Hmmm, dari mana mulainya? OK, gini deh…
Kalau kamu pergi ke pertunjukan musik dangdut, adakah kamu berani bertaruh bahwa yang akan muncul di atas panggung adalah Burgerkill atau Edane? Kalau Achmad Albar masih mungkin karena vokalis GodBless itu pernah membawakan lagu dangdut Zakia. Tapi Burgerkill dan Edane rasanya tidak karena mereka adalah grup band cadas!

Tapi kalau kamu pergi ke festival jazz, kemungkinan untuk nonton Dewa19, Slank, KLa Project bahkan Denny Caknan cukup besar! Kok bisa? Entah! Aku juga bingung karena sebagaimana aku mengharapkan Soneta dan Rhoma Irama di gelaran musik dangdut, bagiku nonton festival jazz ya akan dapetin setidaknya Indra Lesmana dan Krakatau lah! I know! I hear you! Kamu barangkali bakalan ngomong
“Musik kan universal jangan dikotak-kotakkan!”
“Yang penting tiketnya laku!”
“Tau apa sih loe tentang musik, Anjirrr?”
Yuk kita kupas satu per satu!
“Musik kan universal jangan dikotak-kotakkan!”
I got a short answer for that, “Woy, yang ngotak-kotakin musik itu ya justru yang bikin festival! Kalau udah tahu yang diundang bukan musisi jazz kenapa pake kotak jazz, Justo?!”
Lagipula, apa salahnya mengkotak-kotakkan musik sesuai ragamnya? Pengklasifikasian itu tidak haram kok! Manusia aja dikotak-kotakkan sesuai agama dan kalian gak protes, kan?
Aku malah bersyukur dengan pengklasifikasian musik karena hal itu membantuku mendapatkan musik yang kumau ketika aku browsing Apple Music ataupun Spotify misalnya!
Ketika aku ngeklik kategori Heavy Metal yang kudapat ya band metal, ketika aku klik kategori Jazz yang nongol ya ragam musik jazz… hmm apa mungkin karena Spotify dan Apple Music itu nama app bukan festival jazz ya?
“Yang penting tiketnya laku!”
Tiket laku itu target realistis karena bagaimanapun pertunjukan adalah bisnis dan bisnis itu perkara cuan! Tapi menjebak penonton dengan memberikan sajian selain jazz dalam sebuah festival jazz adalah sebuah pelaksanaan bisnis yang tidak mengindahkan kaidah etis-tidak etis!
Tapi kan penonton gak protes?
Ya karena gak semua penonton sepintar dan seberani dan se-gabut gue! Kalau panitia mau tiket laku, undang aja Dewa19 karena meski lagu Kangen dibawaian sejuta kali, sejuta kali itu pula stadion akan penuh terisi.
Dan ketika nonton Dewa19, ekspektasi orang sudah jelas! Kalau nggak dengerin Kangen, Separuh Nafas, Pupus atau Kirana karena itu lagu-lagu mereka! Gak mungkin kan kamu nonton Dewa lalu tiba-tiba Ahmad Dhani maju ke depan pake gitar akustik nyanyi
“Aku mau mendampingi dirimu..
aku mau cintai kekuranganmu!”
Karena itu lagu Once hehehe… Eh tapi kayaknya kamu mulai bisa berekspektasi bahwa Dewa akan bawain lagu-lagu Queen juga sih…. hahaha!
“Tau apa loe tentang musik, Anjir!”
Nah justru itu! Karena aku gak tau tentang musik, ketika aku datang ke festival musik, secara tidak langsung aku juga mengharapkan supaya pengetahuanku terhadap khasanah musik bertambah!
Bayangkan kalau orang sepertiku, yang menurutmu gak tahu banyak tentang musik, datang ke festival bersalutkan jazz. Lalu aku disuguhi pertunjukan yang bukan dari jalur jazz, tau kan apa yang terjadi? Aku akan menganggap semua yang tampil sebagai… musisi jazz!
Lalu bayangkan kalau kemudian aku pacaran dengan anak seorang musisi trus pas di tanya musik kesukaan, aku akan menjawab, “Wah, saya suka jazz, Om!”
Lalu Si Om bertanya,
“Wow keren! Apa referensi jazz-mu?”
Dan aku, yang nggak tahu musik hanya berbekal pengetahuan musik dari festival jazz yang kudatangi dengan sok pede menjawab,
“Banyak, Om! Kadang saya dengerin Dewa19, Slank, KLa Project atau kalau pas menikmati senja bersama kawan-kawan skena ya saya dengerin Denny Caknan supaya vibe-nya kerasa, Om!”
Si Om Bengong….
0 Komentar