Tentang mereka yang menjadi ibu dalam ketidaksiapan

24 Des 2018 | Kabar Baik

??sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia? (lih. Lukas 1:48)

Peran Maria begitu besar dalam karya keselamatan Tuhan melalui PutraNya Yesus Kristus. Ia menjadi ibu bagi Yesus. Dan bukannya kebetulan kalau setiap tahun perayaan Natal berdekatan dengan Hari Ibu yang diperingati hari ini, 22 Desember. Maka mari kita mengenang jasa dan pengorbanan para ibu baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti ibuku yang kusebut Mama.

Dalam kesempatan ini, aku ingin mengajak kalian merenungi mereka yang menjadi ibu dalam ?ketidaksiapan?. Mereka yang menjadi wanita simpanan lalu hamil serta mereka yang menjadi ibu karena hasil hubungan intim dengan pacarnya. Mereka menjadi ibu dengan penuh ketidaksiapan.

Naluri kemanusiaan kita bisa mengatakan bahwa kehamilan adalah buah kesalahan mereka sendiri.

?Siapa suruh mereka jadi wanita simpanan? Siapa suruh mereka berhubungan intim duluan? Itulah akibatnya!?

Secara biologis hal itu memang benar. Berhubungan intim memungkinkan pembuahan lalu hamil. Tapi adakah semuanya sesingkat apa yang kita lihat dan pelajari dalam ilmu-ilmu duniawi? Tidak sanggupkah kita untuk mengambil jarak sebentar dari permasalahan, tidak asal menghakimi lantas merenungi lalu memandangnya dari sisi yang barangkali bisa berbeda?

Mari membangun sebuah struktur pikir untuk menerima mereka dengan lebih bijaksana.

#1 Setidaknya mereka tidak menggugurkan kandungan

Menjadi ibu, siap-tak-siap adalah sebuah anugerah yang datang dari Tuhan. Yang mereka kandung adalah buah hidup yang ketika keluar akan melanjutkan perjalanan umat manusia di muka bumi ini. 

Di tengah ketidaksiapan, mereka bisa saja menggugurkan kandungan apalagi kita tahu sebagian kalangan masyarakat masih belum menerima kehamilan di luar nikah. Bisa juga karena barangkali masih harus melanjutkan studi atau pekerjaan yang belum matang. Oleh karena itu, mereka yang menjadi ibu di tengah ketidaksiapan bagiku adalah ibu yang memiliki hati kuat nan teguh.

Hati yang mau fokus pada anugerah kehidupan yang diberikan Tuhan. Nggak peduli apakah ayah si jabang bayi mau bertanggung jawab, nggak pusingin bagaimana keluarga besar akan menyudutkannya, mengesampingkan urusan kuliah dan pekerjaan pokoknya anak yang sudah diadakan harus dilahirkan untuk kemudian dibesarkan.

#2 Jalan salib

Tapi bagaimanapun juga, berhubungan intim secara sengaja dan sadar di luar pernikahan adalah dosa? Benar! Oleh karenanya, katakanlah aku harus setuju dengan kalian bahwa kehamilan adalah akibat dari hubungan intim yang mereka lakukan, bagiku menjadi ibu di tengah ketidaksiapan adalah sebuah jalan salib yang harus ditempuh justru supaya dosa itu mendapatkan pengampunan!

Tidak mudah, penuh tantangan tapi itulah hidup itulah jalan salib yang harus ditempuh hingga kesudahannya.

#3 Jangan mencobai Tuhan

Kalau demikian kenapa kita tidak melanjutkan perselingkuhan atau hubungan intim dengan pacar kita, DV? Toh nanti paling banter Tuhan juga memberikan kehamilan? Kita pertanggungjawabkan saja kan beres?

Eittssss!Jangan coba-coba untuk mencobai Tuhan! Aku punya sebuah analogi yang kupakai untuk menutup tulisan ini.

Seorang pemuda pulang berlibur ke rumah Nenek yang memiliki sebuah pohon mangga di pelataran belakang rumahnya. 

Suatu hari ia bertanya pada Nenek adakah boleh ia memetik mangganya satu saja?

Si Nenek tak memperbolehkannya, ?Tunggulah sampai lusa, pas matengnya, mas ranumnya, pas enaknya!?

Tapi si pemuda tadi tak sabaran!

Malam hari ketika Si Nenek terlelap, ia memanjat pohon mangga untuk memetik satu yang ada di ujung ranting tertinggi.

Sial, ia terjatuh, kakinya patah. Dibawalah ia ke rumah sakit.

Ketika Si Nenek menjenguk, Si Pemuda meminta maaf dan ia tahu betul bahwa Neneknya pasti memaafkan. Betul saja. Dengan senyum kebijaksanaan, Si Nenek berkata di pinggir ranjang bangsal kamar cucunya itu.

?Nenek memaafkan tapi sekaligus nenek sedih kenapa kamu tak percaya apa yang Nenek katakan? Lihatlah akibatnya! Kamu terjatuh karena tak sabar untuk mendapatkan buah mangga. Lihatlah pula mangga yang kamu ambil. Adakah ia sudah manis dan ranum??

Si pemuda menggeleng dengan senyum tersenyum kecut, sekecut buah mangga curiannya semalam.

Aku tahu pada analogi terakhir ini tidak sedikit dari kalian yang tidak mengerti apa korelasinya dengan sosok ibu yang tidak siap. Giliran kalian yang mencari jaring permenungannya ya. Selamat menjelang Natal!

Sydney, 24 Desember 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.