Kabar Baik hari ini 11 Mei 2017
Yohanes 13:16 – 20
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.
Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”
Renungan
Kabar Baik hari ini sangat menarik utamanya karena bisa kita jadikan cermin terhadap hal-hal yang terjadi belakangan ini.
Coba simak bagian ini,
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Ahok dipenjara.
Sedih? Lumrah.
Tapi saking emosionalnya, beberapa kawan membandingkan Ahok dengan Yesus. Ahok minoritas, berbuat banyak kebaikan pada masa pemerintahannya yang singkat, kalah dalam Pilkada, dihukum penjara dengan tuduhan penistaan agama.
Lalu muncul sebuah tanya, pantaskah kita membandingkan seorang Ahok dengan Yesus?
Kalau membandingkan antar sosok tentu tak pantas karena Ahok bukanlah Tuhan. Tapi kisah Ahok dan kisah Yesus, dimana kebaikan dijatuhkan dengan ketidakadilan adalah kisah klasik yang menurutku menunjukkan bahwa kita masih hidup di dunia, bukan di surga. Jadi, kalau kisahnya disamakan dengan kisah Yesus, ya sah-sah saja.
Tapi adakah hal yang lebih dalam untuk kita pelajari dari sekadar hal tersebut?
Tentu ada!
Kita perlu mempelajari bagaimana Ahok berpikir dan bertindak.
Ia adalah seorang yang mengimani Tuhan. Sebagai seorang kristiani tentu ia menjadikan Yesus sebagai Tuhan, sebagai Guru. Untuk itu, tak heran kalau Ahok membawa semangat pelayanan kasih dan menjunjung tinggi kejujuran dalam pekerjaan yang diembannya. Meski hanya memerintah dalam waktu yang tak lama, tapi banyak orang bisa merasakan kepiawaiannya dalam membawa perubahan ke arah kebaikan pada daerah yang dipimpinnya. Perkara akhirnya ada orang yang tak suka atas apa yang dilakukannya, itu diluar kuasanya.
Jadi?
Berhentilah menangisi Ahok karena aku percaya saat semua ini terjadi menimpanya, Ahok tahu lebih dulu resiko yang menghadang. Dan karena ia melakukan semua ini dengan penuh cinta, maka ia juga pasti berbahagia persis seperti yang diungkapkan Yesus hari ini, “…maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya!”
Menangislah justru kalau kamu tak bisa mendapatkan apa-apa yang bisa dipelajari dari peristiwa ini selain hanya marah, emosi dan benci serta apatis terhadap negeri!
Pandanglah Ahok sebagai sebuah semangat karena eksistensinya meski kini dipenjara, ia telah menyublim menjadi daya kuat bagi kita. Bukan untuk mengkultuskan apalagi menuhankan dia tapi untuk sadar bahwa ada semangat kasih dari Tuhan yang hadir dalam karya-karya dan sikap hidupnya tentu saja terlepas dari kelemahan-kelemahannya sebagai manusia.
Selanjutnya, marilah dengan semangat itu kita melanjutkan apa yang diembankan Tuhan untuk kita. Mencintai sesama, menghargai lingkungan dan perbedaan serta terus-menerus mencintai negara tempat kita tinggal seperti halnya Ahok mencintai Indonesia.
Perkara nanti akhirnya direndahkan, dikalahkan, dikurung…ya apa mau dikata? Toh sejak awal Yesus sudah bilang seperti di atas, bahwa mana ada hamba yang dipelakukan lebih tinggi dari tuannya, seorang utusan daripada dia yang mengutusnya? Bukankah Dia yang mengutus kita, Dia yang adalah Tuhan kita sudah dibunuh pun dengan cara yang keji dan terhina?
0 Komentar