Hari Jumat dua minggu lalu aku kemalingan, mobilku dibobol orang. Sehabis makan malam di sebuah restaurant, ketika kembali ke tempat parkir, kami dikejutkan dengan kaca mobil yang bolong. Sempat panik sebentar tapi akhirnya kami lebih setelah mengetahui yang hilang hanya sebuah cross-body bag (tas silang di dada) yang kerap kupakai. Barang-barang berharga seperti hanadphone dan dompet yang penuh kartu identitas tak hilang karena seperti kebiasaan, aku selalu membawanya di saku celana.
Beberapa jam setelah kejadian, setelah polisi datang untuk mengambil sidik jari dan melakukan interview denganku, aku jatuh dalam permenungan.
Barang-barang ?utama?
Aku kemalingan.
Aku kaget, tapi kok nggak terlalu sedih ya?
Jawabannya mudah banget! Karena barang-barang yang ?utama?, dompet dan handphoneku tidak ikut digondol. Bayangkan kalau keduanya ikut hilang, barangkali aku akan ambyar berantakan sore itu!
Kenapa demikian?
Kehilangan dompet berarti aku kehilangan semua kartu identitas, beberapa kartu bank, beberapa lembar uang dan pernak-pernik lainnya. Kehilangan semua itu berarti aku harus menelpon bank satu-per-satu untuk memblokir akses orang lain. Aku harus pula menghubungi kantor-kantor pemerintahan yang menerbitkan kartu identitas kepadaku untuk memblokir kartu-kartu yang hilang tadi. Makan waktu dan makan biaya.
Kehilangan handphone berarti aku harus membeli yang baru, mahal! Belum lagi data-datanya. Ada begitu banyak data yang tak hanya bersifat personal tapi juga hal-hal terkait dengan dunia pekerjaan yang kusimpan di sana. Memang, semua ku-backup tapi rasa sedih yang ditimbulkan hanya berkurang beberapa rasa saja, kan?
KedatanganNya dan kartu identitas kita
Hari ini dalam Kabar BaikNya, Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan kembali datang ke dunia untuk kedua kalinya. Dalam konteks personal, kedatanganNya bisa juga diartikan sebagai bagaimana dan kapan hari kematian kita tiba.
Kapan?
Seperti yang dikatakan Yesus sendiri dalam Matius 24:43, kedatanganNya bagai pencuri. Tak disangka, di saat barangkali kita lengah, Ia datang.
Maka kita diundang untuk mempersiapkan hal-hal terbaik yang akan dan harus selalu kita bawa.
Apakah itu?
Identitas kita.
Identitas yang lebih dari sekadar KTP meski di sana dituliskan apa agama kita. Identitas yang muncul justru dari bagaimana kita hidup dan menghidupi iman. Adakah kita peduli pada sesama yang membutuhkan? Adakah kita tak malu mengakuiNya di hadapan sesama?
Kalau hal itu sudah kita pegang dan kita bawa kemana-mana, pada hari dimana Ia datang, meski rasa kaget tetap ada tapi semua akan tertutupi oleh perasaan syukur yang mengemuka karena kita berhasil menyelamatkan identitas kita tersebut.
Sama seperti kisah kemalinganku tadi, karena aku selalu membawa yang terpenting, handphone dan dompet, maka ketika tiba-tiba ada yang membobol mobil, meski tetap saja ada rasa kehilangan, meski tetap ada rasa kaget, tapi rasa syukur lebih besar dan menutupi segala rasa yang lainnya.
Sydney, 18 November 2019
0 Komentar