Kabar Baik hari ini ditulis Matius,
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:17-18)
Menggenapi dengan kasihNya
Selama ini aku mengenal kutipan Kabar Baik tersebut sebagai pernyataan bahwa kedatangan Yesus ke dunia dua ribu tahun silam itu tidak untuk menghilangkan Hukum Taurat dengan hukum baruNya. Ia datang untuk menggenapi Taurat dengan KasihNya.
Pagi tadi, seorang pastor senior yang kukenal, di sebuah grup WA yang kuikuti memberikan wacana baru tentang perikop di atas.
Menurutnya, yang tidak dihilangkan itu bukan hanya Hukum Taurat tapi juga KasihNya sendiri. KasihNya pada kita tidak akan dihilangkan satu titik pun sampai akhir jaman.
Titik adalah kasih
Hal itu membuatku merenung dalam dan di atas kereta yang mengantarkanku bekerja pagi ini, aku ?mendapat? permenungan baru; karena kasihNya tak kan hilang satu titik pun maka kita, umat manusia, siapapun dia, tak kan ditinggalkan dalam keadaan tanpa kasih sepanjang hidup ini!
Aku jadi ingat satu kejadian yang membuatku tersadarkan akan kenyataan ini.
Kemarin, pemerintah secara terbuka mengungkap rencana busuk makar pada 21-22 Mei 2019 silam. Ada beberapa skenario yang gagal dijalankan oleh para oknum yang sebagian sudah ditangkap; pembunuhan terhadap beberapa tokoh nasional termasuk salah satunya adalah Yunarto Wijaya.
Yunarto pimpinan Charta Politika, sebuah lembaga survey. Sosoknya cerdas, pendapat-pendapatnya lurus dan jitu, kuikuti baik melalui Twitter maupun saat ia tampil dalam talkshow politik di televisi yang mengundangnya.
Aku tak tahu kenapa ia dijadikan target pembunuhan, tapi bagaimana ia merespons hal tersebut adalah yang membuatmu tertarik.
Dalam tweetnya, seperti ku-captured di bawah, ia berkata begini:

Menyambung titik jadi garis kasih
Aku tak kenal secara pribadi dengan Yunarto. Aku juga tak tahu kepada siapa ia beriman tapi yang kuyakin, Yunarto melalui tweet di atas menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang hidup dalam kubangan kasih yang luar biasa banyaknya dari Allah dan orang-orang di sekitarnya.
Saking banyaknya, ia mampu membagikan kasih itu kepada Tanah Air dan sesama termasuk yang ia cintai serta orang-orang yang mengancamnya. Semata karena kita semua adalah orang-orang yang sejatinya dikasihi dan tak kan pernah ditinggalkan Allah hingga kesudahan.
Bagi Tuhan, kasih adalah iota, adalah titik. Tak satu pun dari titik itu dihapuskan maka mari ikut aktif dalam menyambung titik-titik itu menjadi garis yang menghubungkan dan menguatkan kita dengan sesama sedunia dalam kasih dan perdamaian.
Sydney, 12 Juni 2019
0 Komentar