• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Tentang gaji seorang kuli angkut barang

14 Juli 2010 20 Komentar

Berita tentang pergantian Perdana Menteri dari Kevin Rudd ke Julie Gillard adalah sesuatu yang bombastis di sini, namun sepertinya bagi salah satu media Tanah Air, berita yang lebih bombastis adalah karena pacar si Julie berprofesi ‘hanya’ sebagai tukang potong rambut. Berita yang tendensius barangkali karena seperti menempatkan profesi ‘tukang potong rambut’ sebagai HANYA.
Apa yang salah dengan tukang potong rambut?
Orang dulu bilang “kerja apapun yang penting halal”, bukan?
Jadi, dilihat dari halal haramnya, kupikir apapun profesi pacar si Julie, tak berpengaruh tentang pencitraan dirinya yang adalah perdana menteri wanita Australia tersebut.
Selain itu, sesuatu hal yang kupikir menarik ingin kusampaikan di sini adalah apapun jenis pekerjaan yang ada di sini, boleh dibilang semuanya bisa digunakan untuk mencukupi kehidupan. Jangankan tukang potong rambut, bahkan seorang tukang potong rumput pun bisa berpenghasilan lumayan dan setiap tahun masih mampu untuk meluangkan waktu dan uangnya untuk berlibur ke tempat asalhnya yang di Eropa sana.
Di sini, di Australia ini, besar-kecilnya gaji tak dinilai pada ‘sangar’ atau ‘tidak sangar’ nya suatu pekerjaan.
Orang berdasi serta berjas yang tiap sore nongkrong di kafe-kafe di Sydney, secara penghasilan belum tentu lebih baik dari seorang kuli angkut barang di pasar.
Ini serius lagi nyata.
Ceritanya, beberapa waktu ketika membantu pindahan rumah seorang teman, ia menggunakan jasa angkut-pindah (removal list) perorangan.
Ketika aku datang untuk turut membantu sebisaku, akupun terlibat ngobrol dengan orang itu.
“Lumayan nggak uang dari jasa angkut pindah ini?”
“Yah OK lah!”
“Se-OK apa?”
“Dibanding teller bank sih, jauh mending jasa angkut pindah ini!”
“Wow…masa?”
“Iya… tapi ini belum ada apa-apanya dibanding jadi kuli angkut barang di pasar!”
“O really?”
Orang yang mengaku pendatang dari daratan Cina itu mengangguk-angguk dan tersenyum simpul lalu berkata “Dalam semalam, kalau mau jadi kuli angkut barang, kamu dapat 800 dollar!”
Wuttttttt!!!!!!!!!!!
Tentu ini sesuatu yang luar biasa!
Kalau kalian mau tahu, tarip kerja seorang teller bank di negara ini rata-rata berkisar di angka 160 dollar saja!
Seorang branch manager bank bisa mengantongi 320 dollar… dan seorang senior web programmer / web designer rata-rata digaji sekitar beberapa puluh/ratus dollar di atasnya, tergantung perusahaan tempat dimana ia bekerja. Nah, sekarang bandingkan dengan seorang kuli angkut barang yang dibayar 800 dollar semalam tentu mereka semua (dan saya) tak ada apa-apanya.
Lantas, kenapa mereka, para kuli, itu bisa dibayar sedemikian mahal?
Alasan pertama adalah, mereka menggunakan fisik sebagai modal kerjanya. Di negara ini, pekerjaan yang menggunakan fisik sebagai modalnya memang ditakdirkan untuk mendapatkan uang ekstra karena bagaimanapun juga, jika terjadi apa-apa dengan fisiknya, resiko kehilangan pekerjaan adalah hal yang paling ditakutkan, bukan? Meski biaya pengobatan di sini umumnya gratis selama ia adalah seorang penduduk (residence), tapi kalau fisik invalid, maka pekerja seperti kuli praktis akan kehilangan pekerjaan. Oleh karena itulah mereka dibayar mahal.
Alasan yang kedua, mereka bekerja di malam hari. Standar penggajian di sini, jam kerja negara umumnya adalah antara jam 8 pagi hingga jam 6 sore. Di luar itu disebut sebagai overtime atau kerja lembur. Nah, karena mereka bekerja di malam hari, tak ayal, gaji besar pasti mereka dapatkan.
Alasan yang ketiga adalah, meski datang dengan tawaran gaji besar, tak sedikit orang di sini yang menolak mendapatkannya karena faktor lelah, waktu kerja dan keluarga.
Kamu bisa bayangkan bagaimana kalau mendadak si pekerja kena flu dan harus bekerja di malam-malam musim dingin sedangkan di rumah anak istri tetap butuh perhatian?
Untuk itu semualah maka gaji seorang kuli angkut sangat besar!
Lalu kenapa teller bank dan bahkan branch manager bank bisa digaji lebih rendah dari kuli angkut barang di pasar?
Tak lain karena alasan bahwa yang mereka kerjakan adalah sesuatu yang bersifat administratif, umum dan tidak terlalu memerlukan skill khusus.
Jadi, wahai media… berhentilah mengkotak-kotakkan orang berdasarkan profesi. Sepanjang itu halal dan membahagiakan, tak perlulah mengutip dalam berita dengan kata awalan “hanya”, seolah ia adalah sesuatu yang rendah. Kupikir itu bukan sesuatu yang bijak kan?

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Australia, Cetusan Ditag dengan:gaji, julie gillard

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. t4mp4h mengatakan

    14 Juli 2010 pada 4:03 am

    inspiratif Don !!

    Balas
  2. yoseph wijaya mengatakan

    14 Juli 2010 pada 11:13 am

    mantep bung… saya lagi membayangkan apakah mbok srumbung disini kita ekspor saja ya…supaya kalau tidak mendapatkan 800 dolar semalam, ya..kira-kira separuhnya saja…supaya menaikkan taraf hidup mereka….

    Balas
  3. fekhi mengatakan

    14 Juli 2010 pada 11:25 am

    memang sih kalau soal penggajian di Indonesia bisa beda sendiri dengan negara lain hahahahaha…
    gak tahu kenapa :D
    btw kadang ada juga memang yang profesi sederhana bergaji besar, misalnya supir truk. sekali trayek langsung berjut-jut sekali jalan. tapi kadang orangnya yang gak bisa manage gajinya… itu juga rasanya satu masalah yang kamu bahas ntar don hihihi

    Balas
    • Zul mengatakan

      30 Juli 2016 pada 6:24 pm

      Efek kelamaan dulunya dijajah, rakyat indonesia dijajah disuruh kerja paksa, sampai skrng pekerjaan fisik ini ikut2an dibayar rendah. Menurut saya sih…

      Balas
  4. krismariana mengatakan

    14 Juli 2010 pada 12:00 pm

    aku setuju dengan tulisanmu ini, don. kerja kasar itu berat. dulu seorang temanku pernah mengeluh sakit pinggang waktu live in dan dia ikut seorang buruh tani. buruh tani tsb memaculi sawahnya, dan temanku ikut macul juga. akibatnya, dia mengeluh sakit pinggang dan badannya pegal2. hehe… duit nggak seberapa, tapi capeknya itu lo… nggak ketulungan.

    Balas
  5. riris e mengatakan

    14 Juli 2010 pada 1:19 pm

    Setuju, Don ! Tidak ada pekerjaan yang bisa disebut “hanya” Semua dibutuhkan dan penting.

    Balas
  6. Yessi mengatakan

    14 Juli 2010 pada 1:31 pm

    apikan yo pemerintah ostrali…emang kudune ngono..nek kerja fisik harus dibayar lebih dari yang cuma kerja administratif apalagi kuwi wong-wong sing mung tura-turu pas miting…

    Balas
  7. zee mengatakan

    14 Juli 2010 pada 12:51 pm

    Wow.
    Kisah yang bikin mata terbuka.
    Di kantor gw dulu, mereka yang hanya sekedar admin — even stay di kantor ber-AC – bayarannya jelas lebih rendah dari para task force yang bergerilya panas-2an mencari pelanggan. Yang didapat sebanding dengan resiko dan beban kerja.
    Kerja berat memang sering dikatakan kerja kasar, kerja kalangan bawah, kerja yang hanya butuh otot, bukan otak. Nah kalau di Indonesia kan seringnya terbalik ya Don, di sini justru yang pakai otot dibayar rendah, kayak portir atau kuli angkut barang di Tanah Abang. Walaupun ya tidak semua juga kerja berat berarti dapatnya sedikit. Misalnya supir metromini, sehari dia bisa dapat uang masuk 500-700rb. Sebulan bisa 17jt. Potong ongkos sana sini, pendapatannya jelas lebih besar dari pegawai bank, :))
    Orang Indonesia masih beranggapan bahwa kerja yang bagus adalah kerja di kantor yg bagus dengan tunjangan hari tua yg terjamin. Seperti aku Don, kerjaku di kantor ini sudah kehilangan passion-nya, tapi gw bertahan dulu sampai bisa mengambil pensiun dini. Hehehe…

    Balas
  8. boyin mengatakan

    14 Juli 2010 pada 1:58 pm

    o gitu yah..pantesan imigrant gelap juga bisa hidup yah..mungkin karena faktor itu..tapi manusia juga butuh yang namanya penghargaan..walaupun halal, persepsi orang kebanyakan tetap tak bisa di rubah

    Balas
  9. Susan Noerina mengatakan

    14 Juli 2010 pada 6:18 pm

    Wow!! Baru tau gw kalo tukang angkut barang di pasar pendapatannya bisa 800 dollar semalam! Tapi memang resiko pekerjaannya besar yah Mas.

    Balas
  10. imadewira mengatakan

    15 Juli 2010 pada 2:27 pm

    hebat… mata saya jadi lebih terbuka lagi..
    alasan2 yang memang sungguh masuk akal kenapa gaji mereka lebih besar. kapan ya di Indonesia bisa seperti itu? ah…

    Balas
  11. edratna mengatakan

    15 Juli 2010 pada 5:45 pm

    Hahaha…..di Indonesia seorang Branch Manager minimal dapat 2.222 USD…udah net…jadi tak perlu pindah ke Aussie ya….?

    Balas
  12. elia|bintang mengatakan

    15 Juli 2010 pada 5:12 pm

    justru bagus untuk pencitraan julie gillard. berarti dia humble dan open-minded. atau itu hanya interpretasi saya aja, ya? :P
    btw, kalo saya tinggal di aussie, saya pasti jadi kuli angkut barang. i don’t need recognition. i want something real: the money.. hehe

    Balas
  13. nanaharmanto mengatakan

    16 Juli 2010 pada 10:39 pm

    Kebalik dengan di Indonesia ya? Di Indonesia kerja yang pakai otot dan tenaga kasar malah pendapatannya lebih sedikit..

    Balas
  14. wildanr mengatakan

    16 Juli 2010 pada 11:21 pm

    Kayaknya sedikit berlaku hukum dasar mikro ekonomi disini, suply demand, he3.. Di indonesia, suply untuk pekerja fisik/kasar relatif lebih tinggi daripada kebutuhan. Karena itulah upahnya rendah. Di sana sepertinya berlaku kebalikan..
    Lagipula, di Indonesia, dibayar murah aja yang ngatri banyak, nyaris gak ada alasan buat naikin upah, kasian kuli-kuli disini :(

    Balas
  15. Sungkowoastro mengatakan

    17 Juli 2010 pada 1:53 am

    Apa mungkin karena di Australia pekerja semacam itu langka ya Om sehingga mahal? Berbeda dengan di Indonesia, pekerja semacam itu berjibun sehingga murah, dan cenderung kurang dihargai.
    Salam kekerabatan.

    Balas
  16. sawali tuhusetya mengatakan

    17 Juli 2010 pada 9:54 am

    kalau saja indonesia seperti australia, bisa jadi para kuli panggul seperti yang di pasar johar itu malah bisa mbangun rumah bertingkat agar bisa terbebas dari banjir rob. sayangnya, kuli di negeri ini sama sekali tak dihargai kerja kerasnya.

    Balas
  17. Ceritaeka mengatakan

    23 Juli 2010 pada 6:34 pm

    Kata temen gue, kuli angkut akan lbh gede lg bayarannya kalo resiko kerjaannya gak diasuransi. Bisa dua kali lipat bedanya..
    Busyet barti geude bgt yaa

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT