Aku menyebutnya sebagai teknologi berbahasa cinta.
Jadi begini…terjadinya kemarin.
Aku mengirim email balasan ke klien terkait pekerjaan. Di dalam email itu, seharusnya terlampir (attached) pula file laporan.
?Please see attached, the report in xls format? demikian kutulis lalu…kupencet Tombol Send.
Tapi sedetik kemudian, muncul windowbox dengan peringatan di bawah ini.
Aku sering lalai seperti ini; mengirim email dengan lampiran tapi lupa untuk mengirimkan filenya.
Pada kasus seperti ini, biasanya perlu waktu untuk sadar bahwa aku belum mengirimkan lampirannya atau kesadaran itu muncul dari balasan klien, ?Sorry but i couldn?t find any attachment!?
Dan untuk disadarkan demikian butuh waktu tergantung kapan klien menjawabnya. Bisa jadi semenit sesudah kukirim, bisa sejam.. sehari atau kalau ia sedang holiday, ya tunggu sampai ia balik dari liburan.
Baru sesudahnya aku sadar dan mengirim kembali lampirannya.
Bayangkan, potensi terbuangnya waktu akibat kelalaian semacam ini tidak kecil dan Google melalui layanan gmail-nya membuat solusi mudah; sesuatu yang bukan rocket science tapi sangat berguna untuk menghindari peristiwa yang kerap kualami itu.
Itulah teknologi yang sebenarnya.
Teknologi yang nggak harus muluk-muluk tapi memperhatikan betul kebutuhan pengguna hingga ke hal-hal yang pengguna sendiri tak pernah berpikir sebelumnya bahwa hal tersebut dikelola juga oleh pembangun sistem.
Teknologi yang ditempatkan sebagai ?anak budaya? dan didalamnya dibuahi akal yang mendapat benih dari budi; bukan robot matematis yang tampak pintar tapi sejatinya bodoh nan pongah.
Teknologi yang menempatkan dirinya ke dalam kodrat aslinya: membantu manusia untuk mencapai level baru dalam hal kualitas hidup yang lebih tinggi.
Teknologi yang dibuat menggunakan ?bahasa cinta?.
Andaikan aku lakukan, yang luhur mulia
Jika tanpa kasih cinta, hampa tak berguna
Andaikan aku fahami, bahasa semua
Hanyalah bahasa cinta, kunci tiap hati
Cinta itu lemah lembut, sabar sederhana
Cinta itu murah hati, rela menderita
Andaikan aku dermakan, segala milikku
Namun hati tiada cinta, tak mungkin bahagia
Reff:
Ajarilah kami bahasa cinta Mu agar kami dekat pada Mu ya, Tuhanku
Ajarilah kami bahasa cinta Mu agar kami dekat pada Mu
Bahasa Cinta,
sebuah lagu yang kerap dinyanyikan di gereja tapi entah siapa yang menciptakan…
Sering kejadian seperti itu sampai diingatkan gugel.
Ah, andai manusia bisa seperti itu. Saling mengingatkan satu dengan yang lain, walaupun hal yang diingatkan mungkin hanya hal kecil saja.
Teknologi tidak punya egoisme, masalahnya manusia pasti punya. :))
Don, ikutan penasaran dengan pengarang lagu tsb, cari2 dapet ini
ANDAIKAN AKU PAHAMI PS. 661
(Syair: J. Wadas.C.M/SML 1967 // berdasarkan 1 Kor 13 // Revisi Seksi Musik Komlit KWI 1990 // Lagu: M. Weermaes C.S.S.R 1967))
melodinya ada mirip2nya dengan lagu Heintje… lali judule.. :(
Semoga melengkapi dan ngga penasaran lagi
Hahaha suwun mas :)