• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Sondang

15 Desember 2011 36 Komentar

Kalau aku jadi Tuhan, aku akan berterima kasih pada Sondang, karena melalui ia dan kematiannya, aku bisa berpikir ulang apakah smua pelaku bunuh diri itu pantas di-neraka-kan. Tapi itu toh hil yang mustahal, Asmuni bilang! Siapa mampu menjadi Tuhan?
Orang bilang, Sondang berjuang ‘tidak pada tempatnya’, tapi pertanyaanku, masihkah ada cara dan tempat yang semestinya bisa ditempuh dan memberi pengharapan dalam memperjuangkan segalanya di negara ini?
Banyak orang bilang ia mati konyol, dan aku setuju bahwa adanya memang demikian. Konyol yang lebih bicara soal ?Mau berapa banyak orang harus membakar diri untuk memperbaiki kualitas otak penguasa yang kebebalannya tak bisa dilukiskan lagi dengan kata-kata termasuk kata KONYOL itu sendiri??
Semoga aroma daging yang terbakar tak merusak citra rasa makan para pejabat negara hari-hari ini…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: 150 kata, Cetusan Ditag dengan:politik, sondang

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. Aditya Eka Prawira mengatakan

    15 Desember 2011 pada 5:14 pm

    serharusnya, dia juga tidak boleh egois. Dia masih punya keluarga yang menyayangi dia.. Kenapa dia tidak mikir dulu sebelum bertindak ceroboh seperti itu.
    Lagian, yang dia lakukan sepertinya sia-sia ..

    Balas
    • Maztrie mengatakan

      15 Desember 2011 pada 5:37 pm

      Lagian, yang dia lakukan sepertinya sia-sia ..

      Oh ya benarkah sia-sia…?
      ~Sekali lagi, yang gagal paham bakal memaknainya sia-sia, mencibirnya perbuatan konyol semata lantaran melihat sebatas dari ruang sebelah saja.
      ~Hanya buat yang berorientasi untung-rugi pada diri pribadilah yang menilainya sia-sia dan tak berguna…

      Balas
      • iwan mengatakan

        15 Desember 2011 pada 5:47 pm

        In fact (pahitnya, menurutku) memang sia-sia, dengan cepat akan segera terlupa. Model perjuangan begini bukan untuk Indonesia. Lebih memberi berdampak kalo dia tetap sebagai aktivis, tetap turun ke jalan, tetap berteriak lantang setiap kali ada ketidakberesan, tetap rutin mengingatkan untuk tidak lupa.
        Usul aja, siapa tahu ada yang mau bikin Anugerah Sondang untuk mereka yang dianggap memperjuangkan perbaikan… at least kematian Sondang bisa dikenang sebagai sesuatu (sekali lagi untuk mengingatkan).

        Balas
        • Maztrie mengatakan

          15 Desember 2011 pada 6:09 pm

          Model perjuangan begini bukan untuk Indonesia. Lebih memberi berdampak kalo dia tetap sebagai aktivis, tetap turun ke jalan, tetap berteriak lantang setiap kali ada ketidakberesan, tetap rutin mengingatkan untuk tidak lupa.

          Pernyataan Bapak ini kalo konteksnya masih di Journal Mas Donny ini tentu sudah ada tanggapan dari Mas Donny sendiir, tepatnya pada paragraf ke-2 Pak; “tapi pertanyaanku, masihkah ada cara dan tempat yang semestinya bisa ditempuh dan memberi pengharapan dalam memperjuangkan segalanya di negara ini?”

          Usul aja, siapa tahu ada yang mau bikin Anugerah Sondang untuk mereka yang dianggap memperjuangkan perbaikan? at least kematian Sondang bisa dikenang sebagai sesuatu (sekali lagi untuk mengingatkan)

          Hemm, usul yang sangat bagus Pak.
          Hanya saja kalo intinya buat mengingatkan, agar tidak lupa, bukankah Menko Perekonomian, Dr. Rizal Ramli, saat melepas jenazah Sondang di kampus UBK telah menganugerahan gelar “Patriot Perubahan..?” Tidak cukupkah dan tetap menjadi amnesiakah dengan tanpa “Anugerah Sondang” dan hanya sebatas “gelar Patriot Perubahan” itu..?

          Balas
          • ariemega mengatakan

            16 Desember 2011 pada 2:20 pm

            ?tapi pertanyaanku, masihkah ada cara dan tempat yang semestinya bisa ditempuh dan memberi pengharapan dalam memperjuangkan segalanya di negara ini??
            ==> Masih, banyak cara…. :)
            bukannya aku tidak simpati dengan Sondang. Tubuh adalah aset untuk memperjuangkan segalanya di negara ini. Aku percaya itu.

            Balas
            • Maztrie mengatakan

              16 Desember 2011 pada 5:19 pm

              Mbak Ari,
              Kita dah merapat ditempate mBah Marto ya, so sudah lunas disininya… :)

              Balas
  2. Kaget mengatakan

    15 Desember 2011 pada 5:15 pm

    Apa sekarang kita lagi nunggu pengorbanan selanjutnya, Om? Atau sekalian aja tragedi 98, toh mereka ‘rabun’ semua :(

    Balas
    • DV mengatakan

      15 Desember 2011 pada 6:36 pm

      Tragedi 98? Di tulisan ‘150 kata’ sebelumnya, kusebut periode itu belum datang..:)

      Balas
  3. nique mengatakan

    15 Desember 2011 pada 5:24 pm

    cuma 1 kata : miris
    tapi begitupun, janganlah sampai terulang kejadian 97/98, karena yang sengsara ya kami2 juga rakyat kecil ini, bukan pejabat bukan pengusaha itu, karena mereka dengan uangnya bisa langsung pergi kemanapun mereka mau.

    Balas
    • DV mengatakan

      15 Desember 2011 pada 6:46 pm

      Miris, betul… Semoga pemerintah tanggap jadi kita tak bisa komentar miris lagi ya…

      Balas
  4. airyz mengatakan

    15 Desember 2011 pada 5:50 pm

    RIP mas sondang :(

    Balas
  5. Maztrie mengatakan

    15 Desember 2011 pada 5:16 pm

    Bagiku, Sondang Hutagalung adalah juga Mohamed Buoazizi-nya Tunisia…
    Sondang juga telah menyalakan semuanya, hanya para durjana sajalah yang #gagalpaham memaknainya…
    RIP Sondang Hutagalung

    Balas
    • DV mengatakan

      15 Desember 2011 pada 6:42 pm

      Aku hargai pendapatmu, Mas… sayang ya dunia ini selalu memuat dua sisi yang berbeda… gagal paham dari kita juga bisa dimaknai hal yang serupa oleh sisi mereka :)

      Balas
      • Maztrie mengatakan

        16 Desember 2011 pada 5:17 pm

        hihihi…
        hihii,Otre deh Dabb…
        Kalo dah sampai ‘sunatullah dan berpasang-pasangan’ kek gini, aku tak “ndherek sampean” juga wiss… wang-sinawang…
        Oh ya, ada satu lagi dari dua sisi yang berbeda itu ditulis oleh sobat kita nih Dabb… (kitaa, hihi, guwe aja kali yak)
        http://martoart.multiply.com/journal/item/143?
        Dengan ini pesan dari mBah Marto (melalui chatt-meebo) sudah tersampaikan ya..
        martoart: minta tolong postinganku dilink ke DV n Blonthank yaaa. Sekalian salam…

        Balas
  6. Natalius mengatakan

    15 Desember 2011 pada 5:35 pm

    Akankah ada sondang-sondang yang lainnya di Negeri yang carut marut ini ??
    Gak Politik, gak bola, gak negara, gak orang-orangnya kacau… hehehe

    Balas
    • DV mengatakan

      18 Desember 2011 pada 8:59 am

      hehehe… kalo ada sondang lainnya berarti sondang ngga kreatif :)

      Balas
  7. suryaden mengatakan

    15 Desember 2011 pada 6:51 pm

    merdeka!!!

    Balas
  8. honeylizious mengatakan

    15 Desember 2011 pada 9:03 pm

    ya ampunnnnn :'(

    Balas
  9. giewahyudi mengatakan

    16 Desember 2011 pada 2:48 am

    Tunisia tak sama dengan Indonesia, Sondang..
    Bagaimanapun aku mendoakan kedamaianmu di dunia barumu..

    Balas
  10. sibair mengatakan

    16 Desember 2011 pada 1:09 pm

    Mungkin dikepala Sondang sudah penuh kekecewaan yang memuakkan untuk para pejabat yang selama ini lebih sering berbicara manis. Kita tak perlu menunggu Sondang berikutnya kan? Semoga Sondang damai disana dan pengorbanannya tidak sia-sia.. :)

    Balas
  11. boyin mengatakan

    16 Desember 2011 pada 1:54 pm

    dunia ini menampung segala hal yang lewat dihadapannya apa adanya, mau bunuh diri ya monggo atau mau menang olimpiade matematika juga silakan. mau jadi orang males ya monggo, mau rajin ya silakan…heee….karena dari semuanya hukum aksi reaksi yg akan bekerja, sesederhana memegang air basah dan memegang api terbakar.

    Balas
  12. krismariana mengatakan

    16 Desember 2011 pada 2:36 pm

    sedih banget don kalau mengenang sondang. kondisi negara ini makin hari makin kacau saja. pemerintahnya juga sepertinya makin tidak peka, sampai akhirnya muncul sondang yang membakar diri. semoga dia tentram di alam sana

    Balas
  13. Padly mengatakan

    16 Desember 2011 pada 9:21 pm

    Menurut ku… Mungkin Sondaq punya pemikiran hanya dengan membakar dirinya, dia bisa merubah bobroknya negara ini (terinspirasi Mohamed Buoazizi). Tapi sayangnya, Sondaq tidak memperkirakan bahwa ketidak pedulian sebagian rakyat di negara ini sudah mencapai puncak kejayaannya. Mereka lebih berfikir kepada perut mereka sendiri, padahal dengan bersikap begini mereka -orang-orang apatis tsb- hanya akan menyengsarakan anak keturunan mereka sendiri.
    Hanya ada satu jalan untuk melakukan revolusi. Kita butuh para ulama zuhud untuk memobilisasi massa (aku malah terinsiprasi dengan Revolusi Islam di Iran). :0

    Balas
  14. Edi Psw mengatakan

    17 Desember 2011 pada 12:06 am

    Moga para pejabat terketuk hatinya melihat kejadian ini.
    Kalau enggak ya kebangeten. Hehehe…

    Balas
  15. dinneno mengatakan

    17 Desember 2011 pada 8:48 am

    Suatu hal yang sia-sia apa udah dia lakukan. Toh gelar patriot yg dia dapatkan itu cuma sebuah skema untuk mengalihkan perhatian ke arah lain.

    Balas
  16. Zippy mengatakan

    17 Desember 2011 pada 11:01 pm

    Yah..buat saya sih Sondang mati konyol mas.
    Toh perhatian pemerintah tak akan berubah.
    Paling cuma panas2 tai ayam, setelah itu hilang terbawa angin…

    Balas
  17. hesty mengatakan

    18 Desember 2011 pada 4:44 am

    saya milih nikah dulu deh #nyambungabis :D

    Balas
  18. edratna mengatakan

    18 Desember 2011 pada 11:47 am

    Kasihan orangtuanya..yang membiayai dia, dari kondisi ekonomi yang serba terbatas. Orangtuanya pasti bangga kalau Sondang masih hidup dan melanjutkan kuliah..setelah lulus dia bisa berbuat lebih banyak lagi dengan ilmu yang telah dipunyai.

    Balas
  19. Aldeetropolis mengatakan

    19 Desember 2011 pada 12:11 am

    dalam hal ini saya termasuk yang tidak sepakat dengan tindakan Sondang. tapi toh kita semua boleh berpendapat dan punya cara pandang masing-masing…yang saya takutkan adalah akan ada Sondang-Sondang lainnya yang memilih “mengorbankan diri” untuk menuntut suatu perubahan…kita masih butuh pemuda-pemuda yang akan membangun masa depan Indonesia nantinya…semoga Sondang adalah yg pertama dan yg terakhir kalinya…

    Balas
  20. Fiscus Wannabe mengatakan

    19 Desember 2011 pada 12:03 pm

    entah gimana lagi cara buat menyadarkan para pemimpin di negeri ini. :(

    Balas
  21. Bukik mengatakan

    19 Desember 2011 pada 11:51 am

    Mati konyol?
    Bukankah semua yang kita lakukan “demi Indonesia yang lebih baik” itu juga konyol? Apa dampaknya? Apa hasilnya? Apa pengaruhnya?
    Perjuangan bukan perdagangan teman
    Kita harus melakukannya meski kita tidak pernah tahu kalkulasi untung rugi
    Aku pribadi tidak setuju dengan jalan yang dipilihnya
    Tapi aku tetap respek dengan pilihan Sondang
    Selamat jalan teman!

    Balas
  22. zee mengatakan

    19 Desember 2011 pada 2:45 pm

    Menurutku dia cuma mati konyol. Persis kayak orang stress yang tak jelas memperjuangkan apa. Dan bahkan aku gak yakin apa dia tahu apa yang dia perjuangkan.

    Balas
  23. arif mengatakan

    19 Desember 2011 pada 11:14 pm

    hmm, menyimak diskusi di komentar2, lebih “rame” daripada kontennya itu sendiri bang! hehehe, saya numpang lewat ajah deh, tetap mendukung perjuangan mahasiswa untuk selalu “melek” kehidupan sosial politik ekonomi negara, jangan sampe cuma hanya sekadar kuliah,dpt nilai, lulus, kerja, nikah, kaya, tapi kegunaannya bagi sesama minim :)

    Balas
  24. Endy mengatakan

    21 Desember 2011 pada 4:38 am

    yang saya cuma bisa katakan kepada teman-teman sekalian ialah…
    Bagaimana kamu bisa merubah segala kerusakan dan kebobrokan yang terjadi dinegara ini, kalau segala kebobrokan dan kerusakan itulah yang terlebih dahulu merubahmu menjadi seperti ini..
    Sauadara sondang mengharapkan sesuatu yang sama dengan yang dilakukan salah satu mahasiswa dinegara lain, tapi ingat kawan, tiap manusia memiliki sifat yang berbeda dalam menanggapi masalah, begitupun juga sebaliknya Presiden, pasti tentu setiap negara memiliki presiden yang berbeda tanggapannya akan suatu permasalahan dinegaranya masing-masing..
    Yang jelas, aksi Sondang merupakan salah satu bentuk kekecewaan dan keputus-asaan terhadap segala yang terjadi di negara tercinta kita ini…
    dan pastinya, tidaklah Tuhan melahirkan hanya 1 hal saja, melainkan 2 buah hal sehingga semuanya diciptakan berpasang-pasangan, yang pertama masalah, dan yang kedua jalan keluar..

    Balas
  25. imadewira mengatakan

    21 Desember 2011 pada 12:31 pm

    Entahlah, saya tidak berani komentar banyak tentang apa yang telah dilakukan oleh Sondang. Memang terlihat mati sia-sia, tapi Sondang pantas dihormati dan dihargai karena begitu konsisten memperjuangkan apa yang menurutnya benar, bahkan dengan cara yang terlihat sangat aneh.

    Balas
  26. Darjanto mengatakan

    30 Desember 2011 pada 5:15 pm

    ? NASIB SESEORANG (masyarakat) TIDAK AKAN BERUBAH JIKA IA (mereka) SENDIRI TIDAK MAU mengurus dirinya masing-masing dan bekerja UNTUK MENGUBAH NASIBNYA. Jangan BERHARAPAN ada orang lain (siapa saja termasuk orang tua kita sendiri, saudara kita sendiri, dan PEMERINTAH) mengulurkan tangan untuk mengangkat perekonomian keluarga dan martabat kita. KITA HARUS ?BERDIKARI? (berdiri diatas kaki sendiri tanpa bantuan orang lain). JANGAN MATI KONYOL SENDIRIAN (MENGORBANKAN DIRI SENDIRI HANYA KARENA KEBUNTUAN SOLUSI DAN PUTUS ASA). Didunia tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan, pasti ada solusi-mya, kecuali kebodohan, tidak bijak, pikiran cekak dan pandangan sempit.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT