Tentang pengendara motor yang menyelamatkan burung yang bukan burungnya sendiri tadi pagi

7 Des 2016 | Cetusan

Tadi pagi ketika hendak berangkat kerja, lalu lintas di sekitar perempatan Beecroft Road mendadak macet tepat di tikungan.

Kupikir ada apa, ternyata seorang pengendara motor nekat menghentikan kendaraannya di tengah jalan.

“Asu!” sergahku sambil menginjak rem.

Tapi seketika kemudian, kutarik ‘kata mutiara’-ku itu setelah melihat apa yang dilakukan si pengendara.

Rupanya ada seekor burung kakaktua terluka di tengah jalan. (Di Australia sini burung kakatua nyaris ada dan berkeliaran bebas dimana-mana…)

Si pengendara itu lantas turun dari kendaraan dan mengangkat burung itu pelan-pelan lalu meminggirkannya ke trotoar. Setelah memastikan si burung aman, ia kembali ke atas motornya lalu melaju setelah sebelumnya melambaikan tangan ke para sopir yang mobilnya terhenti di belakangnya sebagai tanda terima kasih. Lalu lintas lancar lagi.

Peristiwanya memang sederhana tapi jika dianalisa dalam-dalam ya jadi nggak sederhana juga.

Dibutuhkan kepekaan luar biasa bagi pengendara itu untuk melakukan hal yang tampak remeh-temeh di pagi yang sibuk nan tergesa-gesa.

Kenapa ia tak menghindar saja dari si burung lalu membiarkan mobil di belakangnya yang menabrak burung hingga mati terlindas seperti ratusan burung lainnya yang mati tiap hari tertabrak kendaraan di sini?

Toh kalau menabrak burung dianggap dosa, roda bannya tidak akan ‘berlumuran darah’. Toh yang terancam terlindas kendaraan itu burung kakaktua dan bukan burungnya sendiri.

Beruntung pengendara di belakangnya tidak dalam kecepatan tinggi.

Jika iya, bisa-bisa kecelakaan beruntun terpicu hanya karena seorang pengendara motor mencoba menyelamatkan burung.

Beruntung lagi tak ada polisi berpatroli.
Di sini, kalau alasannya hanya untuk menyelamatkan satwa liar tapi membuat traffic di belakang jadi runyam ya tetap kena denda.

Dengan kejadian itu, aku disadarkan bahwa setiap orang melakukan segala hal selalu disertai konsekuensi bahkan hal yang kita lakukan pun adalah hasil dari konsekuensi pikiran kita sendiri.

Si pengendara motor tadi tentu sadar akan hal itu tapi ia memilih untuk berkeputusan dan keputusannya itu adalah baik.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.