Setelah kemarin aku merilis tentang himbauan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) terkait ?virus corona?, hari ini aku mendapatkan edaran serupa dari Keuskupan Agung Semarang (KAS). Yuk kita membandingkan dan menguliti poin-per-poin.

SARS-COV-2 vs “Virus Corona”
Pada bagian judul, KAS menggunakan pilihan kata yang lebih awam. Jika KAJ memilih menggunakan istilah ?teknis? SARS-COV-2, surat dari KAS dikepalai dengan judul Pencegahan Penularan dan Penyebaran Virus Corona. Aku pribadi lebih suka menggunakan istilah ?Virus Corona? karena lebih umum dibandingkan dengan SARS-COV-2.
Pada bagian pembuka, surat dari KAS lebih panjang ketimbang surat KAJ yang ringkas nan padat. Monsinyur Rubi, panggilan akrab Mgr. Robertus Rubianto, Uskup Agung Semarang yang menandatangani surat tersebut, pada bagian pembukaan menyampaikan banyak hal terkait fenomena virus korona ini. Tidak ada yang lebih baik maupun yang lebih buruk. Kedua surat dari dua keuskupan agung ini menurutku adalah cara Gereja menyesuaikan diri dengan audiens masing-masing. Orang-orang Jawa Tengah barangkali lebih suka penjelasan panjang lebar sementara orang-orang Jakarta lebih suka yang singkat dan padat.
Boleh tidak ke gereja vs Boleh ke Gereja tapi sebaiknya ber-masker
Berbeda dengan KAJ yang menyarankan bagi mereka yang sakit untuk tidak perlu ke Gereja, surat dari KAS tidak menyebut pasal tersebut. Kenapa? Barangkali karena pada pasal sebelumnya, KAS sudah menganjurkan supaya yang merasa sakit flu/pilek, batuk dan sakit tenggorokan menggunakan masker. Jadi, bisa diartikan, meski sakit, asal pakai master silakan datang ke Gereja untuk ikut perayaan ekaristi seperti biasa.
Tanpa Air Suci selama ‘masa genting virus corona’
Jika KAJ masih menyediakan air suci, KAS membuka peluang untuk meniadakan air suci selama keadaan genting terkait Virus Corona.
Salam Damai
KAJ memperbolehkan umat berjabat tangan saat ?Salam Damai? dengan catatan supaya umat memperhatikan kebersihan tangan masing-masing, di KAS, umat diminta untuk tidak berjabat tangan. Sebagai gantinya adalah saling menganggukkan kepala atau membungkukkan badan tanpa berjabat tangan.
Penerimaan komuni ke tangan dan ajakan supaya para pastor dan prodiakon mencuci tangan dulu sebelum membagikan komuni
Jika KAJ menganjurkan komuni pada tangan, namun tetap memperbolehkan penerimaan komuni langsung ke lidah/mulut, KAS dengan tegas menulis komuni diterimakan pada tangan saja. Yang menarik adalah, KAS meminta para pastor dan prodiakon untuk menyuci tangan terlebih dahulu sebelum membagikan komuni. Hal ini menarik dan sangat baik baik secara fisik maupun spiritual. Secara fisik jelas untuk mencegah penyebaran Virus Corona, secara spiritual adalah makin menampakkan penghormatan kita terhadap Tubuh Kristus sendiri. Tubuh Kristus yang diterimakan tidak terkontaminasi Virus Corona yang mungkin saja bisa hinggap di tangan petugas, bukan?
Bawa salib? Tak perlu!
Terkait upacara penghormatan salib di hari Jumat Agung, baik KAJ maupun KAS, keduanya sama-sama menganjurkan untuk tidak menjalankan ritual seperti tahun-tahun sebelumnya dimana umat diperbolehkan mencium salib yang sudah disediakan.
Bedanya, KAJ meminta umat untuk membawa salib masing-masing sedangkan KAS tidak. KAS memperbolehkan umat untuk tetap maju menghormati salib tapi cukup membungkuk tanpa memegang apalagi menciumnya.
Mana yang lebih baik?
Ya sama-sama baiknya karena Gereja Katolik itu dimanapun kan tetap sama :)?
Sydney, 4 Maret 2020
0 Komentar