• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Siami

16 Juni 2011 47 Komentar

Wong lugu keblenggu, wong mulya dikunjara, sing curang garang, sing jujur kojur. – Serat Jongko Joyoboyo oleh R. Ng. Ranggawarsita (1802 – 1873)
Kenapa kita harus terkaget-kaget dengan berita pengusiran Bu Siami dan keluarganya dari kampung Gadel, Surabaya setelah ia mencoba melawan ketidakjujuran? Bukankah kita akan bertindak sama saja seperti mereka, para warga kampung itu, seandainya anak kita tak sepandai Alif, anak Siami, padahal kita tetap ingin anak kita lulus Ujian Nasional (UNAS)?
Atau jangan-jangan kita sedang ber-ramai-ramai mencoba menjadikan sosok Siami dan Alif, anaknya, sebagai topeng sekaligus tameng bahwa sebenarnya kita masih punya nurani?
Jadi, saranku, sebelum berkoar tentang ‘Mari kita membela kejujuran!’ atau ‘Mari kita bela Siami, pahlawan kejujuran!’ ada baiknya kita berkaca pada diri sendiri dulu.. Sudah sejujur apakah kita?

  1. Sudahkah kita mau menempuh jalur yang benar untuk mendapatkan SIM atau mengurus surat tanah tanpa ‘nyogok’ aparat?
  2. Sudahkah semua software yang kita pakai, film yang kita tonton dan musik yang kita dengarkan bukan hasil bajakan?
  3. Sudahkah kita berani tutup mata terhadap hasil laporan praktikum teman dan membiarkan otak kita membuat laporan versi kita sendiri?
  4. Sudahkah kita berani untuk tidak menyontek skripsi orang lain?
  5. Sudahkah kita berani terus terang melaporkan pada kantor pajak berapa pajak yang seharusnya kita bayar kepada pemerintah?
  6. Sudahkah kita benar-benar bekerja pada jam-jam dimana seharusnya kita digaji untuk bekerja?
  7. Sudahkah kita memilih jalan resmi untuk mengurus pelanggaran lalu lintas kita dan bukannya memilih jalan ‘damai’ dengan oknum keparat?

Kalau ada yang berani menjawab “sudah” untuk semuanya, teruskanlah demo dan koar-koarmu, tapi kalau ada yang “belum” satu di antara tujuh kriteria itu, bergabunglah bersamaku untuk diam dan mendoakan supaya setidaknya kita dimampukan Tuhan untuk jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan terdekat dahulu… Kalau sudah, barulah minta lagi padaNya supaya kita diberi kekuatan dan ketegaran seperti seorang Siami yang dengan gagah perkasa berani melawan ketidakjujuran.
Kredit foto dan berita tentang Bu Siami bisa disimak di sini.

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan Ditag dengan:alif, gadel, kejujuran, siami, surabaya, UNAS

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. david mengatakan

    16 Juni 2011 pada 6:47 pm

    dadi kelingan biyen nek ndelok nomer enem…

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:30 pm

      maksudmu?

      Balas
  2. lantip mengatakan

    16 Juni 2011 pada 7:44 pm

    nomer 2. saya masih petani. hihi

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:31 pm

      sama, Mas Roni.. tos

      Balas
  3. sibair mengatakan

    16 Juni 2011 pada 7:50 pm

    singkat padat dan #jleb saya belum skripsi jadi belum berani nyontek.. heheh intinya jangan berkoar-koar sebelum kita benar kan? tapi bu siami ini trigger dari awal meleknya sebuah kejujuran di negri nun ajaib ini :D

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:31 pm

      ya dan semoga jadi trigger bagi kita untuk jujur juga, Sob :)

      Balas
  4. ryosaeba mengatakan

    16 Juni 2011 pada 7:51 pm

    All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing. ~ Edmund Burke

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:31 pm

      are u good man? i’m still strugling to be a good man :)

      Balas
  5. jarwadi mengatakan

    16 Juni 2011 pada 8:04 pm

    j l e b

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:32 pm

      b e l j

      Balas
  6. @zizydmk mengatakan

    16 Juni 2011 pada 7:16 pm

    Tak semua orang berani jujur bila orang lain tahu dia tidak jujur…..
    Sebab menunjuk orang lain memang lebih mudah daripada menunjuk diri sendiri, Don.

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:30 pm

      yak’ tul!

      Balas
  7. Ronsen mengatakan

    16 Juni 2011 pada 8:17 pm

    sejak kapan nolong orang pakai syarat dulu?

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:32 pm

      sapa yg bilang pake syarat? sapa yg mau nolong dan sapa yang ketolong?

      Balas
      • Ronsen mengatakan

        17 Juni 2011 pada 7:56 pm

        aku salah ternyata, seharusnya jika ingin meneriakkan kejujuran harus jujur dulu. begitu kan yah inti dari tulisan ini?
        kalau gitu mari kita kembali lihat sosok ibu siami ini. yakin kalo dia juga lolos dari poin2 yg kau bikin di atas? sudah yakin kalau ibu ini juga termasuk orang yg jujur? aku yakin ibu ini juga bukan termasuk orang yg jujur 100% masih ada bolong-bolongnya. dan seharusnya ibu ini tidak perlu melaporkan kecurangan yg terjadi di sekolahnya, tetapi tetap diam cukup dengan berdoa saja kepada tuhan dan biarkan tuhan yg membuka semua kecurangan yg terjadi.

        Balas
        • DV mengatakan

          20 Juni 2011 pada 1:54 pm

          Hehe, maaf, anda lagi-lagi kurang tepat…
          Inti tulisan ini adalah, jangan jadi follower dari seorang pejuang kejujuran dengan mendompleng popularitas si pejuang dan meninggalkan kekurangan kita.
          Mungkin tulisanku yang kurang bagus sehingga susah Anda cerna :)

          Balas
          • Ronsen mengatakan

            20 Juni 2011 pada 3:50 pm

            Benar sekali, tulisan ini sempit memandang kejujuran. Lagian judul entri adalah Siami bukan “Pengikut Siami”. Kalau judul dan isi sama mungkin bisa menghindari debat kusir. :-)

            Balas
            • DV mengatakan

              20 Juni 2011 pada 4:00 pm

              Tak mengapa… lagipula saya menulis bukan untuk diperdebatkan :) Saya menulis untuk diri saya sendiri. That’s it :)

              Balas
  8. Sungkowoastro mengatakan

    16 Juni 2011 pada 8:44 pm

    Karakter Siami dan Alif, anaknya, tentu masih menjadi “kerinduan” bagi diriku, Om.
    Salam kekerabatan.

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:33 pm

      mari kita implementasikan, Pak ;)

      Balas
  9. monda mengatakan

    16 Juni 2011 pada 11:05 pm

    momok ujian nasional yang jadi pemicunya, jadiiii….

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:33 pm

      betul sekali.. mempengaruhi mentalitas!

      Balas
  10. telorceplok mengatakan

    16 Juni 2011 pada 11:15 pm

    he eh… gag abis pikir *sambil geleng-geleng*
    ini namanya membangun kebodohan secara nasional…. sok pinter yag gw….??

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:33 pm

      kan loe emang pinter :)

      Balas
  11. wibisono mengatakan

    16 Juni 2011 pada 11:28 pm

    aku punya solusinya di postingan terakhirku :D
    hihiii
    salam hangat tanpa hoax :D

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:33 pm

      woh, terakhir.. emang mau kmana? :)

      Balas
  12. niQue mengatakan

    17 Juni 2011 pada 4:32 am

    Makasih mas Donny
    untung saya blom ikutan demo
    wong dari 7poin di atas, belum semua jawaban saya SUDAH :(
    1. ngambil SIM nya nembak
    2. *mingkem*
    3. sudah, ga suka nyontek, malah jadi tempat nyontek temen2, dan ga berani nolak waktu sekolah dulu :(
    4. ga lulus kuliah, jadi ga bikin skripsi aku mas :(
    5. selalu bayar pajak on time, jadi ga perlu bilang yang blom dilaporin
    6. sekarang ga digaji orang lagi mas :D
    7. wani tenan aku nek sing iki mas … sampai kehilangan sim gara2 ga tau dibawa polisinya kemana, karena saya ga mau damai :D
    tapi karena no.2 saya masih mingkem, b erarti ga boleh demo? ya wis, gpp, aku doain bu siami aja,ga punya tenaga juga sih buat demo hehehe

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:34 pm

      sama kok Mbak.. saya masih “belum” banyak banget juga hahahaha…

      Balas
  13. niQue mengatakan

    17 Juni 2011 pada 4:35 am

    eh karena 1&2 ding … doh keliwat tuh yg plg penting malah :(

    Balas
  14. ren mengatakan

    17 Juni 2011 pada 10:56 am

    siapa yg merasa paling jujur, silakan melempar batu pertama..
    *nyontek dari.. u know where…*
    teteeeuuppp.. nyontek juga kan …….. :D

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:34 pm

      hahaha.. nyontek Yesus ga ada salahnya ;)

      Balas
  15. imadewira mengatakan

    17 Juni 2011 pada 11:52 am

    Iya mas Donny, saya setuju langkah anda. Dalam menanggapi hal seperti ini kita tidak bisa grasa-grusu dan ikut-ikutan arus di media. Diantara 7 kriteria yang anda tulis diatas, saya dengan “jujur” menjawab ada yang BELUM, bahkan sebagian besarnya. Ya walaupun jawaban BELUM itu tentu ada alasannya.

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:34 pm

      Sip, Bli!

      Balas
  16. Kaget mengatakan

    17 Juni 2011 pada 3:27 pm

    Bisa, dengan satu syarat bahwa point 5 dan 7 dihapus. Terus terang itu membuat berat karena pajak juga ngga semua dicurahkan yang akhirnya membuat hati tak ikhlas untuk membayar :P
    Soal jujur dan polos, anak kecil usia 5 tahun pun sudah pinter dan dibiasakan tak jujur. Contoh kecil saya sudah pernah bahas dulu dan kita tetap berkoar hanya demi sebuah nama, atau hanya memanfaatkan event untuk ketenaran? Dunia sudah terbalik dan serat Joyoboyo membuat saya ‘melek’ :(

    Balas
    • DV mengatakan

      17 Juni 2011 pada 6:35 pm

      hehehe jadi melebihi coffee ya kasiat bikin meleknya :)

      Balas
  17. edratna mengatakan

    18 Juni 2011 pada 4:20 pm

    Hehehe…aku berani menjawab sudah untuk semua pertanyaanmu.
    SIM…asli, walau akhirnya tetap tak berani nyopir, tapi saya belajar, ujian dan lulus.
    Beli tanah? Jelas dong harus diurus sendiri, ngecek buku tanah, cek di Pemda DKI apa ada jalur hijau yang bakal melewati tanah kita….kalau yang ini memang harus dicek sendiri agar tak tertipu, dan hal yang biasa dikerjakan jika pernah menjadi seorang account officer.
    Pajak? Lha pajaknya kan sudah dipotong saat bekerja…bahkan saat awal pensiun saya harus menyetor kekurangannya, karena pajak pensiunan 5% sedang saat masih menjadi pegawai dibebani 35%…karena pensiun awal Nopember, ada kekurangan pemotongan untuk dua bulan, karena dibuat annualisasi.
    Nyontek? Saya tak kenal kata ini…kalau ujian selalu duduk di depan….dan tak peduli diomeli orang….
    Apalagi bikin skripsi, karena tugas akhir saya berdasar penelitian dilapangan, yang masing-masing orang berbeda, ada data statistik untuk mengolah hasil uji lapangannya…jadi tak mungkin menyontek.
    Hmm…saya juga mengajarkan pada anak-anak untuk selalu jujur, pada diri sendiri dan pada orang lain.

    Balas
  18. Sungkowoastro mengatakan

    19 Juni 2011 pada 2:00 am

    Unta Australia, ya Om? (kelakar lo).

    Balas
  19. pututik mengatakan

    20 Juni 2011 pada 1:53 am

    kalo hukum cuma jadi mainan

    Balas
  20. Tuti Nonka mengatakan

    21 Juni 2011 pada 10:59 am

    Don, aku barusan mencoba bikin SIM dengan cara jujur (SIMku sudah 10 tahun mati … haha!), dan ternyata aku nggak lulus ujian praktek! Padahal aku sudah 25 tahun nyetir … hiks! Ujiannya memang kebangetan : mundur belok 90 derajad, masuk garasi yang ajubile sempitnya, dengan satu kali gerakan (nggak boleh maju lagi, mundur lagi). Gilak. Di kehidupan nyata kan gak ada aturan kayak gitu. Parkir dengan beberapa kali gerakan ya boleh saja to … :(

    Balas
    • DV mengatakan

      23 Juni 2011 pada 10:39 pm

      Selamat, Bu… At least meski gagal, Bu Tuti berani jujur :)

      Balas
  21. DM mengatakan

    23 Juni 2011 pada 5:36 pm

    1. Tentu
    2. Sudah
    3. Jelas (dalam versi lain tentunya, bukan laporan praktikum)
    4. Iyalah
    5. Pastinya
    6. Ha? Are you nuts? Pada bukan jam kerja saja saya kerja.
    7. Selalu!

    Balas
    • DV mengatakan

      23 Juni 2011 pada 10:45 pm

      Ya sudah, lekas bantu Siami!:)

      Balas
  22. fekhi mengatakan

    24 Juni 2011 pada 2:12 pm

    untuk yang berhubungan dengan pemerintahan, gak bisa jujur euy… mau jujur malah dikerjain :D
    pertanyaan yang lebih ke diri sendiri, misalnya skripsi, pratikum, lagu, kerjaan barulah aku mau jujur kacang ijo :)

    Balas
  23. Yoga mengatakan

    14 Juli 2011 pada 3:03 am

    Di hari Ibu Siami diantar pulang ke rumahnya, Surabaya macet mengalahkan Jakarta. Selain iring-iringan Ibu Siami ada bonek-bonek yang bergembira karen amalam itu ulang tahun Persebaya.
    Di list yang kamu kasih di atas, cacatku di item nomor 2, masih ada film dan musik yg entah di down load dari mana. Tetap aku harus diam ya Don? Zip my lips.

    Balas
  24. antique sari mengatakan

    17 November 2012 pada 11:14 am

    Hanya point 7 yg masih aku langgar,itupun sekitar 5tahun ???? lalu krn aku males ngurus sidang buat ambil stnk ku karena lupa ??? bawa SIM,tapi aku juga ??? mau ribet demo….

    Balas
  25. dany mengatakan

    25 Juni 2014 pada 10:25 am

    saya blas pakdhe
    meski begitu tetap coba menanamkan kejujuran ke generasi di bawah saya..

    Balas
    • DV mengatakan

      25 Juni 2014 pada 11:52 am

      Jos! :)

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT