Teman Datang, Teman Pergi

27 Okt 2014 | Cetusan

blog_teman0

Selalu ada rasa yang gimanaaa gitu ketika tahu ada teman yang memutuskan untuk pulang dari Sydney ke Indonesia untuk selama-lamanya. Dan marilah sepakat denganku untuk menempatkan ke-gimanaaa gitu-an ku itu dalam satu istilah Jawa yang tak terlukiskan, “mak sek” (sek dibaca seperti dalam ‘nyesek’ karena memang keduanya saling terkait -red).

“Kamu kenapa nggak di sini aja? Kalau kamu pulang lalu aku kangen berbahasa Jawa, aku mesti ngomong sama sapa?”

Ujarku ke seorang kawan yang sama-sama pernah tinggal di Jogja dan beberapa tempo ia sempat pula tinggal di Sydney bersama istrinya yang juga orang Jogja. Hubungan kami padahal tak terlalu dekat. Ia dan istrinya bukan langganan kawan mainku dan istriku tiap akhir pekan, tapi sekalinya bertemu kami terbilang intens bertukar kabar tentu dalam Bahasa Jawa berlogat Jogja yang mengasyikkan itu.

Tapi perkara relokasi hidup memang bukan perkara yang bisa diubah dengan mudah dan memang sejatinya tak perlu diubah.

Relokasi hidup, terlebih bagi yang telah berkeluarga adalah keputusan yang bisa jadi diambil sekali atau dua kali saja seumur hidup dan melibatkan banyak faktor yang melatarbelakanginya.

Dulu akupun begitu. Keputusan untuk pindah dari Jogja ke Sydney bukan keputusan sehar-lam. Ada tenggat waktu yang kukhususkan untuk berpikir lalu memutuskan (Aku pernah menuliskan pergumulanku itu di sini) dan salah satu faktor yang membuat keputusanku dulu bukan keputusan mudah nan kacangan adalah kaitannya dengan kehilangan banyak teman yang akan kutinggalkan.

Ada banyak kawanku yang terpukul dengan kepindahanku tapi ketika mereka harus mengembalikan esensi pertemanan yang menghargai keputusan sesamanya, alih-alih dilawan, rangkaian doa untuk kesuksesan lah yang kudapatkan.

Tapi ada satu kawan dekat yang muncul dengan reaksi tak terduga. Kawan tadi suatu malam datang ke kantorku membawa cangkul di bagasi mobilnya. Ia mendatangi pos satpam lalu bilang, “Donny ada? Aku mau nyangkul kepalanya biar nggak jadi pindah ke Australia!”?Tentu kawanku tadi hanya bercanda, tapi bagaimana ia mampu sedemikian hebohnya dalam mengekspresikan candaannya, kuyakin ada hal yang ‘mak sek yang tiba-tiba muncul, persis seperti yang kurasakan beberapa waktu lalu saat kawanku pulang ke Jogja untuk selamanya.

* * *

blogteman_1

Dua hari yang lalu, seorang kawan lama, lama sekali, tiba-tiba menghubungiku.

“Permohonan migrasiku ke Australia dikabulkan! First entry-ku sekitar 26 November, nanti kita ketemuan ya!”

Wah, rasanya kali itu adalah ‘mak nyes’ sekali!

Aku mengenalnya dulu waktu kuliah, makanya kuanggap sebagai ‘kawan lama sekali’. Rupanya pernah ia mengajukan permohonan migrasi ke negara ini tapi ditolak beberapa kali karena kemampuan bahasa Inggrisnya tak memenuhi standard. Tapi ia lalu membaca tulisan berjudul Kenapa kami terkadang dianggap gila di blog ini dan hal itu melecutnya untuk kembali bangkit. Ia pernah menuliskan email kepadaku terkait hal itu dan dua hari lalu, sekitar dua tahun sesudah email pertama kuterima darinya, ia menyampaikan kabar menggembirakan tadi.

blog_teman2

Turut bahagiakah aku? Tentu saja. Selain karena blog ini semakin bisa berarti bagi orang lain, aku juga dapat bonus yaitu kawan lama yang diperbaharui di tempat baru hidupnya, Australia.

Kawanku tadi bukanlah satu-satunya.
Ada juga seorang yang aku belum pernah bertemu langsung, tapi suatu waktu ia mengirimkan email untuk memperkenalkan diri, mengabariku dan berkata bahwa tulisan-tulisanku terutama tentang kepindahanku ke Australia 2008 silam menguatkannya untuk pindah kemari.

Ceritanya, orang ini, kutaksir usianya seumuran denganku, sudah mendapatkan ijin tinggal di Australia sejak beberapa waktu yang lalu, tapi ada rasa ragu menghinggapi. Dalam sebuah emailnya bahkan ia tak ragu mengirimkan list pertanyaan seperti, bagaimana perkembangan anak di sana, apakah rasisme masih tinggi di sini, bagaimana kalau anak-anak nanti lebih berperilaku seperti anak bule ketimbang anak asia dan masih banyak lagi.

Sekitar sebulan yang lalu, aku membaca statusnya di Facebook yang menyiratkan hal positif terkait perpindahan itu dan rupanya benar, ketika kukonfirmasi lewat jalur pribadi, akhir tahun ini ia memutuskan untuk bermigrasi ke Australia. Yeayyy!

Kawan pergi, kawan datang..
Teman datang, teman pergi…

Aku terbiasa hidup dalam lingkaran teman dan memandang hidup ini seperti orang berkerumun pada sebuah terminal bus padat di malam Lebaran yang sibuk.

Orang datang diantar bus untuk kemudian menunggu bus lainnya yang akan mengangkut menuju ke tempat lain dan aku adalah orang yang menikmati waktu ‘di antaranya’ itu dengan bercengkrama.

Ketika ada yang baru datang, tak sungkan kutarik tangannya dan kuajak mendekat. Ketika ada yang hendak pergi, tak ragu kugapai tangannya dan kutanya, “Kenapa pergi? Tetaplah di sini barang segelas dua gelas teh sambil merubung di dekat tungku dan menikmati bergenggam-genggam kacang rebus dan kita saling bertukar kebahagiaan?”

Untuk H dan S?
Untuk P dan H…

Sebarluaskan!

4 Komentar

  1. Seorang yang EQ nya tinggi sepertiku :D , pasti akan merasakan perpindahan masuk dan keluar teman tidak sambil lalu. Dalam! Tapi yah namanya hidup, mesti ada romantika seperti ini ya.

    Aku sedang sedih karena baru tahu ada seorang ibu yang berpenyakitan akan pulang selamanya ke Indonesia. Karena suaminya sudah meninggal dan anak perempuan satu-satunya tidak mau mengurusinya :(

    imelda

    Balas
  2. ndi jhe bro…ra ono jenengku..wakakak….eniwei thanks sdh jd bagian cerita hidup kami di negri yg sampai sekarang masih ngangenin…..siji sing durung keturutan..ngarsake salju ng snowy mountain…muga2 taon ngarep due rejeki mbrono..hehe…sukses terus mas bro Don…Rahayu!!

    Balas
  3. Dari kemarin udh gatel kasih komen tapi belum sempat-sempat hehehehe…

    Sebenernya ini ujian yang paling susah, secara politik dan ekonomi sekarang Indonesia itu ibaratnya matahari sedang mlethek menunggu masa keemasan, sementara Oz sendiri tidak secermelang dulu.

    Tapi cita-cita bukan cita-cita kalau tidak teruji ya, dan ternyata lulus uji kok :) the show must go on dan rencana demi rencana terus bergulir.

    See you there mas bro, tak kancani… mungkin tidak di kota yang sama, mungkin juga di kota yang sama tergantung dari yang di Atas… bukan begitu?

    Balas
    • Hahahaha, top!
      Btw, beberapa hari lalu kawanku bilang dia akan kembali ke Indonesia karena secara ekonomi di sana lebih baik. Aku bilang padanya, aku tetap di sini. Aku punya alasan yang lebih kuat daripada faktor ekonomi untuk tetap ada di sini. Ini terkait dengan keputusan seorang yang gagah perkasa, tampan dan pintar yang disayang Tuhan. Dan seorang itu adalah saya :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.