Tinggal dalam kasih-Nya itu bersyarat? Mari belajar dari Pak Joko dan Bowo

23 Mei 2019 | Kabar Baik

Sebelumnya aku minta maaf pada kalian kalau lagi-lagi renungan Kabar Baik hari ini tentang Kasih-Nya kuhiasi dengan pengalamanku dulu saat mati lampu di kampung di Indonesia sana.

Generator Pak Joko

Pada umumnya setiap rumah pada masa kecilku, mereka punya sebatang lilin, lampu teplok atau syukur-syukur petromaks yang digunakan untuk menghalau gelap saat mati lampu.

Namun demikian, dari sekian banyak rumah, ada satu keluarga berada yang memiliki generator pembangkit listrik berbahan baku diesel. Sebutlah pemiliknya bernama Pak Joko, bukan nama sebenarnya.

Pak Joko ini baik hatinya, luhur pula budi pekertinya. Ia membuka pintu rumah dan pekarangannya lebar-lebar untuk didatangi tetangga saat mati lampu. Ia mempersilakan kami masuk untuk menonton televisi atau sekadar nongkrong dan ngobrol di rumahnya yang terang-benderang seolah tidak mati lampu. Kadang Bu Joko juga unjuk diri keluar dan menyajikan kudapan ala kadarnya secara cuma-cuma.

Bowo, Si Perokok

Namun begitu ada satu tetangga yang tak mau datang. Sebutlah Bowo namanya. Lagi-lagi bukan nama sebenarnya.

Bowo memilih untuk tak masuk ke rumah Pak Joko. Ia duduk di perempatan, sendirian dalam gelap sambil menggamit sebatang rokok yang dihisapnya pelan-pelan.

?Lho Mas Bowo, kenapa nggak ikut masuk ke rumah Pak Joko??

Ia menggeleng. ?Sombong dia tuh!?

Aku kaget. ?Lho, kok bisa??

?Aku pernah mau masuk tapi dilarang sama dia. Alasannya karena dia nggak mau ada perokok masuk ke dalam rumahnya! Sombong!? Bowo menggerutu.

Yang dikatakannya tentu tidak semuanya benar.

Meski membuka pintu rumahnya, Pak Joko memang melarang para tetangga untuk merokok di pekarangan dan rumahnya. Tapi kalau Bowo bilang bahwa Pak Joko itu sombong tentu salah kaprah.

Buktinya, Alm. Papa dan kawan-kawannya yang merokok pun juga diperbolehkan masuk karena Pak Joko tahu ketika mereka masuk ke pekarangan dan rumahnya, mereka tak merokok.

Kasih-Nya terbatas?

Perihal Kasih Tuhan kurang lebihnya sama dengan itu.

Hari ini Yesus berkata, ?Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku?? (lih. Yohanes 15:10)

Kasih-Nya ternyata memerlukan syarat yaitu bagaimana kita menanggapi perintahNya. Kalau kita menuruti, kita boleh tinggal di dalam kasih-Nya,. Kalau tidak ya tidak di dalam kasihNya.

Lho tapi katanya kasih Tuhan itu tak terbatas? 

Syarat bukan batasan. Kecuali kalau manusia itu lahir tanpa diberi kemampuan untuk menjalankan perintahNya, maka syarat itu bisa kita sebut sebagai batasan.

Syarat dan batas

Tapi pada kenyataannya, setiap orang yang dilahirkan, bagaimanapun keadaannya, ia bisa menjalankan perintah-perintahNya. Kalaupun pada akhirnya manusia memilih untuk tidak menjalankan perintahNya, maka yang membatasi kasihNya itu bukan Tuhan melainkan diri manusia itu sendiri!

Sama dengan Pak Joko dan Mas Bowo tadi.

Pak Joko jelas tidak membatasi siapapun untuk masuk ke dalam rumah dan pekarangannya dengan satu syarat, tidak merokok.

Dan kalau alm. Papa serta banyak kawannya bisa untuk tidak merokok ketika berkunjung ke rumah Pak Joko, kenapa Bowo tidak? Kalau begitu bukankah Bowo yang menutup diri dari kebaikan hati Pak Joko dan bukan sebaliknya?

Sydney, 23 Mei 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.