Surat terbuka untuk lulusan De Britto 2022

16 Mei 2022 | Cetusan

Selamat adik-adikku atas kelulusan kalian!
Aku gak tahu sudah sesulit apa untuk lulus sekarang, tapi dulu, dua puluh enam tahun yang lalu, sangat sulit bagiku untuk bisa lepas dari kampus Laksda Adi Sucipto 161 yang kita cintai dengan predikat lulus! Mungkin bukan standardnya yang berat, akunya aja bebal hehehe…

Tapi kesulitan yang tak kalah mudahnya untuk dilepaskan adalah ketika aku sadar bahwa lulus berarti meninggalkan kampus padahal saat itu, sama seperti kebanyakan kalian, aku lagi sayang-sayangnya pada De Britto!

Aku seperti tak mau beranjak dari kenangan indah bersama kawan-kawan. Di sisi lain, aku tahu di luar sana dunia tak seindah di De Britto. Harmoni kebhinekaan yang tidak membeda-bedakan ras, suku dan agama seperti yang kita alami di De Britto sayangnya tak bisa kita temui dengan serta-merta di luar kampus.

Dan… semua kebebasan yang kalian rasakan di De Britto tak juga bisa kalian cari imbangannya di luar karena kebebasan yang kita dapat dan usahakan bisa saja berarti meringsek kebebasan orang-orang yang ada di sekitar kita…

Tapi itulah hidup. 
Hidup yang berdinamika, hidup yang terus bergerak maju ke depan. Hidup yang kita pelajari di De Britto.

Maka lanjutkan belajarmu supaya apa yang kamu pelajari di De Britto pun bertambah. Carilah kawan-kawan berpikir dan berproses yang lain, lain dari yang pernah kamu kawani di De Britto.

Bahkan kalau perlu, lupakan sementara bahwa kamu pernah studi di sana bukan supaya kamu jadi kacang yang lupa pada kulitnya tapi justru supaya ada banyak nilai-nilai baru yang kamu dapati dan ketika kamu adalah kacang yang pulen dan kaya gizi, orang otomatis akan tahu kamu pernah berdiam dalam kulit De Britto tanpa harus berteriak “Akulah putra SMA De Britto!”

Oh ya, sebelum berpisah dari kawan-kawanmu, pandangi mata dan jabati tangan mereka satu-persatu.

Kenapa? Karena orang yang kamu anggap sebagai kawan saat ini belum tentu tetap jadi kawan sepuluh tahun kemudian!

Ya lumrah, Mas! Namanya manusia pasti berubah!

Betul! Justru karena kamu sudah tahu maka jangan kaget melihat kawan yang sekarang pintar dan yak-yak’o eh kena jabatan lalu mak plekenyik hilang nilai-nilai de brittonya!

Jangan gugup dan panik apalagi kecil hati ketika melihat ada yang barangkali dulunya nakal tapi sepuluh-dua puluh tahun kemudian berubah jadi alim-ulama, ataupun jadi pengusaha sukses.

Jangan kamu bilang, “Halah pasti itu semua topeng! Kayak nggak tau DV aja ancurnya seperti apa dulu! Munafik!” DV di sini hanya contoh inisial Dik nggak perlu dianggap serius.

Atau jangan pula bilang, “Ah, dia kaya karena bapaknya juga kaya…. aslinya ya goblok!” 

Ingat, Dik, kalau kamu sampai berpikir seperti itu nantinya, sejatinya hal itu membuktikan perubahan yang kita yakini itu benar. Dia berubah membaik dan kamu, sayangnya, berubah memburuk.

Oh ya, ketika mati nanti, kamu juga nggak harus dinyanyiin Mars De Britto karena itu tak terlalu penting. Yang terpenting justru bagaimana selama hidup, kamu mengartikulasikan pesan lagu itu dengan benar termasuk penggalan berikut, 

Ayolah putra SMA De Britto kuatkanlah hubunganmu
selalu tetap bersatu dengan semua kawanmu

Kata-kata itu sarat makna, Dik. Percayalah! Tapi berhati-hatilah dalam memaknainya.

Hubungan yang kuat belum tentu harus terlalu sering berhubungan. Tapi setidaknya, ketika ada yang mempertanyakan kenapa kamu nggak pernah muncul di acara-acara alumni, jawab saja, “Kita tetap terhubung dalam doa…”

Persatuan dengan semua kawan belum tentu berarti kita harus satu dalam segalanya. Kalaupun kamu berkeringat hingga bersimbah darah hanya demi bersatu tapi apakah kawanmu lainnya juga menghendaki persatuan itu? Yang ngajak berseteru malah ada… banyaaakk termasuk ya si DV yang inisialnya kusebut di atas tadi, Dik. 

Tapi, masih dalam konteks bersatu seperti yang diminta Pater L. Moerabi SJ dalam lagunya itu, ya jawab lagi aja, “Kita bersatu dalam doa…”

Sekali lagi selamat, Dik!
Selamat menempuh hidup baru!
Segera lipat dan simpan semua kenanganmu dalam hati. Sesekali waktu nanti bolehlah dikenang asal jangan kelamaan mengenangnya.

Bagi Tuhan dan bangsaku!

Donny Verdian, JB 96

Sebarluaskan!

3 Komentar

  1. waaaaah, menerima murid utk dijadikan the next superblogger, Mas Donny? hehehe

    Balas
    • hahahaa.. saya ini mung remukan rengginang jheee

      Balas
      • remukan rengginang tur dadi best seller/ superblogger di hati dan pikiran masyarakat Indonesia yo Mas hehehe

        Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.