Seperti kutulis sebelumnya, enam bulan setelah merilis Suluh, aku merilis ulang lagu tersebut tepat di hari Natal 2020. Untuk membedakan dengan versi aslinya, kali itu aku mengusung konsep akustik. Makanya judulnya pun kuimbuhi kata accoustic menjadi Suluh Accoustic. Sialnya, beberapa saat setelah mempublikasikan, aku tersadar telah melakukan kesalahan besar. Harusnya acoustic bukan accoustic! LoL. Ya udah deh nggak papa! Namanya juga karya suka-suka, asal nggak melanggar hukum ya biarkan saja, kata Slank!
Alasan melakukan rilis ulang lagu Suluh itu ada dua.
Pertama, aku nggak puas sama sekali dengan mixing dan mastering versi aslinya.
Kedua, tema dan konteks Suluh sayangnya masih applicable hingga Natal 2020 silam!. Suluh kubikin untuk menceritakan keadaan dunia yang mengalami pandemik COVID-19 dan bagaimana kita sebaiknya bersikap. Sayangnya, hingga Natal 2020 bahkan hingga tulisan ini kurawi, dunia ya masih diselimuti pandemik.

Suluh Accoustic: bukan ide awal
Oh ya, ada cerita lain tentang Suluh Accoustic ini.
Jadi hingga sepuluh hari sebelum rilis, aku sebenarnya tak pernah berpikir untuk remake Suluh hahaha! Ide awalnya, di hari ulang tahun ke-43, 20 Desember 2020, aku sebenarnya akan merilis sebuah mini album berisi empat lagu dan semua sudah kusiapkan sejak Agustus 2020.
Ketika demo sudah kubikin, eh aku baru sadar bahwa tabungan rupiahku nggak cukup untuk membiayai proyek tersebut hahahaha!
Dana yang waktu itu kuproyeksikan untuk diperlukan adalah sekitar 6 juta rupiah untuk mengongkosi arrangement, mixing dan mastering. Bisa aja sih aku mentransfer uang dari Australia uang sebanyak itu tapi ini bukan satu kebijakan yang baik karena sudah melibatkan dana operasional sehari-hari di sini. Toh bermusik bagiku hanya untuk suka-suka, aku tak mau terlalu memaksa. Sebagai gantinya, aku menggarap Suluh Accoustic ini!
Musik yang terlalu sepi
Ide awal Suluh Accoustic sangat sederhana. Aku bernyanyi sambil main ukulele dalam sekali take. Kebetulan waktu itu aku baru saja membeli ukulele dan pickup baru hahaha…
Setelah selesai take, aku berpikir untuk mencoba mixing dan mastering sendiri. Tapi hasilnya ternyata terlalu sepi, aku merasa seperti ada sesuatu yang perlu diiumbuhkan.
Aku lantas mengirimkan file hasil mixing ke Bowo untuk tanya pendapatnya. Alih-alih memberi pendapat, Bowo malah mengulurkan tangan untuk membantu secara cuma-cuma!
Ia lantas memberi imbuhan string tipis-tipis, bass di beberapa section serta ornamen-ornamen kecil lainnya. Ia juga bernyanyi sebagai backing vokal.
Oh ya ada dua hal yang menarik di sini. Simak bagian akhir lagu. Suara lonceng gereja yang diimbuhkan kusengaja sebagai penanda bahwa meski tidak ada referensi “Natal” dalam lirik, tapi setidaknya ketika mendengar suara lonceng Gereja, para pendengar tahu bahwa ini lagu yang dirilis pada sebuah Hari Natal.
Tambahan bisikan/whispering “Merry Christmas, Happy New Year” bukanlah ide orisinal. Aku terinspirasi pada bisikan yang dilakukan John Lennon dan Yoko Ono di lagu Happy XMas (War is Over).
Ide spontan

Salah satu proses yang sangat kunikmati saat merilis Suluh Accoustic adalah pengerjaan cover dan video klip karena keduanya muncul secara spontan.
Waktu itu, menjelang Natal, seperti tahun-tahun sebelumnya, Joyce (istriku) membeli beberapa barang untuk kado Natal kawan-kawan dan sahabat dekat di Sydney. Nah, salah satu yang dibeli adalah tempat lilin indah seperti yang kalian lihat di cover lagu.
Karena barang itu hendak diberikan ke orang lain, daripada pakai lilin yang bikin kotor, aku menggunakan bohlam kecil yang kumasukkan ke dalamnya. Ruangan kugelapkan, ISO kamera kunaikkan lalu kujepret menggunakan timer. Hasilnya seperti yang bisa kalian lihat. Not bad lah hahaha.
Pohon Natal dan video clip Suluh Accoustic
Beda lagi dengan video klipnya.
Hingga malam Natal, aku nggak punya ide mau gimana padahal aku udah pasang pengumuman di social media bahwa lagu ini akan kurilis keesokan paginya!
Sempat nyerah dan mikir, ya udah deh pakai teks aja lalu dimainin pake ornamen dikit-dikit biar nggak norak! Tapi menjelang tengah malam, saat Joyce menyiapkan kado Natal untuk anak-anak di bawah pohon Natal mungil, ide itu terpantik!
Oh ya! Kenapa nggak pake pohon Natal?
Aku lantas pinjam Pohon Natal dan gak sampai 15 menit kemudian jadilah video klip yang bisa kalian lihat.
Aku sangat suka dengan pendaran cahaya lampu yang menerpa wajahku. Salah satu kawan bahkan berkomentar video klipku sangat 80an sekali, padahal gak kukonsep seperti itu hahaha!
Oh ya, di bagian lirik, aku menghilangkan dua baris terakhir di outro/coda. Tidak ada maksud apa-apa selain karena dua baris itu membuat lirik terlalu padat.
Lirik
Di tengah malam
tak berbintang kutengadah
Mengharap seri wajah rembulan
Di langit nan muram
Namun tak kunjung
kutemukan cerianya
Pucat pasi dalam gulita
surutkan harapanku
Reff:
Hidup, hidupkanlah pelitamu
Tak perlu ragu menunggu
Suluh, suluhkanlah s’kitarmu
Menjadi terang dalam kegelapan
Tak perlu sampai kau menunggu
pagi menjelang
Jadilah pagi, jadilah siang
di tengah malam gulitamu
Interlude.
Back to Reff
Ada cahaya nan abadi di hatimu
Dia menguatkan dan mendayakan
cinta di sekujur hidupmu…
Suluh bisa kalian simak di: Spotify, Apple Music, Amazon Music, Deezer, Youtube Music
Om DV, jangan-jangan judul yang seharusnya adalah:
“Suluh Accoustic (Harusnya Acoustic (Harusnya Lagi Akustik))”
#kaboor
Hahahaha…. bener juga. :)
IMO , versi orisinil lebih menyejukkan mas. Suka banget dengan iramanya.
sukses terus mas.
Makasih apresiasinya :)