
Masih ingat cerita tentang cangkir blirik-ku yang borot dalam postingan minggu lalu? Kalau kalian baca, dalam salah satu paragraf di sana kutulis begini, “Si Blirik kupensiunkan meski atas nama kenangan ia tetap akan ada di sini entah nanti hendak kuapakan.”
Nggak sampai seminggu, aku berkeputusan tentang apa yang akan kulakukan pada Si Blirik! Cangkir yang kubeli di Klaten pada bulan Maret 2015 saat aku menjenguk Mama yang kritis waktu itu akan kujadikan pot tanaman lalu kupajang di atas speaker meja kerjaku.
Gak nyangka sih bakal secepat itu realisasinya. Pikirku nanti-nanti aja tapi kebetulan hari Sabtu kemarin, pas anak-anak sibuk dengan aktivitas mereka, aku dan Joyce pergi jalan-jalan ke nursery alias toko/lahan penjual tanaman.
Niatan awal untuk jalan-jalan ke situ sebenarnya sedang mencari ide untuk tanaman yang akan kami tanam di halaman depan rumah. Nah, sambil looking-looking, tiba-tiba perhatianku jatuh pada Haworthias!
Apa itu haworthias?
Sebuah tanaman jenis succulent berasal dari Afrika Utara. Bentuknya kecil dan dua hal yang paling penting: ia bisa tumbuh di dalam ruangan dan… warnanya itu lho! Hijau dan putih! Selaras banget dengan Si Blirik yang juga hijau dan putih, kan!? Harganya pun tak lebih mahal dari harga dua gelas kopi… ya udah tanpa tunggu waktu lama langsung kubeli!
Sesampainya di rumah, aku mengambil Si Blirik, mengeluarkan simpanan tanah kebun yang kubeli untuk menanam succulent tempo hari dan segera memindah si Haworthias ke dalam Si Blirik!

Ah, aku jadi ingat komentar salah satu pembaca blogku beberapa waktu lalu, “Mas Donny sepertinya seorang penyayang barang ya?”
Well, aku menyayangi barang sebisa mungkin dengan tidak menimbulkan rasa lekat kepadanya tapi dengan memperpanjang usianya.
Si Blirik memang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsi utamanya sebagai alat untuk mencecap kopi dan teh. Tapi mulai Hari Sabtu lalu fungsinya sudah berubah jadi tempat hidup bagi Haworthias!
Eh btw baru sadar bahwa nama Haworthias itu dekat dengan nama almh Mama, Mbak Tyas :)
0 Komentar