Gimana perasaanmu ketika kamu tidak dipercaya seseorang? Padahal kamu merasa sudah melakukan segala sesuatu dengan benar tapi tetap saja diragukan,
?Ah, masa?
Yang bener?
Jaminannya apa supaya aku bisa percaya kamu??
Tenang! Tarik nafas dalam-dalam dan jangan lupa dikeluarkan hahaha? Kamu bukan yang pertama dan tak pernah jadi yang terakhir untuk tidak dipercaya. Yesus, Tuhan dan Juru Selamat kita pun ?dibegitukan? dulu.
Di hadapan Nikodemus, guru agama Yahudi yang mendatangi, Yesus menyampaikan pentingnya seseorang untuk ?dilahirkan kembali? supaya bisa selamat. Karena waktu itu Nikodemus belum percaya, iapun menyampaikan ketidakpercayaannya itu, “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” Bagaimana reaksi Yesus? Ia menjawab keraguan Nikodemus itu dengan tenang.
?Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?? (lih. Yohanes 3:11-12)
Yesus tidak marah. Ia justru menerima ketidakpercayaan itu sebagai sesuatu yang wajar karena Nikodemus belum melihat apa yang Yesus lihat, belum mengetahui apa yang Yesus sudah ketahui.
Tak dijelaskan bagaimana akhir dari pertemuan itu. Tapi apakah pertemuan itu mempengaruhi Nikodemus? Iya! Meski tak dijelaskan secara langsung tapi Yohanes mencatat setidaknya ada dua peristiwa yang melibatkan Nikodemus dan bagaimana ia menjadi percaya.
Pertama adalah bagaimana Nikodemus mencoba membela Yesus di hadapan kawan-kawan sekelompoknya, Farisi yang hendak menangkap Yesus (lih Yohanes 7:51) Kedua saat ia hadir pada pemakaman Yesus. Pada waktu itu Nikodemus membawa sekitar lima puluh kati campuran minyak mur dengan minyak gaharu (lih Yohanes 19:39)
Apa yang bisa kita pelajari dari sini?
Tidak dipercaya orang itu wajar
Kalian tidak dipercaya orang itu wajar. Kadang hal itu terjadi bukan karena kekurangan dan kesalahan kita tapi karena kelemahan manusia dalam menggunakan insting percayanya. Misalnya kamu dianggap tak setia oleh pasanganmu karena dulu pernah ketahuan selingkuh? Ya wajar karena ia menggunakan sudut pandang ?dulu?, bukan?
Bersikap dan berlaku benar
Lalu bagaimana supaya bisa dipercaya?
A-ha, pertanyaannya kubalik, sepenting apakah dipercaya kalau untuk itu hanya dibangun dari kata-kata? Membangun kepercayaan adalah dengan cara bersikap dan berlaku benar. Dulu pernah tidak setia dan sekarang mencoba setia? Buktikan! Dipercaya dari bukti yang bisa dilihat dan dirasakan sendiri itu lebih menyenangkan daripada dipercaya karena kata-kata kita yang mencoba meyakinkan dia, kan?
Berikan waktu untuk percaya
Sudah bersikap dan berlaku benar tapi ia tetap tak percaya? Berikan waktu untuknya percaya. Berikan ruang untuknya mengartikulasikan pemahaman baru bahwa kamu memang sudah berubah, kamu sekarang layak dipercaya. Sebagai orang yang benar, doakanlah ia juga supaya segera percaya.
Tapi bagaimana kalau tetap tak dipercaya?
Tak semua orang harus percaya bahkan mantan murid yang pernah dekat denganNya pun, Yudas Iskariyot, hingga mati tak pernah bisa percaya kepadaNya, kan? Jadi kalau kita sudah melakukan segalanya dengan benar dan seseorang tetap tak percaya? Ya sudah, itu bukan tanggung jawab dan urusanmu.
Tetaplah bangga setidaknya kamu telah berusaha keras supaya dipercaya. Tetaplah tegak muka karena setidaknya Allahmu yang maha benar telah memberimu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang sama yang dilakukanNya: hal-hal yang benar.
Benar gitu, kan?
Sydney, 21 April 2020
0 Komentar