The Passion of… Anand Krishna, sebuah renungan

24 Feb 2013 | Cetusan

Dalam tradisi Katolik, ada peristiwa penting yaitu prosesi Jalan Salib yang dilakukan menjelang Paskah. Prosesi yang sempat di-film-kan secara kolosal oleh Mel Gibson dengan judul ?Passion of the Christ” ini adalah napak tilas Kisah Sengsara Isa Al Masih, Yesus Kristus, mulai dari penangkapan di Taman Getsmani karena dianggap mengancam kredibilitas Imam-imam Farisi – Yahudi, sampai pada PenyalibanNya; peristiwa besar yang diimani sebagai puncak dari Keimanan Kristiani.

Banyak sudut pandang tentang kejadian-kejadian penting di sekitar Jalan Salib yang bisa diimani lebih dari sekedar peristiwa sejarah itu sendiri. Dan hari ini saya mendapatkan insight dari kejadian yang membuat saya teringat kembali akan Jalan Salib ini.

Sejak tanggal 14 Februari 2013 lalu, beberapa kawan tak henti mengirimkan berita tentang upaya penangkapan spiritualis kondang Indonesia, Anand Krishna. Peristiwa jemput paksa yang dikomandoi oleh pihak Kejaksaan seperti termuat di sini ini ternyata mengerahkan banyak sekali preman dan orang-orang tak dikenal.

Ini adalah sebuah penyerbuan ke padepokan yang biasa digunakan untuk meditasi, yoga, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan perdamaian. Hingga akhirnya Anand Krishna pun turun menemui para penjemputnya, supaya tidak jatuh korban dan akhirnya menuju ke Polda lalu ke Jakarta untuk dibui.

Kasus hukum Anand Khrisna ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama dan berlarut-larut, sejak Februari 2010 silam. Diwarnai dengan berbagai macam rekayasa kebohongan, pelaporan dan BAP yang lebih mirip novel porno picisan, kesaksian-kesaksian pesanan sampai ancaman pembunuhan di ruang sidang kepada Anand sendiri. (Simak jalannya kasus Anand Khrisna di www.freeanandkrishna.com)

Kejadian ini membuat jargon ?kebenaran pasti berjaya? seolah tidak ada artinya. Kapan jaya-nya?

Kejadian ini membuat jargon “kebenaran pasti berjaya” seolah tidak ada artinya. Kapan jaya-nya? Keadilan yang dinanti, malah kandas, dikandaskan oleh para oknumnya sendiri? Atau memang sistem peradilan di negara ini seperti itu? Saya menjadi ragu bagaimana saya menjelaskan pada generasi di bawah saya, bahwa Kebenaran itu selalu menang? Dan keadilan akan datang? Saya kehabisan contoh-contoh nyata yang bisa membuat mereka tetap optimis akan kebenaran dan keadilan.

Anand Khrisna bersama penulis

Anand Khrisna bersama penulis

Anand bukanlah nabi. Ia hanyalah seorang penulis buku, aktivis HAM, spiritualis dan pejuang kemanusiaan, yang tidak punya kesaktian. Tapi meski demikian, kisahnya terutama kejadian hari ini membuat saya mengalami flashback sekaligus deja vu tentang apa yang dialami Yesus pada Jalan SalibNya, tentang apa yang telah menjadi karyaNya dan timbal balik yang diterimaNya? Demikian juga dengan Anand Khrisna; ditahan seperti seorang penjahat besar, setelah apa yang telah dilakukan untuk negara dan bangsa ini?

Sekali lagi saya hanya bisa geram, seakan tak berdaya melihat ketidakadilan ini.

Kembali ke Penyaliban. Pertanyaan di batin ini, setelah penyaliban itu terjadi. Adakah yang berani mengimani Kebangkitan Yesus? Adakah satu orang saja yang yakin bahwa Yesus mampu mengalahkan Kematian? Pada Jumat Agung nanti saya yakin seperih apapun membayangkan peristiwa penyaliban, akan berubah menjadi kemegahan, keagungan di malam berikutnya yang diyakini sebagai Kebagkitan Kristus, karena kitab telah menuliskannya demikian.

Anand Khrisna, setibanya di Jakarta setelah kejadian penangkapan di Ubud

Anand Khrisna, setibanya di Jakarta setelah kejadian penangkapan di Ubud

Tapi bagaimana dengan Anand Krishna dan teman-temannya? Belum ada kitab yang akan telah menuliskannya. Saat ini semua berdoa, dan hancur hatinya, mengikuti peristiwa-peristiwa sengsara selama berjalan bersama. Hancur, luluh. Anand bukanlah Yesus, dia hanya seorang anak bangsa yang peduli pada kemanusiaan dan kedamaian, tapi justru diperlakukan seperti kriminal. Semoga semua ini hanya sementara. Karena apa yang dilakukan selama ini adalah benar, bahwa apa yang dicita-citakan bersama yaitu Satu Bumi, Satu Langit, dan Satu Kemanusiaan, hidup dalam Damai, Cinta dan Keharmonisan, adalah cita-cita yang belum tercapai, dan merupakan tugas siapapun yang mencintai Indonesia dan Kebhinnekaan.

Jalan Salib telah berlangsung, tapi itu tidak akan menyurutkan para pejuang Kedamaian. Semoga kita tidak pernah Menyerah pada Ketidakadilan!!!

Tunggul Setiawan,?sahabat Anand Khrisna

Anda ingin menjadi penulis tamu di situs ini seperti Tunggul? Silakan baca informasi di sini

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Jujur saja, untuk kasus Anand Krishna, saya tidak mau mana yang benar dan mana yang salah.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.