Aku juga kaget waktu melihat sebuah posting di The Rock ada yang membahas tentang bagaimana seorang pemilik warung masakan asli Indonesia menuliskan status di akun social media yang berisi kebencian terhadap sebuah kelompok. Ia mengatai para Ahokers adalah anjing! (Aku menghargai usaha founder The Rock untuk menghapus postingan tersebut)
Yang lebih mengagetkan lagi, ketika melihat ke sekujur wall-nya, nada-nada kebencian yang dilontarkannya tak hanya terkait pada kelompok tertentu tapi juga suku dan ras serta pemeluk agama tertentu pula!
Hal ini menerbitkan banyak ‘padahal’ dalam pikirku karena mengejutkan.
Padahal orangnya sangat baik dan hangat. Setiap kali aku datang, dia selalu melongok ke luar lalu menyapa, “Apa kabar, Pak? Dari gereja?” Kebetulan aku selalu ke sana sepulang dari gereja di minggu siang bersama keluarga.
Padahal anak-anaknya juga ramah-ramah. Mereka sering mengajak main Odilia dan selalu memberikan kami kerupuk ekstra karena tak ada dari kami yang tak suka kerupuknya.
Padahal masakannya juga enak! Aku paling suka gado-gadonya! Selain porsinya ‘munjung’, cara masak dan konon bumbunya adalah bumbu asli Indonesia. Sambelnya diuleg tidak diblender seperti kebanyakan warung-warung sini menghidangkan gado-gado.
Padahal.. dan ini adalah ‘ke-padahal-an’ yang paling seru… padahal istrinya adalah keturunan ras tertentu dan beragama tertentu pula yang ternyata di dalam akun facebooknya selalu dijadikan sasaran kebenciannya!
Reaksiku kemarin awal-awalnya juga sama. Tak percaya! Marah dan menganjurkan boikot karena pemiliknya ternyata adalah seorang rasis!
Tapi lantas aku berpikir, kita selalu mengatai pihak seberang sebagai orang-orang yang bersumbu pendek jadi bukankah seharusnya kita memiliki yang lebih panjang; pikiran yang lebih panjang dan sumbu sabar yang lebih panjang pula?
Yang harus lebih pendek dari mereka hanyalah kemarahan. Kita boleh marah tapi jangan lebih panjang dari kependekan otak mereka!
Melawan tentu boleh bahkan satu bentuk keharusan! Tapi lawanlah dengan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.
Beri review buruk di facebook page atau dimanapun profil warungnya ada! Tapi jangan lupa gunakan kata-kata yang baik karena kita ini manusia baik-baik meski di-anjing-anjing-kan olehnya. Tak perlu menghujat karena kita bukan mereka dan justru merekalah yang seharusnya belajar banyak menjadi seperti kita, kan?
Masih belum puas?
Berkunjunglah ke warungnya. Sampaikan kepadanya, secara baik-baik pula, bahwa apa yang dituliskan itu menyakiti kita semua. Kalau ia sadar dan menyampaikan maaf, beri waktu untuk berubah.
Tapi kalau tidak, ya sudah tak perlu didatangi lagi karena kita memang tak layak mendatangi orang yang seperti itu terlebih ketika kita hidup di Australia, negeri yang mencintai perbedaan dan menerima keanekaragaman meski tak bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika.
Aku sendiri berpikir untuk menghadiahkan kaos Ahok seperti di bawah ini kepadanya secara cuma-cuma. Bukan sebagai apa-apa, aku hanya ingin memberi tahu bahwa sekelas anjing pun masih bisa berbuat baik kepadanya. Lantas kalau demikian, kelas apakah dia sebenarnya?
Bagaimana menurut kalian? Ide yang brilian, kan?
Keterangan: Kaos ‘Ahok’ diproduksi oleh ‘Politik’ brand merchandise ‘politik’. Ikuti dan ‘like’ pagenya di sini!
Simak update terbaru:
Kisah Hendra, berkunjung ke Willis Canteen siang ini, makan dan memaafkannya! Saat aku baru berani menulis, saat yang lain belum berhenti mencela, Hendra menunjukkan karya nyata! Ia mendatangi Willis Canteen, makan seperti biasa, memaafkan dan berfoto bersama!
Kenapa kita tidak seperti dia? Mari memaafkan dan kembali menikmati hidangan lezat di kantin sana. Simak wawancaraku dengan Hendra Ong di sini:
Kisah Hendra, berkunjung ke Willis Canteen siang ini, makan dan memaafkannya!
Saya tambahin deh kaos Jokowi presidenku
Gimana Pak Dino….
Hebat, bang. Setuju!
Kita ga ad beda dengan mereka, kl kita saling balas2an
Pertamax :) Ide brilian.. sekalian ditambahkan sekuntum bunga.
Bro, bikin bisa dishare di wa dong tulisannya
Aku suka kata 2terakhir mu… sekelasnya anjing pun bisa berbuat baik…
komentar yang menyejukkan, jadi ingat pesan Ahok, jangan membenci orang yang menghancurkan kita, mari belajar jadi orang baik, pembalasan adalah hak Tuhan. Thanks sekali lagi buat komen yang menyejukkan, saya kenal dengan pak Indra sekeluarga, semiga Tuhan memberkati mereka
“jadi bukankah seharusnya kita memiliki yang lebih panjang; pikiran yang lebih panjang dan sumbu sabar yang lebih panjang pula?” aku suka aku suka aku suka
Setelah membaca petuah dari Hendra sebaiknya semua bisa meniru mau memberikan maaf karena ajarannya yg begitu,mungkin setelah kejadian ini si ownernya jadi bisa lebih baik kepada semua penganut agama yg ber macam2,dan cukup dihukum dgn menyuruh memakai kaos gambar Ahok selama tiga bulan,apalagi kalo mau menggratiskan gado2nya dalam 1 hari untuk membuka hubungan kembali dgn para pelanggannya
SEANDAINYA MASYARAKAT INDONESIA BERTINDAK SAMA TERHADAP KASUS AHOK ????
Cuman anjing aja ngapain marah, temen gua aja manggil gua “dog ass”aja bertahun2, gua ngak marah…..kita harus ngalah kalo kita merasa kita lebih waras dari mereka…..
Walaupun saya belum pernah ke Willis Canteen, tapi membaca komentar di sosmed, kasihan sekali utk org yg sdh tinggal di luar negeri masih memiliki pikiran yg pendek dan bertindak berdasarkan emosi. Tulisan Hendra disini menunjukkan kedewasaan secara rohani yg sesuai dg ajaran Kristus, kasih dpt mengalahkan segalanya. Bahkan di alkitab diajarkan spy kita berbuat baik kepada org yg berbuat jahat terhadap kita, itu bagaikan menumpukkan bara api diatas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkan kejahatan dengan kebaikan.
Di daerah tempat saya kerja sekarang anjing adalah makan terlezat bagi mereka, hebe… Saya sih gak makan anjing.
Apa kabar Tunggongono, bro DV? Lama gak ada ceritanya. Wis nduwe bocah ta ndese..