Slank dan Rumah Rakyat

7 Apr 2008 | Cetusan

DPR Gugat Slank?
Sepertinya DPR sedang kebakaran jenggot karena lirik lagu Gosip Jalanan – nya Slank yang berbunyi DPR tukang buat UU dan korupsi.
Seorang Irsyad Sudiro, ketua BK, bahkan sampai berusaha untuk meminta pertimbangan komisi hukum (Komisi III) DPR apakah layak jika kasus SLANK ini ditindaklanjuti secara hukum. Dan yang mengagumkan lagi, sesuatu yang terus terang sudah jarang saya dengar, Gayuus Lumbuun, wakil BK, menggunakan kata-kata menyejukkan, melukiskan gedung DPR sebagai rumah rakyat.
Ya, tulis dengan huruf kapital, RUMAH RAKYAT!
Kalau tak salah, terakhir kali aku mendengar istilah itu adalah ketika masa ontran-ontran reformasi 1998 dulu, sesudah itu tak lagi…. hmmm atau setidaknya aku memang malas untuk mencari dengar kapan istilah itu diperdengarkan lagi.

Itulah hikmah!
Hikmah bahwa pada akhirnya, berkat masalah ini, aku mendengarkan sekali lagi istilah yang pernah mengharu biru perasaan nasionalismeku sepuluh tahun yang lalu.
Hikmah bahwa setelah membaca berita tersebut di internet semalam, akhirnya aku memasukkan banyak lagu-lagu SLANK ke iTunes, lalu membiarkan Kaka (vokalis) lantang bernyanyi hingga lelap kutertidur.
Aku jadi teringat masa-masa dulu, ketika aku bisa benar-benar mengamini apa yang dibilang Kaka pada setiap lagunya setiap kesempatan, pagi menjelang kuliah, siang saat manyun di kamar ataupun malam ketika hendak tidur. Pada setiap protesnya tentang lingkungan hidup, pada teriakannya tentang kompleksitas birokrasi, tentang cinta yang mengharu biru… ahhh… justru dengan mendengar itu semua aku merasa lebih terwakili.

Piye Bung Irsyad, Bung Gayuus… ketimbang Anda berpikir bagaimana baiknya menindaklanjuti secara hukum kasus ini, mbok yao lebih baik Anda mengundang SLANK ke RUMAH RAKYAT. Dirikanlah panggung yang tak terlalu besar di arena sidang, sediakan alat musik yang tak terlalu mahal, dan biarkan mereka bernyanyi menghibur Anda dan para wakil rakyat lainnya sak jeleh-jelehnya.

Oh ya, kalau bisa sekalian minta mereka mengajari menyanyikan lagu-lagu rakyat ciptaan mereka.
Supaya saya, ibu-ibu yang mengantri minyak tanah, bapak-bapak yang puyeng ngurus hak tanahnya di Sidoarjo, anak-anak yang sekarat karena kelaparan itu terwakili.
Meski lewat suara dulu ya ndak papa… yang penting mampu meninabobokkan kami… melupakan dan menghilangkan rasa pedih dari penderitaan hidup ini.

Ah, tiba-tiba aku harus berlari ke belakang!
Mendadak aku ingin berak!

Gambar diambil dari sini.

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Lho-lho-lho, sebentar… DPR kuwi mewakili sopo tho?

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.