm

    inspitatif banget pak..
    minta izin berlangganan rssnya :)

    Balas
  24. gadis mengatakan

    22 November 2011 pada 11:36 am

    suka ma artikelnya..heee
    aq jg lg mo bljr kok mas biar gk di katain kuper tp bkn bljr dr fb ato tweeter :)))

    Balas
  25. Endy mengatakan

    24 November 2011 pada 11:56 pm

    post yang menarik mas :)
    oh iye, disadari atau tidak, sebenanarnya hal ini relative..kenapa..?
    saya menggunakan kata yang anda pakai diatas, “follower”, nah jika kita merupakan negara yang follower, dan ketika apa yang kita follow itu memberikan hasil yang positif, maka patutnya kita berbangga karena masyarakat kita dapat menggunakan sesuatu hal yang di “follownya” untuk dapat memberikan keuntungan atau setidaknya memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri..

    Balas
  26. yoszca mengatakan

    8 Desember 2011 pada 9:56 pm

    Kita nikmati aja ‘keindahan’ teknologi yang mempermudah hidup manusia…

    Balas
  27. Tri Rahayu mengatakan

    18 Januari 2012 pada 10:33 pm

    menurut saya, apapun bentuk kemajuan teknologi dan implementasi ilmu itu ibarat pisau..bisa untuk membantu pekerjaan atau sebagai alat kriminalitas..it all depends on the users..jadi terserah kita sebagai pengguna/penonton/pemakai mau dijadikan apa produk iptek tsb..sbg media sosial, media pencitraan, media pemasaran, atau mungkin media curhat..selama tahu dan paham betul resikonya..gt aja sie..kok jd serius gn yaa..tp lebih bagus lg sie kalo produk tadi malah bisa jd trigger buat kita utk bs menemukan ‘produk’ baru lg..nah itu baru salut..btw,salut deh mas donny..artikelnya selalu bikin org utk ngklik..thanks for the social media then(?)..

    Balas
    • DV mengatakan

      18 Januari 2012 pada 11:02 pm

      :) makasih Mbak :)

      Balas
  28. El Usafa (@cit_mayZ) mengatakan

    21 Mei 2013 pada 2:25 pm

    wow :O
    guru bahasaku juga ngga punya akun fb/twitter loh, katanya jangan jadi generasi pembebek :p #pfft

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT