Sewaktu membaca tulisan Si Tampan di sini, aku hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala saja!
Kenapa? Leher pegal? Aha, tentu nggak.. Aku geleng-geleng karena kepandaiannya menganyam kata dan membuat para pembacanya berpikir banyak tentang tema atau misi seputar tulisan-tulisannya itu.
(Dan aku bangga menjadi salah satu pembaca setia blognya!)
Aku merasa tersentil.
“Weh iya ik! Jebul aku tuh ya procrastinator ya!
Dalam banyak hal aku seperti merasa nyaman untuk melakukan semuanya ketika tumpukan file sudah antri di meja dan waktu untuk menggarapnyakannya hampir habis!”
Contoh dalam hal pekerjaan. Misalnya ada proyek dengan tempo pengerjaan 15 hari, maka dapat dipastikan mood akan muncul selepas hari kesepuluh.
Mendekati deadline pada hari kelima belas yang ada adalah degupan dada yang mengeencang, jari jemari berkeringat dan benak yang berputar-putar.
Tapi sebenarnya tak selamanya berarti kemrungsung (tergesa-gesa) lho.
Justru terkadang aku bisa menggali ide-ide gila yang sepertinya memang hanya bisa keluar ketika waktu semakin menjepit… pit.. pit!
Tapi apa pernah overlimit ?
Ya sering! Tapi semangkin lama, se-procrastinate-procrastinate-nya aku ya semngkin jadi procrastinator yang baik.
Baik itu dalam artian, aku bisa mengatur setelat-telatnya tidak telat.
Sekemrungsung-kemrungsungnya tidak sradak sruduk!
Atau, sesradak-sruduknya justru itulah hasil akhir terbaik dengan sentuhan-sentuhan emosi yang kentara, halah!
Sebagai seorang procrastinator yang baik, aku sungguh pengen sebenarnya untuk lepas dari jerat ini.
Banyak hal juga sudah kulakukan termasuk di dalamnya adalah mengikuti petuah orang: Catat!
Ya! Catat semua rencana kerja termasuk kegagalan-kegagalan jika masih ada terkait rencana itu ke dalam secarik kertas.
Sudah kubeli pula organizer mulai dari yang kertas sampe digital tapi ya tetap, motivasiku untuk memanfaatkan hanya sehangat-hangat tai kebo aja. Kalau udah dingin ya ditinggal lagi …
Sebagai seorang procrastinator yang baik, aku juga sebenarnya sangat membenci procrastinator-procrastinator yang lain.
Ah untung (sampai saat ini) aku masih dipercaya untuk menjadi atasan sehingga bisa mempraktikkan kebencian ini terhadap anak buah yang procrastinator.
Aku bisa marah-marah ketika mereka pakai sistem kebut semalam.
Aku bisa menasihati mereka ketika mereka bener-bener akhirnya gagal karena sifat procrastinate mereka sendiri.
Padahal, tentu saja diluar sepengetahuan mereka, ketika aku berlaku demikian pada mereka, justru sebenarnya aku sedang memandang diriku sendiri.
Dan yang terakhir, sebagai seorang procrastinator yang tinggal di Jogja..eh… aku kok agak prihatin dengan TransJogja ya!
Gimana itu kabar bisnya kok ndak jalan-jalan.
Lha wong halte-halte ya sudah cantik terpasang, mobil Bus TransJogjanya beberapa juga sudah wira-wiri testing-testing 123 di seantero jalanan Jogja.
Spanduk yang berkata “Ayo naik Bus TransJogja” juga sudah terpasang dimana-mana.
Tapi kok bisnya ndak ada..? Lha ini gimana..?
Apa Anda procrastinator juga, Pak ?
Top ten reasons to procrastinate. 1.
iiihh…susah amat sih bacanya….procrastinator….termasuk predator mana lagi tuh…
@Windy: Jangan komen gitu ah, keliatan udiknya tuh!
makanya klo cerita di blog jgn pake istilah2 sulit katanya mau dibaca semua kalangan…biar di bilang pinter ya…?
Sama! Terkadang di saat-saat mepet, kekuatan itu justru makin besar. Tapi, tetap saja itu tabiat buruk. Hehe! Kita nggak pernah tau tiba-tiba ada kejadian apa yang bisa bikin berantakan jadwal kita.
@ Windy, coba dieja: p-r-o-c-r-a-s-t-i-n-a-t-o-r :))
Hihii sudah lama gak mampir langsung dapet istilah baru yang agak susah di baca.. Mengenai hal-hal yang serba mepet itu kadang memang benar loh bisa banyak ide muncul, tapi ya sering juga malah mentok dan akhirnya molor. Aku sering molornya mas.. kayaknya aku bukan procrastinator yang baik sih :|