Menghadapi orang-orang Saduki yang hendak mencobaiNya, Yesus berkata tentang hidup, mati dan kehidupan setelah mati.
Orang-orang Saduki adalah mereka yang tak percaya akan adanya kebangkitan. Bagi mereka setelah hidup lalu mati ya sudah mati untuk selamanya. Di sisi lain, apa yang ditawarkan Yesus adalah sebaliknya. Yesus mewartakan hidup setelah mati. PewartaanNya tak sekadar kata-kata tapi pada akhir hidup, Yesus sendiri membuktikan kebangkitanNya dari antara orang mati.
Catatan penting yang kuambil dari Kabar Baik hari ini, seperti dilukis Lukas adalah sebagai berikut:
Tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
Kamu percaya pada kebangkitan? Bagus! Aku juga demikian! Tapi dari apa yang dikatakan Yesus di atas, percaya bukan jaminan kita pasti masuk surga! Kita harus menjadi satu dari ?mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu??
Lalu siapakah mereka itu?Aku tak tahu! Tapi ketika merenung, aku mengartikan bahwa ?mereka? adalah yang percaya dan menghidupi kepercayaan itu dalam tindakan nyata!
Maksudnya?
Percaya tidak sekadar dalam kata-kata bahwa kita percaya. Percaya dibawa merasuk hingga ke dalam sendi-sendi hidup yang paling kecil setiap harinya.
Ketika berinteraksi dengan sesama, seberapa percaya kita pada kebangkitan bisa tampak. Orang yang percaya pada kebangkitan akan memandang sesama sebagaimana dirinya sendiri yang layak dikasihi karena Yesus mengajarkan demikian.
Atau ketika kita memandang sebuah kompetisi dalam kerja. Orang yang percaya pada kebangkitan akan memandang menang-kalah dalam pekerjaan bukan hal yang harus dikejar mati-matian meski tetap perlu diperjuangkan. Kenapa? Pekerjaan dan juga kemenangan-kemenangan lain di dunia harusnya dipandang sebagai sarana untuk memuliakan Allah bukan memuliakan diri sendiri.
Tapi yang lantas menarik kemudian adalah, mungkinkah seseorang masuk surga tanpa percaya?
Aku punya banyak kawan di sini yang tak percaya akan adanya Tuhan. Tapi dalam keseharian, kebaikannya bahkan jauh lebih baik dariku yang ngakunya percaya banget kepadaNya. Ia tak pernah memandang rendah sesama, ketika ada yang perlu bantuan ia berinisiatif membantu, adakah orang-orang seperti ini nantinya tidak akan masuk surga semata karena ia tak percaya adanya Tuhan?
Cara pandangku begini,
Seseorang yang tak percaya akan adanya Tuhan bukan otomatis ia tak setuju dengan cara kerja Tuhan. Orang yang tak percaya bisa jadi adalah orang yang belum mengerti/mengakui atau menolak untuk mengerti/mengakui kenyataan bahwa Tuhan itu ada. Bagiku orang-orang yang bisa mengasihi sesama seperti halnya ia mengasihi diri sendiri adalah orang yang secara tak langsung sudah menyatakan kebesaran Tuhan melalui aksinya karena Tuhan itu Kasih.
Jadi?
Ya bisa jadi ia atas kerahiman Tuhan dimasukkan? ke Surga.
Lho tapi orang yang nggak mengakui Tuhan itu kafir lho? Dia pasti masuk neraka??
Ah! Jangan sekali-kali mencoba mengukur Tuhan deh?.
Sydney, 20 Desember 2018
0 Komentar