• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Sydney, Raksasa Lengang

10 Juli 2009 41 Komentar

Posting ini memuat beberapa foto berukuran besar, mohon perhatikan kapasitas bandwidth Anda :)

Kali ini, mari kita bicara soal Sydney.

Dilihat dari perangainya, bagiku Sydney adalah raksasa.
Landskap, media dimana empat jutaan orang yang tinggal di dalamnya bergelut dengan kehidupan, berkubang menghabiskan waktu.
Sebuah kepingan sisi dunia bagian selatan katulistiwa yang berhasil menampakkan kemilau konsumerisme, hedonisme serta semua hal yang mengatasnamakan peningkatan kualitas hidup manusia ditinjau dari sisi-sisi yang modern.

Namun di sisi lain, Sydney sangatlah pendiam.
Merasakan berjalan kaki di antara Wynyard hingga QVB, berperahu-sampan dari The Rock menuju ke Luna Park, atau berkereta api dari Newtown hingga Central, barangkali kamu akan menemukan geliat yang sepi. Kamu akan merasakan bising suara, tapi semuanya serba teratur, tidak ada sesuatu yang seperti
Tak ada suara deru knalpot sepeda motor yang dipermak hingga memekakkan telinga, tak ada ramai kernet berteriak bergelantungan di bis kota, dan atas nama ketertiban umum dan mengatasi polusi suara, bahkan suara syahdu pengingat waktu ibadah bagi orang-orang yang beragama pun pantang diperdengarkan.

Semua seperti berlalu lengang…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. samsul arifin mengatakan

    10 Juli 2009 pada 8:51 pm

    kok sampai saat ini aku merasa bahwa sydney itu identik dengan bangunan yang mirip keong mas itu ya?

    Balas
    • DV mengatakan

      10 Juli 2009 pada 8:51 pm

      Lha memang kufoto kok..:)

      Balas
  2. edratna mengatakan

    10 Juli 2009 pada 11:27 pm

    Don, masing-masing negara punya budaya dan adat kebiasaan yang berbeda, justru terkadang inilah yang membuat seseorang betah di suatu tempat atau tidak.
    Saya pernah seminar di London seminggu, walau kota yang super sibuk, semua serba teratur, disiplin, orang2nya helpfull…. namun begitu seminggu di sana udah kangen banget sama rumah… untung karcis pulang udah terlanjur dibeli untuk Paris Jakarta, karena berniat merasakan naik Eurostar (kereta api menghubungkan London ke daratan Eropa melalui bawah laut)…
    Mungkin saya memang tipe rumah, setiap kali berpetualang, selalu kangen rumah, tempat tidur yang hangat, panas Jakarta yang menyengat….
    Saya cuma melihat Sidney dari atas, karena hanya transit dari Brisbane dalam perjalanan kembali ke Jakarta.

    Balas
    • DV mengatakan

      10 Juli 2009 pada 11:27 pm

      Betul, Bu.. Betul!

      Balas
  3. Chandra mengatakan

    11 Juli 2009 pada 6:28 am

    Lama-lama, gue merasa hidup di Sydney biasa-biasa aja, sama aja kaya di indo, kudu bayar tagihan listrik, air, telepon, dan house expenses lainnya…hahaha…curhatan ibu RT ceritanya…dan di antara ketertiban itu terkadang nyempil juga sesuatu yg menyebalkan…. :p
    kecuali kalo ke Sydney-nya jadi turis or baru bentar, baru deh semuanya terlihat sangat uindah! ^_^

    Balas
    • DV mengatakan

      11 Juli 2009 pada 6:28 am

      Hehehehehe, gw sependapat Chan! Tapi, sebenarnya dimanapun kita berada semua harusnya tampak indah. Kalaupun ada yang bikin jadi tak tampak terlalu indah, menurut gw itu lebih karena masalah2 yang muncul dibelakangnya.
      Kegiatan gw motret adalah salah satu usaha untuk tetap membuat gw merasa betah tinggal di tempat yang indah :)

      Balas
  4. Muzda mengatakan

    11 Juli 2009 pada 8:51 am

    Foto nomor 3 Mas, aku membayangkan duduk di sana sesorean, menikmati keheningan..
    *sudah lama aku tak sendirian*

    Balas
    • DV mengatakan

      11 Juli 2009 pada 8:51 am

      Halah, bukannya kamu sendirian terus?

      Balas
  5. zee mengatakan

    12 Juli 2009 pada 9:13 pm

    Melihat fotonya saja sudah bikin saya berkhayal andai nanti bisa ke Sydney dan menikmati sore hari yang sejuk disana…

    Balas
    • DV mengatakan

      12 Juli 2009 pada 9:13 pm

      Hehehe makasih Zee! Ditunggu dimari!

      Balas
  6. Riris mengatakan

    12 Juli 2009 pada 8:20 pm

    Lengang…berarti kota ini romantis ya Don? Asyik buat cari inspirasi entah inspirasi nulis ataupun motret. BTW, photo2mu yang sekarang lebih mudah dinikmati..wis gak kedawan maneh.

    Balas
    • DV mengatakan

      12 Juli 2009 pada 8:20 pm

      Romantis, sangat!

      Balas
  7. p u a k mengatakan

    13 Juli 2009 pada 7:47 am

    Kurang penduduk pho, Don?
    Mbok ya.. jangan semua ke Jakarta. Ke Sidney gitu?.. hehehe.

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 7:47 am

      Hehehe…

      Balas
  8. vizon mengatakan

    13 Juli 2009 pada 1:25 am

    Syndey memang elok, dan bertambah elok karena difoto sama orang yang elok pula, hahaha… :D
    Mantap Don…

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 1:25 am

      Hahahaha, uda, kamu berlebihan :) Makasih!

      Balas
  9. buwel mengatakan

    13 Juli 2009 pada 1:58 am

    waaaahhh makasih neh, jadi kenal sydney…siiip

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 1:58 am

      Sip!

      Balas
  10. anderson mengatakan

    13 Juli 2009 pada 5:30 am

    Another bandwith killer post, hehehe :-P Apa boleh buat…gambar-gambar yang di posting ama kamu begitu memesona sehingga tak kuasa untuk tak berdecak kagum, tak tahan untuk memuji, tak kuasa untuk tak memandangi berlama-lama. Well taken, Bro…

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 5:30 am

      Thanks :)

      Balas
  11. Eka Situmorang - Sir mengatakan

    13 Juli 2009 pada 5:37 am

    Tuhan dengarlah doa hambaMu ini
    lembutkan hati mas DV biar ngirimin tiket maen ke sana untuk nengokin baby nya nanti kalau lahir
    amiiin :p

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 5:37 am

      Hatiku sudah sangat lembut, Eka.. Kamu yang telat merasakannya hahaha :)

      Balas
  12. imoe mengatakan

    13 Juli 2009 pada 8:06 am

    Wahhh fotonya bagus bgt

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 8:06 am

      Thanks :)

      Balas
  13. mascayo mengatakan

    13 Juli 2009 pada 8:17 am

    menikmati lagi … :)
    sebenarnya satu keponakan klaten saya sekarang ada di ausi juga lho kang,
    moga-moga ada kesempatan jjs ke ausi sambil nengok keponakan hehehe

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 8:17 am

      Oh ya? Dimana aussienya?

      Balas
  14. Suwahadi mengatakan

    13 Juli 2009 pada 8:17 pm

    Wow, keren Sydney.
    Keren juga photo

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 8:17 pm

      Thanks :)

      Balas
  15. sawali tuhusetya mengatakan

    13 Juli 2009 pada 1:51 pm

    hmmm …. dinamika sidney seperti sebuah kita yang bergerak dalam keadaan diam, mas don. sungguh bukan hal yang mudah utk bisa membangun sebuah kota seideal ini. yang paling banyak, bising di luar, tapi sepi di dalam, hehe …

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 1:51 pm

      Basa jawanya, sepi ing pamrih, rame ing gawe ya Pak ?:)

      Balas
  16. femi mengatakan

    14 Juli 2009 pada 4:17 am

    koneksiku unlimited, tapi lagi digigit tikus jaringan internetnya di indo hiks… baru bisa liat sekarang.
    foto no 3 yg aku suka.
    don, kayake aku musti kasih label namaku di foto juga deh walaupun fotoku cuman asal2an, gara-gara ada yang ngambil fotoku trus gak pakek ngomong wkwkwkw… foto elek ae mo diembat, gimana fotomu yang ini ya :p

    Balas
    • DV mengatakan

      14 Juli 2009 pada 4:17 am

      Jelek atau bagus itu cuma soal rasa, selera.
      Esensinya ya sama :) Tetap harus dilindungi :)

      Balas
  17. se7en_pearl mengatakan

    14 Juli 2009 pada 4:31 am

    walaupun keliatan sepi tapi ttp aj keren ya….
    i like it….
    kpn” foto roma dunx….
    heheheheheh (ngarep)

    Balas
    • DV mengatakan

      14 Juli 2009 pada 4:31 am

      Thanks :)
      Roma? Doakan secepatnya :)

      Balas
  18. Tuti Nonka mengatakan

    13 Juli 2009 pada 9:22 pm

    Saya belum pernah ke Ostrali (belum pernah juga ke Amerika, Inggris, Yunani, Canada …. woooo, yang belum pernah kok banyak sekali … :D ).
    Gedung opera itu memang landmark yang sangat khas ya. Pernah nonton opera di sana, Don?
    Tentang foto, saya selalu meng-compress foto sebelum saya upload di blog, menjadi sekitar 15 – 30 KB, supaya tidak berat. Tapi akibatnya kualitas foto menjadi jauh berkurang …

    Balas
    • DV mengatakan

      13 Juli 2009 pada 9:22 pm

      Saya memang sengaja tidak melakukan kompresi apapun. Istilah jawane, jer basuki mowo bea :)
      Justru tantangan saya adalah bagaimana menghadirkan foto yang indah yang memang patut “dibeli” dengan bandwidth yang besar :)

      Balas
  19. yunus mengatakan

    14 Juli 2009 pada 12:05 am

    aq di bali ada temen dari ausi tapi dia kok menetap di bali ya… hihihihi… tapi kmu kok malah tinggal di ausi don… lam kenal ya….
    salam kopi… :)

    Balas
    • DV mengatakan

      14 Juli 2009 pada 12:05 am

      Heheheh itu namanya perturakan orang :) Salam kenal balik!

      Balas
  20. Eka Situmorang - Sir mengatakan

    16 Juli 2009 pada 8:52 am

    Kalo emang hatinya lembut
    kenaapa malah minta tiket Sidney – JKT PP ?
    duuuh ;)

    Balas
  21. zam mengatakan

    18 Juli 2009 pada 1:57 am

    tapi kok tetep keren, yo?
    eh tanya.. di Sidney ada kawasan kumuh gak sih? kalo di jakarta kan banyak tuh. di depannya gedung megah, tapi di pinggirnya kawasan kumuh..
    pengen liat, kang! kalo ada sih.. heheh..
    apa sama kemprohnya dengan di Indonesia?

    Balas
    • DV mengatakan

      18 Juli 2009 pada 1:57 am

      Kawasan kumuh sepertinya nyaris nggak ada tapi kawasan miskin banyak meski ngga kumuh…

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT