Tentang Tuhan Dalam Partikel-Partikel Kecil Kehidupan

31 Agu 2022 | Cetusan

Menyadari penyertaan Tuhan dalam hidup itu nggak melulu tentang hal-hal besar dan hal-hal yang dibesar-besarkan. Aku mengalaminya semalam melalui partikel-partikel kecil atau barangkali terlalu kecil menurut kalian?

Karena ada banyak undangan meeting dan makan malam dari perusahaan tempatku bekerja, kemarin aku memutuskan untuk pergi ke kota, tempat kantorku berada, bekerja di sana.

Hingga sekitar jam sembilan malam aku baru bisa pamit pulang dari acara yang digelar di sebuah resto di area Darlinghurst lalu bergegas berjalan kaki ke Central Station.

Menurut perhitungan, berdasarkan informasi yang diberikan aplikasi, aku harus naik kereta jam 9:30 dari Central Station ke arah Epping Station. Sesampainya di Epping aku melanjutkan perjalanan naik metro (kereta listrik bawah tanah otomatis tanpa pengemudi)  hingga ke Rouse Hill Metro Station jam 10:10.  Dari situ, aku masih harus naik bus hingga ke shelter depan rumah. Persoalannya adalah, bus terakhir dari Rouse Hill Station ke rumah ya jam 10:10 juga!

Kalau aku sampai melewatkan bus terakhir itu, peluang lain selain tidur di emperan stasiun, ada beberapa.

Pertama, naik bus lain lalu turun di halte terdekat dari rumah. Dari situ aku harus jalan kaki sekitar 30 menit. Aku biasa jalan kaki dan sejauh itu pun biasa kujabanin. Persoalannya itu sudah terlampau larut. Aku tidak takut pada manusia tapi aku bisa terbirit-birit membayangkan hantu di situ hahaha!

Kedua, minta jemput Joyce. Tapi ini tidak visible karena aku nggak akan tega untuk memintanya menjemput karena yang capek kan bukan cuma aku saja?! Aku juga nggak tega pada kedua anakku yang pasti sudah tidur jam segitu. Apa iya, demi aku lalu mereka akan ditinggalkan begitu saja oleh Mamanya yang menjemputku? Betapa egoisnya aku, kan?!

Ketiga, naik Uber Car!

Harganya sangat masuk akal dan terbliang murah. (Aku nggak mau menunjukkan angka karena hal itu nanti malah mendistraksi kalian dari inti tulisan sebenarnya).  Tapi berhubung keadaan ekonomi keluarga kami sedang sangat ketat belakangan ini, harga murah pun akan kusayangkan! Lebih baik kupakai untuk menambahi uang jajan anak-anak atau tambahan untuk makan di akhir pekan.

Sepanjang perjalanan aku tak berhenti memutar otak.

Sela waktu di Epping dari saat aku turun kereta menuju ke metro selanjutnya, aman! Ada sekitar sepuluh menit!

Tapi yang jadi masalah adalah ketika nanti sampai di Rouse Hill Station lalu turun secepat mungkin mengejar bus yang jadwalnya akan berangkat tepat di jam yang sama! Mmmm… kayaknya nggak mungkin! Bus di sini sangat jarang terlambat apalagi Rouse Hill adalah tempat dimulainya rute perjalanan. Mana ada bis yang mau terlambat sejak awal?

Otakku meletih dan akupun berdoa kepada Tuhan. 

“Tolong dong, Tuhan… Gimana nih?”

Tuhan nggak jawab apa-apa atau mungkin Ia membisikkan sesuatu tapi aku terlanjur menyumpal telingaku dengan headphone ber-volume penuh melantunkan lagu-lagu dari playlist dangdut koplo (Fansnya Lala Widi dan Nella Kharisma mana suaranyaah?!) yang menemaniku semalam.

Ketika jarak semakin dekat ke Rouse Hill, aku sudah menetapkan hati, pokoknya kejar dan lakukan yang terbaik!

Maka begitu sampai aku segera lompat dari metro lalu ke arah lift… berlari.

Begitu lift sampai di lantai dasar, aku membuka pintu menuju gate utama stasiun… berlari.

Dari tepi stasiun aku menyebrang menuju ke halte sekebat mungkin… pokoknya berlari!

Sementara bus sudah menutup pintu otomatis ketika aku tepat ada di seberangnya.

Harapan sudah semakin tipis hingga aku mendekat ke arah bus eh… tapi kok busnya nggak segera pergi?

Dari luar aku lihat sang sopir sedang berbincang dengan dua orang perempuan yang kutaksir umurnya sekitar 20-30 tahunan.

Aku mengetuk pintu… dan pintu dibukakan! Syukurku membuncah nggak keruan!

Ketika masuk, sadarlah aku ternyata sang supir sedang adu mulut dengan dua perempuan tadi karena keduanya keukeuh nggak mau bayar tiket karena satu alasan yang aku nggak begitu mendengarkan karena lagi-lagi aku tenggelam dalam dendang Nella Karisma dan Lala Widi

Bus melaju tiga menit kemudian. 
Sebuah keterlambatan yang biasanya kukutuk tapi malam tadi begitu kusyukuri karena apa jadinya aku kalau aku ketinggalan bus satu-satunya itu?

Mungkin ada yang bilang, “Ah itu kebetulan saja! Jangan melibatkan Tuhan dalam hal-hal kayak gitu! Lebay!”

Ya nggak papa… tapi nggak papa juga dong kalau aku punya pikiran lain, “Ah, jangan melibatkan kebetulan ketika semua hal yang terjadi bahkan hingga yang paling menurutmu sepele pun sudah ada dalam perhitunganNya?”

Dadia ati sawiji
Nadyan abot dak lakoni
Lewung – Nella Kharisma

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.