Pada saat memberikan sambutan penutup dalam perayaan ekaristi menyambut 100 hari wafatnya Mama, minggu (12/6) silam, ada satu bagian yang semula hendak kujadikan pembuka tapi urung kubawakan.
Alasannya, aku tak yakin benar bisa bertahan untuk membawakan tanpa linangan air mata dan aku capek kalau harus berkeluh sedih, hal itu tak kan membangun konstruksi rasa syukur yang indah, menurutku setidaknya demikian.
Tapi sejak tulisan mengijinkanku untuk menyembunyikan isak di muka wajah para pembaca maka biarlah kali ini kudaratkan hal itu di sini, di moment yang kupikir tepat, sesaat sebelum meninggalkan Tanah Air dan pergi kembali ke Australia.
Begini, kata-kata itu kurangkum di kepalaku…
“Sepeninggal sahabat-sahabat saya setahun ini, Iwan Santoso, Hamid Muhammad, Angga lalu pada akhirnya Mama, maret silam, saya semakin menghargai setiap perjumpaan.
Perjumpaan hidup, perjumpaan dengan siapa saja.
Perjumpaan yang tak kekal, sementara dan sayangnya kita tak tahu kapan hingga sampai di titik kadaluwarsa.
Pagi hari membuka mata, berjumpa dengan istri.
Bangun dari tempat tidur, berjumpa dengan anak saat membangunkan mereka?
Membuka pintu, berjumpa dengan tetangga?
Jalan sebentar, berjumpa dengan sopir bis, petugas kereta api, juru parkir, kawan kerja dan semuanya?
Termasuk perjumpaan di sini, di tempat ini. Oleh karena itu saya begitu bersyukur bisa bertemu dengan semua yang hadir di acara yang sangat istimewa bagi kami..
Romo, para suster, kerabat dan sahabat serta warga Kampung Tegal Blateran yang saya hormati?
Perjumpaan ini mahal harganya. Bukan karena tiket pesawat dari Sydney ke Indonesia yang mahal, tapi semua ini mahal karena sejatinya kita tak tahu kapan saat tak bisa mengulanginya lagi…?
Jadi, kepulanganku ke Indonesia selama seminggu kemarin adalah hal yang begitu kusyukuri karena semuanya bicara tentang perjumpaan itu sendiri.
Perjumpaan dengan Indonesia, lebih tepatnya Bali, Klaten dan Jogja!
Perjumpaan dengan adikku, Chitra Verdiana dan suami Ayok Prabowo beserta Geo, keponakanku yang membuatku punya status baru dalam hidup sebagai seorang ?Pakdhe?.
Perjumpaanku dengan Eyang Pranyoto yang biasa kupanggil ?Ibuk? yang semakin sepuh tapi tetap awet ayu dan tetap menginspirasi?
Perjumpaan dengan Mbak Tini, orang yang amat berjasa merawat Mama di masa akhir hidupnya dan kini menemani Eyang dan mengurus Geo, keponakanku.
Perjumpaan dengan Teddy dan Kunto yang bersama-sama denganku membangun batu-bata satu per satu di sebuah perusahaan baru bernama PT Jalin Nusa Oceania dengan salah satu karya utamanya, Dokudoku.ID.
Perjumpaan dengan keluarga besar tim penulis Dokudoku.ID dalam berpiring-piring santapan buka puasa ditingkahi canda dan diskusi serius tentang masa depan perusahaan kita itu?
Perjumpaan dengan Mas Primus, Mas Markus, Sr Istati, Pak Nunu dan semua kerabat PG dan TK, SD dan SMP Maria Assumpta Klaten yang mengijinkan dan mempercayaiku untuk membangun dan merawat situs webnya.
Perjumpaan dengan keluarga Iwan Santoso, sahabat yang cara meninggalkan kami untuk pulang ke Rumah Bapa tahun lalu?masih mendatangkan tangis meski kami percaya kini ia telah berada di Tangan Yang Tepat.
Perjumpaan dengan keluarga Mas Momok dan Bu Yani, Mas Budi dan keluarga, Mas Kokok dan Puan, Adel, Pakdhe dan Budhe Broto, Mas Didit Johanes sekalian, Budhe Tatik?
Perjumpaan dengan keluarga besar Citraweb, Citranet, Mikrotik dan GudegNet?
Perjumpaan dengan Abah Anon dan Mas Hanung dari De Britto Business Community?
Perjumpaan dengan Pengurus Paguyuban Alumni SMA Kolese De Britto, Mas Tonny Pras, Mas Binbin, Mas Valens, Mas Abe dan yang lainnya…
Perjumpaan dengan Romo Pri, romo yang memberikan Sakramen Minyak Suci pada Mama semalam sebelum ia dipanggil Tuhan sekaligus romo yang memimpin ekaristi dalam rangka perkabungan Mama sehari sesudahnya dan ekaristi dalam rangka 100 hari peringatan wafat Mama, 12 Juni 2016 silam?
Perjumpaan dengan Pak Budi Untung beserta staf yang sukses membidani lahirnya PT Jalin Nusa Oceania?
Perjumpaan dengan pengurus makam katolik Semangkak, tempat jasad Eyang kakung, Papa dan Mama disemayamkan…
Perjumpaan dengan rekan-rekan sesama alumni SMA Kolese De Britto angkatan tahun 1996?
Perjumpaan yang tak terduga dengan kakak kelas SMA Kolese De Britto angkatan 1993, Mas Samiaji Sarosa. Maturnuwun untuk pinjaman charger dan obrolan singkat nan garing tapi mengenyangkan batin!
Perjumpaan tak terduga dengan Mas Trisno, kakak kelas SMA Kolese De Britto angkatan 198? waduh saya lupa Mas hahahahha?
Perjumpaan dengan kawan lama, Lie Fock Kuang, sesama alumni TK Maria Assumpta dan SMA Kolese De Britto di warung Bakso Anda-nya yang melegendaris dan menganjurkan anda-anda semua untuk datang dan mencoba masakan baksonya?
Perjumpaan dengan adik kelas SMA Kolese De Britto angkatan 2003 yang mengkreasikan topi baruku, Wempie!
Perjumpaan tak terduga dengan kawan satu angkatan di SMA Kolese De Britto, Leonardus ?Leak? Ignatius dan Doni ?Nobita’?
Perjumpaan yang sangat inspiratif dengan sobat lama, Romo Ardi Handojoseno, SJ…
Perjumpaan dengan Pak Nendi, Tukang Becak yang setia mengantarkanku ke pasar, makam, Maria Assumpta dan stasiun Klaten…
Perjumpaan-perjumpaan lain dengan orang-orang menarik yang karena keterbatasan memori otak mungkin tak sempat terekam lagi….
Perjumpaan-perjumpaan yang tertunda dengan kawan dan kerabat yang terlanjur dijadwalkan maupun yang mendadak tiba-tiba ?ada baiknya dijadwalkan? tapi tidak terlaksana: Gemma, Bunbun, Yoseph, Tanaska, Arfan, Joyce dan banyak lagi yang lainnya termasuk perjumpaan yang belum kesampaian dengan makanan-minuman khas Jogja yang padahal sudah kurencanakan sejak awal mula?. Tomorrow never dies!
Maturnuwun, terimakasih atas perjumpaan demi perjumpaan yang indah ini.
Kini saatnya aku pamit kembali ke Australia, berkumpul bersama keluarga dan berkarya bagi sesama.?Tuhan berkati kalian semua tanpa terkecuali!
Berkah Dalem, Don! Terima kasih untuk perjumpaan istimewa seminggu ini…