Bagaimana persiapan kalian dalam menyambut Piala Dunia 2010 yang akan dimulai Juni nanti??Sudahkah menyiapkan kostum sepakbola tim andalan untuk dipakai saat acara nonton bareng??Sudah booking tempat paling asyik untuk acara nonton bareng bareng teman dan pacar??Atau, jangan-jangan kamu malah sudah menyiapkan tiket untuk nonton langsung di Afrika Selatan sana? Wah, asik bener kalau beneran gitu!
Kuyakin tak ada yang menyangkal kalau aku bilang bahwa Piala Dunia itu seperti halnya candu!
Kehadirannya begitu dinanti-nantikan tak hanya warga negara yang timnya ikut bertanding tapi juga seluruh umat manusia.
Tak peduli apakah mereka itu pecinta sepakbola atau bukan setidaknya berita-berita tentang ‘bola’ akan pekat mewarnai hari-hari ke depan selama persiapan, pelaksanaan dan pasca penyelenggaraan.
Sedemikian kuatnya pengaruh penyelenggaraan Piala Dunia, tak jarang dari kita merasakan kesan yang luar biasa pada setiap penyelenggaraan Piala Dunia. Seperti contohnya aku sendiri yang merasakan begitu banyak kesan yang berbeda-beda pada setiap Piala Dunia yang telah berlalu.
Piala Dunia 86
Piala Dunia yang diselenggarakan di Meksiko ini adalah perhelatan pertama yang ‘bisa’ kunikmati.
Kukatakan ‘bisa’ karena ketika itu usiaku telah 9 tahun, dan sudah lumayan ngerti apa itu sepak bola dan apa itu Piala Dunia.
Ketika itu kami sekeluarga tinggal di sebuah desa di Kebumen, Jawa Tengah.
Pada setiap pertandingan yang disiarkan televisi, rumahku selalu dipenuhi oleh para tetangga yang numpang nonton. Maklum, ketika itu pesawat televisi belum sebanyak sekarang dan jumlah pemiliknya di desaku bisa dihitung dengan jari.
Aku tak ingat berapa pertandingan yang kutonton langsung karena waktu itu aku masih terlampau kecil untuk begadang setiap malam hanya demi menyaksikan pertandingan. Akan tetapi yang kuingat adalah satu hal; setiap pagi, ketika bangun hendak mempersiapkan diri ke sekolah, aku selalu mencium bau ‘terasi’ di ruang televisi. Ketika kutanya ke Mama tentang bau apakah ini, Mama menjawab “Oh, iki mambu kringet wong-wong sing mau bengi nonton bal-balan neng kene!”
Hoekk!
Piala Dunia 90
Piala Dunia yang diadakan di Italia ini adalah salah satu Piala Dunia yang bersejarah bagiku karena aku menonton semua pertandingan yang disiarkan di televisi tanpa terkecuali!
Tak hanya itu, menjelang perhelatan aku bahkan telah siap dengan kliping yang kususun tentang tim-tim peserta, menghias kamar dengan poster-poster para pemain yang diramal bakalan menjadi bintang Piala Dunia semacam Juergen Klinsmann, Rudi Voller, Frank Rijkard, Ruud Gullit serta siapa lagi kalau bukan Marco Van Basten!
Aku juga bahkan membeli kaset yang berisi theme song Piala Dunia, To Be Number One dan ah, ini yang patut diceritakan… aku menuliskan reportase jalannya pertandingan di kertas HVS Folio bergaris dan mengumpulkannya lengkap jadi satu dengan kliping yang telah kubuat sebelumnya. (Sayangnya kliping ini harus direlakan untuk dimusnahkan ketika keluargaku pindah dari Kebumen ke Klaten pada 1998 hanya dengan alasan “menuh-menuhin tempat”).
Ketika perhelatan usai dan tak ada lagi siaran sepakbola di malam hari, aku sempat merasakan kegamangan yang senyapnya luar biasa terlebih ketika itu disadarkan bahwa libur kenaikan kelas telah usai dan DAMN! aku harus sekolah lagi…
Piala Dunia 94
Aku tak terlalu mengikuti jalannya Piala Dunia 94 yang diselenggarakan di US karena kuingat waktu itu aku sedang berlibur ke Jakarta. Energi yang dibutuhkan untuk begadang nonton pertandingan telah kuhabiskan sehari-harian untuk melancong ke tempat-tempat wisata di ibu kota. Tapi meski demikian, aku tak pernah meluputkan laporan pertandingan yang dimuat di koran dan majalah.
Hanya satu pertandingan yang kutonton yaitu final antara Brasil melawan Italia yang diselesaikan lewat adu tendangan penalti.
Itupun sebenarnya lebih karena ajakan teman-teman se-asrama di Asrama SMA Kolese De Britto Yogyakarta yang tak terhindarkan dan paginya, hari pertama masuk kelas II SMA, kulewatkan begitu saja di dalam kamar, terlelap… bolos sekolah.
Piala Dunia 98
Sama halnya dengan Piala Dunia sebelumnya, kali itu aku tak juga mengikuti ajang Piala Dunia yang diadakan di Perancis karena alasan kesibukan kuliah dan tetek bengeknya. Tapi sebenarnya tak fair juga kalau kuliah yang kujadikan sebagai alasan, lebih tepatnya, pada saat itu aku sedang gandrung-gandrungnya dengan chatting via mIRC, software chat berbasis text yang saat itu sedang ngetop-ngetopnya! Tapi bagaimanapun, Piala Dunia kala itu kumaknai betul karena saat pelaksanaannya bertepatan dengan acara pindahan rumah dari Kebumen ke Klaten.
Satu hal yang juga masih menyerpih dalam ingatanku adalah ketika itu antena televisi di rumah belum lagi dipasang maka untuk menonton pertandingan yang disiarkan langsung, aku dan Papaku pergi ke rumah tetangga untuk menyaksikannya dan kami sangat menikmatinya karena saking baiknya, tetanggaku yang sekarang telah meninggal itu tak hanya menyediakan rumah dan televisinya tapi juga menyediakan aneka macam kudapan lengkap dengan teh jahe yang begitu ‘cemerlang’ cita rasanya.
Piala Dunia 2002
Piala Dunia yang pertama di Asia (Korea dan Jepang) ini lumayan kuikuti terlebih karena waktu itu aku dan teman-teman di Gudegnet sepakat untuk membuat reportase khusus selama perhelatan. Kesan yang paling mendalam dalam Piala Dunia 2002 adalah bagaimana internet mulai menunjukkan taringnya lewat keunggulannya dalam pelaksanaan proses update.
Dengan alasan itu pula, ketika tak sedang bertugas meliput lewat televisi, aku memilih tetap bekerja di belakang komputer mengerjakan hal lain sembari tetap update skor pertandingan melalui refreshing web browser saja.
Piala Dunia 2006
Piala Dunia ini adalah yang paling berkesan bagiku dan kupikir bagi segenap warga Jogja.
Ya, piala dunia yang diadakan di Jerman ini diadakan hanya sekitar dua minggu setelah gempa besar yang menggemparkan Jogja, 29 Mei 2006 yang membawa lebih dari 6000 korban jiwa itu.
Menikmati pertandingan kala itu pun menjadi sangat bervariasi ‘perasaannya’.
Sekali waktu aku pernah nonton pertandingan di koridor rumah sakit ketika menjenguk teman yang jadi korban gempa. Tak hanya penunggu pasien yang menonton, puluhan pasien yang tak kebagian kamar dan harus mau ditempatkan di koridor itupun turut bersama-sama menikmati pertandingan.
Kali lain aku nonton pertandingan di sebuah posko tenda tempat tinggal sementara para korban gempa di wilayah Bantul sana bersama bapak-bapak yang meski sedang berduka tapi tetap bisa keseruan sendiri menyaksikan jalannya sepakbola.
Ah, hampir kelupaan, yang paling berkesan adalah ketika aku bersama teman-teman Djendelo Kafe menyewa villa di Kaliurang (niatnya untuk refreshing setelah sekian lama menjadi relawan gempa Yogyakarta) untuk menonton salah satu pertandingan yang aku lupa siapa lawan siapa. Keesokan paginya, villa tempat kami menginap sukses tertutup debu Gunung Merapi dan hal itu membuat kami kelabakan untuk segera pulang karena takut Merapi akan meletus. Dan benar saja, siang itu Merapi memang benar-benar meletus hanya sesaat setelah kami memutuskan pulang ke jogja dengan tergesa-gesa :)
Nyaris sama dengan Piala Dunia 90, ketika pertandingan demi pertandingan berakhir, aku merasakan kesepian yang sangat, seperti kembali harus memalingkan wajah pada kenyataan bahwa Jogja, ketika itu, masih remuk redam oleh gempa…
Akan seperti apakah wujud dan kesan yang bisa ditimbulkan dalam Piala Dunia 2010 nanti?
Apapun itu semoga semuanya berjalan dengan baik dan Piala Dunia semakin bisa menjadi supremasi perayaan akan hidup yang luar biasa megahnya ini.
Aku juga mengajak kalian semua untuk berdoa supaya berita tentang rencana teror di ajang Piala Dunia 2010 tak menjadi kenyataan…
saya nyiapin banyak kpoi aja mas…
Wahhh bakal ada penimbunan kopi. Hati hati di razia mas :))
Wah, banyak kopi berbahaya untuk kesehatan jantung lho :)
dari tulisanmu saya tahu kalo kamu level gibolnya baru sekitar 50% :P. Tapi memorimu tentang piala dunia cukup menarik.
BTW sekarang heading-nya pake font-face ya, kasih tau saya dong nama font-nya *mupeng mode on*
oh nama font-nya Reenie Beanie, cari ah, siapa tahu cocok di hati
Aku pake Google Font API kok :)
Saya bukan penggemar sepak bola dan jarang sekali nonton pertandingan sepak bola, tetapi pengecualian buat World Cup dan Euro Cup. hehehe….
Piala dunia 86?? saya belm lahir tuh hehehe
Saya baru ngikutin Piala Dunia dimulai dari tahun 98 pada saat France menang. Terus ke 2002, ke 2006 dan sekarang 2010. Jadi ini adalah keempat kalinya saya bakalan menyaksikan Piala Dunia.
Itulah yang saya bilang, meski tak gibol tapi yang jelas Euro dan World Cup adalah pengecualian :)
entah kenapa, dari jaman dodol sampe jama secanggih ini, sayah gak suka bola. hampir gak pernah nonton. piala dunia sekalipun itu :D
*dilempar bola raksasa*
Hahahaha, berarti kamu pengecualian dari tulisan ini, Sob :)
Aku gak gibol sih Don, jadi biasa2 saha nanggapinya :).
Hehehehe, gibel.. gila belanja =))
nonton piala dunia memang mengasikkan, tapi entah mengapa sepertinya lebih asik nonton liga top eropa atau liga champions..semoga saja piala dunia 2010 ini banyak pertandingan yang seru
Hehehe ditunggu ulasan2nya di blogmu, Bli! ;)
Gw bukan penggemar bola, Mas, apalagi suami. Tapi kalo TIMNAS Itali yang main, pasti gw nonton. Cuci mata bo soalnya pemaennya ganteng2 hehehehe
Hahahahaha, itu banyak jadi alasan pertama kenapa wanita ‘akhirnya’ suka bola :)
Saya termasuk orang yang tak suka melihat sepak bola. Apalagi sepak bola di Indonesia yang hampir setiap pertandingan disuguhi “percekcokan” antar penonton. Di Indonesia, sepak bola = anarkis (muda-muda). Kenapa begitu ya?
Salam kekerabatan.
Walah, kok malah ke sepakbola Indonesia, Paklik? Bagiku, momentum World Cup itu malah untuk sejenak melupakan PSSI jhe :)
Yang pastin. nantiinya akan ada acara bergadang masal :)).
Apa di Australia juga seperti itu mas DV?
Ya, dimanapun, Sob.. di seluruh penjuru dunia .. :)
om, mbok aku diajari seneng bal-balan… bapakku, paklikku, mbiyen jago bal kabeh, tapi kok aku senenge mung yen pas nonton langsung saka pinggir lapangan, ya?
Hahahahaha…
seneng kok diajari :)
Aku setuju, Paklik.. nonton langsung soko pinggir lapangan kuwi mengasyikkan :)
when I get older I will be stronger… aku suka banget sountrack piala dunia kali ini :D
Wah, aku malah lom denger :)
PD 86, pertama yang dinikmati, samaaa :p
itu juga sama karena bokap yang excited, jadi aku juga ternyata suka.
PD 90 lewat.
PD 94 sampe siapin kaos Brasil kalo gak salah inget.
PD 98 aku sampe males bikin skripsi hihihi… tak biarin undur semester depan, toh aku juga gak mungkin tamat pas semester itu gara2 ada mata kuliah yang belum keambil.
PD 2002 ikutin sebagian pertandingan malah di singapore (pas kebetulan dinas kantor lihat pameran comtech di singapore). pas lagi pertandingan Korea Selatan vs Itali, welehhhhh kayaknya kok aku sendiri yg gak mendukung korea selatan (yg menang gara2 dibela wasit terus), semua penduduk termasuk turis2 asia semua pada support ke korea selatan. weks!
PD 2006 ikutin sebagian2 aja karena gak ada Belanda jadi males hihihi.
Entah thn ini ya…
PD tahun ini pasti kamu sibuk momong anak, sama seperti aku hehehe
Piala dunia 2002:
baru saja pindah k Jakarta, belom punya TV di kos :-(
kalo mo nonton mesti nongkrong di warung, bermodal segelas kopi dan sepotong roti bakar :-(
pas finalnya, di”pas-pas”in travelling, spy bisa nonton di hotel!! akhirnya nonton final sendirian di hotel kecil di manado :-)
Hahahha, kenangan ya sob ya,..:)
aku piala dunia cuman nonton pas perempat final ampe final aja selalu tuh setiap 4 tahun sekali. kalo F1 ama MotoGP baru..hee
Sama hahaha!
aku wez ndelok jadwal jadwal pertandingane..ketoke piala dunio seng tahun iki bedo karo sing sak durung2e…..ketoke ra perlu tangi in the middle of the night…malahan ono seng jam enem sore ketoke. mungkin amargo lokasi ne nang afrika kuwi yo..jadi kan beda waktune karo endosa ora adoh banget…tidak perlu begadang oh begadang sampai isuk-isuk banget…
tapi nak nang ostrali aku yo ra ngerti…beda waktune piye?
nang kantorku wez pasang taruhan lho…karo kantor seng nang londo barang…
aku melu..
semoga aku jadi juara satu entuk limang juta lumayan go ganti hapeku seng wez elek iki…. wwwkkwkwkwkwk
Woh sangar ik, melu totoan barang.. ra wedi dosa pho? ra wedi dileboke nroko njuk ketemu wewe gombel.. di-ithik-ithik boyokmu nganti kepoyoh lho mengko :)
Nganu…
nek neng ostrali kene yo terpaksane melu begadang… lha nek neng endonesia jam 8 bengi yo aku kudu jogo jam 8+3 soale selisihe 3 jam..
Tur yo ra popo taklakoni lha wong jenenge wae bal2an :)
Eh, kowe kok wes iso komen neng kene? :)
totoan ngunu dosa tow? yawez aku ra sido melu wae lah..tak wakilke koncoku wae..wkwkwkwkkkw
iyo kiy..finally setelah berhari-hari ra iso buka read more e..saiki wez iso… :) ketoke seng blog blog ndot com ngunu emang sering bermasalah yo mas?nek seng gretong gretong kaya gonkuw kae lho ra tau ra iso dibuka :P…xixixiixixixixi
wkwkwkwk lucu amat baca komennya yessi =))
setiap ada event piala dunia, saya selalu mengikutinya, mas don, meski entah kapan pssi bisa ikut berkiprah dalam ajang bergengsi tingkat dunia itu.
piala dunia yg paling berkesan buatku adalah piala dunia sewaktu masih jamannya maradona, aku nontonnya sama papa :D
Don, aku nonton piala dunia sepak bola, pertama kalinya saat diadakan di Korea Selatan, gara2nya siang dan anak buahku di kantor teriak-teriak dan sulit bergeser dari TV…ternyata menyenangkan ya menonton bola dalam acara dunia seperti itu. Tapi kalau sekarang memilih antara melek malam dan tidur…ya saya masih pilih tidur….hehehe…..(memang penidur ya…:P)
ruang TV jadi bau trasi? hiiiy…..
Piala dunia 1998.
aku nonton semi final dan final di asrama atas. nyolong-nyolong waktu soale aku penghuni asrama bawah yang “diharamkan” naik ke atas apalagi begadang nonton TV. hanya aku seorang yang menyelundup begitu. hihihi… konangan suster, diusir, tapi begitu suster keluar, aku mlebu meneh… *badung*
Piala Dunia 2006
aku ingat, tgl 9 juli. paginya adikku merit, bengine final. iparku bela-belain begadang ngebelain negarane (padahal lagi lara boyok)…jiah…jebul kalah hihi…