Kalian boleh menganggap aku orang gila kalau berani bilang bahwa kemiskinan itu terkadang hanya menyoal pola pikir.?Maksudku, ketika kalian berpikir bahwa kalian itu miskin, maka jadilah kamu merasa miskin meski uangmu meteran panjangnya. Sebaliknya, ketika kamu sebenarnya kekurangan tapi tak menjadikannya sebagai soal untuk tetap melanjutkan hidup dengan penuh syukur dan berbagi kepada sama, aku barangkali orang pertama yang akan berani bilang bahwa sejatinya kamu adalah orang kaya!
Banjir berita soal ‘Ariel-Luna-Cut Tari’ maupun maraknya sorotan media tentang rusuh pemilukada hingga tawuran antar mahasiswa tak membuatku kapok untuk tetap setia pada saluran parabola yang menyajikan siaran televisi tanah air di Australia.
Karena selain menjadi pengobat rindu Indonesia, ada beberapa acara yang tetap membawa ‘hawa positif’ seperti misalnya Minta Tolong yang disiarkan salah satu televisi swasta itu. Melaluinya, aku mendapatkan ‘pencerahan’ tentang banyak hal utamanya seperti yang kutulis di awal tulisan ini.
Seorang nenek renta yang hidup berkekurangan berkeliling kota untuk menjual stagen miliknya seharga 25 ribu demi ongkos beli susu cucu tersayangnya. Awalnya banyak orang menolak membeli karena secara logika, stagen bekas memang tak pantas dihargai hingga 25 ribu. Hingga sekitar tujuh jam berikutnya, nenek itupun menemukan pembeli stagennya.
Adalah ibu penjual kerupuk yang hendak pulang ke rumahnya. Karena kasihan, ia pun merelakan uang 20 ribu untuk dilego dengan stagen yang mungkin juga tak akan ia pakai. Si Nenek senangnya bukan kepalang, sementara si Ibu yang diberi uang karena telah mau jadi ‘juru selamat’ malah membagi-bagikan uang yang baru saja diperolehnya kepada sesama yang membutuhkan.
Bagiku, terlepas acara itu dibuat-buat atau memang aslinya demikian, peran si Ibu yang begitu peka meski ia hanyalah penjual kerupuk keliling yang uangnya juga tak cukup banyak adalah sejatinya juru selamat. Ia adalah si miskin yang kaya; seseorang yang bukannya tak mempedulikan diri dan keluarganya yang juga butuh uang, tapi lebih pada bagaimana ia mau mengaplikasikan semangat untuk berbagi kepada sesama dari kekurangannya, sebagai ungkapan syukur atas hidup yang memang ironisnya harus selalu dipandang sebagai sesuatu yang indah ini.
Selamat berakhir pekan!
Seperti biasa, postingan akhir pekan yang inspiratif mas DV.. btw salut deh mas DV masih berlangganan parabola demi terus memantau berita dari tanah air :)
Namun tentang si kaya dan si miskin, bagaimanapun seakan dua dunia yang ingin disatukan. Ada kalangan yang tidak sependapat, ada pula yang sependapat dengan mas DV. yang umumnya menjaga idealisme, hidup bukan soal materi sekalipun itu penting
postingan yang bagus (as usual), dari orang yang saya fikir sudah waras..
Wow!! again inspiring story!! ^^
ketika kalian berpikir bahwa kalian itu miskin, maka jadilah kamu merasa miskin –>>> wah betul bgt negh, you are what you think.
Miskin materi tetapi kaya hatinya… Ya sama kan kayak kisah si Maria yang seorang pelacur tetapi memberikan seluruh pendapatannya di Gereja (bener gak si ceritanya gitu?) hahaha…
Yang jangan sampe terjadi itu… Miskin materi tetapi kaya hutang >_< ; gawat.
persembahan seorang janda miskin yang memberi semua kepunyaannya lebih kaya daripada mereka yang memberi sebagian dari miliknya kan :)
font-nya ganti lageee… aku suka yang ini :)
sama aja dg “segalanya butuh uang,tapi uang bukanlah segalanya”
saya selalu suka tulisan2 mas DV,
salam kenal mas…
ENtah ya, acara minta tolong itu kurang menggugah hatiku, karena entah kenapa aku tetap merasa itu skenario.
Aku lebih suka dengar cerita langsung atau melihat langsung orang2 kecil yang rela menolong sesama. Dan memang benar sih, mereka yang miskin sebenarnya bisa lebih kaya dari si kaya. Saat aku di jalan, dari jauh aku lihat jendela sopir taxi terbuka dan dia menyodorkan 5rb utk pengemis yang lewat. Sampai aku berpikir, uangnya lebih sedikit tapi sepertinya dia ikhlas memberi.
Hidup parabola, Mas!! Gw juga penggemar parabola. Selain obat kangen, siaran di M’sia ini kan ga bagus2 (hihihi, langsung ditimpukin sama orang2 M’sia). Serasa nonton siaran TVRI jaman taun 90-an.
Btw acara Minta Tolong emang bagus ko. Dulu juga pernnah ada episode yang dia bahkan selain miskin juga cacat tubuhnya (ga ada kaki ga ada tangan) tapi masih ‘punya hati’ buat menolong sesamanya. Luar biasa!
Tapi dengan menganggap diri kita miskin kita akan berusaha untuk menjadi kaya dan berhemat.
Ini seperti fakta yang terjadi di Makedonia (yang miskin menderita lagi), tapi mau melakukan pelayanan kasih untuk umat Allah di Yerusalem yang kekurangan dari pada orang Korintus (yang kaya dan makmur), tapi kurang peka batin terhadap yang kekurangan. Makedonia ternyata miskin tapi kaya; sedangkan Korintus, kaya tapi miskin. Hahahaha…..
Salam kekerabatan.
Miskin harta tidak apa apa asal tidak miski jiwa :p
Sesuatu yang indah manakala kita dapat berbagi ke sesama,namun kadang nafsu yang menggelora menutupi hati dan kebijakan .
Kunjungan balik Mas…kapan pulang ke Jogja…?
sepakat sob…itu juga jadi acara favorit saya…sampai sekarang saya penasaran itu asli atau nggak. Karena karakter orang-orang di acara itu sering bikin saya takjub
acara seperti ini memang cukup membuat kita terenyuh, cukup menginspirasi. Terlepas dari adegan/kejadian itu beneran atau direkayasa, tapi kenyataannya kejadian seperti itu realita.
Kadang kala, bukan orang kaya yang merasa rela untuk menolong orang yang lebih miskin darinya ya Pak? Tapi justru orang yang sama miskinnya, yang mengerti bagaimana susahnya hidup di dalam kemiskinan itu sendiri, yang dengan rela akhirnya mau membantu sesamanya..
Banyak orangyang secara materi kaya, namun sesungguhnya dia miskin disaat dia tidak bisa memberikan sesuatu kepada yang lain.
kaya miskin kan hanya istilah…seng bener-bener nyata ki yo…cukup po kurang? iso mangan po ra? yo ra? ;)
Setuju Don, intinya bersyukur…
kekayaan ada di hati, dan bagaimana mensikapi apa yg ada…
Jd inget kisah di Burung Berkicau-nya Anthony de Mello:
Usahawan kaya dari kota terkejut menjumpai nelayan di pantai sedang berbaring bermalas-malasan di samping perahunya, sambil mengisap rokok.
‘Mengapa engkau tidak pergi menangkap ikan?’ tanya usahawan itu.
‘Karena ikan yang kutangkap telah menghasilkan cukup uang untuk makan hari ini,’ jawab nelayan.
‘Mengapa tidak kau tangkap lebih banyak lagi daripada yang kau perlukan?’ tanya usahawan.
‘Untuk apa?’ nelayan balas beitanya.
‘Engkau dapat mengumpulkan uang lebih banyak,’ jawabnya. ‘Dengan uang itu engkau dapat membeli motor tempel, sehingga engkau dapat melaut lebih jauh dan menangkap ikan lebih banyak. Kemudian engkau mempunyai cukup banyak uang untuk membeli pukat nilon. Itu akan menghasilkan ikan lebih banyak lagi, jadi juga uang lebih banyak lagi. Nah, segera uangmu cukup untuk membeli dua kapal … bahkan mungkin sejumlah kapal. Lalu kau pun akan menjadi kaya seperti aku.’
‘Selanjutnya aku mesti berbuat apa?’ tanya si nelayan.
Selanjutnya kau bisa beristirahat dan menikmati hidup,’ kata si usahawan.
‘Menurut pendapatmu, sekarang Ini aku sedang berbuat apa?’ kata si nelayan puas.
Lebih bijaksana menjaga kemampuan untuk menikmati hidup seutuhnya daripada memupuk uang.
itulah repotnya, mas don. banyak orang kaya –bisa dilhat secara lahiriah, kan?– yang ndak peduli pada sesamanya yang menderita. eh, ternyata masih ada juga orang yang hidup pas2an, malah sangat care dan punya kepekaan terhadap nasib sesamanya yang butuh pertolongan. zaman pancen wis kuwalik-walik.
Betul Don, perasaan kaya atau miskin itu hanya di hati kita….
Karena orang kayapun masih merasa kurang terus..
Sedang yang biasa-biasa saja, karena selalu bersyukur kehidupannya akan aman tenteram
wah saya kemarin sebetulnya ingin menulis posting begini,
waktu itu saya nonton seri dimana seorang ibu penyapu jalanan tiba-tiba harus pulang karena dikabari anaknya sakit keras. Dan untuk mencari ongkos pulang si ibu mencari tolong dengan menawarkan sapu lidinya seharga Rp.25.000.
Anehnya nggak ada yang mau nolong, sampai akhirnya seorang ibu pengamen jalanan yang sebetulnya bahkan cacat, rela menolong si ibu tadi.
Pikiran saya sempet nggak percaya, kenapa yaa … yang kelihatannya miskin sekali malah yang rela ikhlas menolong .. bingung aku.
anyway .. kalau kemarin saya posting topik begini bisa jadi hatrick “old soldier never dies?” hahahaha