Tentang Rocky Gerung yang misuhan…

2 Agu 2023 | Cetusan

Perkara ngomong jorok atau dalam bahasa jawanya misuh, aku jagonya! Waktu SMA, misuhku tak terkira. Ungkapan “Asu” dan “Bajingan” sudah kuanggap sebagai pengganti titik dan koma. Sementara ungkapan-ungkapan terkait piranti kelamin layaknya imbuhan hampir setiap kalimat atau panggilan “sayang” untuk kawan sekelilingku. 

Tol. 
Pik. 
Mbut.
Dan… Til!

Makanya gak heran kalau kemudian Pak Sukris, guru matematikaku di SMA Kolese De Britto dulu menghukumku dengan menuliskan semua kata pisuhan dalam selembar kertas manila ukuran besar. 

Awalnya aku kegirangan karena berarti Pak Sukris yang adalah kawan SMA salah satu tanteku itu memberikanku media legal untuk misuh sepanjang kali lebar kertas manila yang disodorkan. Tapi anggapanku salah! Ternyata Itu baru awalannya saja karena sesudahnya Pak Sukris memintaku mempresentasikan kertas manila pisuhanku itu ke para guru wanita di De Britto.

Jadi bayangin!
Di depan Bu Nanik, guru Fisika, aku menjelaskan kenapa menulis kata Asu begitu banyak di kertas itu. Di depan Bu Endah yang karateka itu aku menggamblangkan kenapa aku gemar menulis Bajingan dan Jancuk di kertas itu.

Dan masih banyak lagi… sebanyak hukuman yang kuterima dari mereka mulai dari push-up, lari keliling lapangan, dicubit kecil di pipi yang pedasnya gak ketulungan hingga yang terberat, mencabuti rumput lapangan sepakbola!

Dari situ aku berhenti misuh? Enggak!
Tapi setidaknya aku belajar kapan waktu yang tepat untuk misuh dan kapan yang tidak. Tentu aku tak lagi misuh di depan para guru supaya tak lagi dihukum tapi aku misuh ketika ngobrol dengan teman-teman.

Dari situ aku juga belajar untuk “hemat” dalam misuh dan setidaknya tahu kenapa alasan aku harus misuh.

Waktu SMA dulu, aku misuh supaya suaraku “didengarkan” atau setidaknya harus “terdengar.”  Aku nggak pede dengan kualitas pembicaraanku sehingga merasa harus mengimbuhkan asu bajingan dalam kalimat-kalimatku. 

Waktu dewasa muda, misuh kupakai sebagai “senjata” untuk mengintimidasi lawan bicara. Bahwa aku ini bukan anak kecil lagi. Bahwa aku ini, meski sregep ke Gereja, tapi ya tetap ada jiwa “premannya” (padahal konon preman sejati itu justru halus tutur katanya ya…)

Lalu apa alasan dan kondisi yang terpenuhi bagiku untuk misuh di usia setengah baya ini? Setelah kuhitung-hitung, ada tiga.

Pertama, aku misuh karena merasa dalam kondisi jiwa labil. Contohnya di dunia pekerjaan. Karena stress dengan beban kerja, aku curhat dengan rekan sejawat dalam bahasa Inggris tentunya. 

“I dont f**kin understand why that motherf**ker asked me to work on this f**kin thing!”

Kedua, aku misuh ketika merasa bahwa menjelaskan dengan runut dan jelas itu akan makan banyak waktu. Misalnya ketika mendengar berita kenaikan suku bunga bank. Aku memilih bilang, “We’re f**ked up!” daripada “They decided to increase the interest rate again. So We’re in trouble as we need to pay more on our monthly mortgage repayment!”

Ketiga, aku misuh ketika latah!
Ya! Kalian nggak menyangka bahwa aku ini latah! Hahaha… Kemarin pagi misalnya. Ketika menyiapkan sarapan, aku menaruh dua risoles ke airfryer dan ketika sudah selesai, jariku menyentuh dinding air frye dan kepasan. Spontan aku teriak, “Asu! Bajingan! K*pet!”

Pernah juga hal seperti ini terjadi di kantor, jari tanganku kejepit drawer meja dan aku teriak hal yang sama. Untung karena aku orang Jawa, misuh spontannya ya dalam bahasa Jawa sehingga mereka tak tahu apa yang aku umpatkan hahaha…

Misuhlah ketika kamu tahu alasan terbaik untuk misuh.
Kalau kamu gak tahu alasannya (dan tetap misuh), bergabunglah dengan Rocky Gerung. Kalau kamu mau bergabung bersama orang-orang yang berharap supaya Rocky belajar mencari alasan meski harus dari balik jeruji penajara, ramai-ramailah melaporkannya ke polisi.

Aku bukan pembencinya tapi aku benci karena sosok yang kuidolakan karena jago dalam retorika itu harus punya kelemahan sepertiku dulu, misuhan. Asu!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.