Setiap pria +62 pasti maunya diladeni pasangannya?

30 Mei 2022 | Cetusan

Beberapa hari yang lalu ada postingan menggelitik.  Kira-kira begini bunyinya, “Pria +62 adalah pria-pria yang maunya diladeni pasangannya meskipun pria itu sudah pernah tinggal di luar negeri atau bahkan di Mars (Planet Mars) sekalipun..”

Aku mematahkan persepsi itu. 
Aku pria +62 yang tinggal di Australia.
Aku tidak suka diladeni pasanganku.
Bukan karena tinggal di luar negeri tapi karena sejak dulu aku memang tidak suka diladeni.

Padahal lingkunganku dulu kebanyakan seperti itu; menemui pria-pria yang terbiasa dan menikmati untuk diladeni pasangannya.

Alm. Papa salah satunya. Teh panas manis dan kudapan, disediakan almh. Mama.

Makan siang, makan malam, disediakan bahkan diambilkan porsinya almh. Mama. Bahkan mau mandi, handuk bersih dan celana dalam juga disediakan almh. Mama.

Teman-teman sepantaranku di Indonesia yang sudah menikah pun dulu juga ada yang demikian.

Waktu aku main ke rumahnya, temanku yang pria bilang, “Say, bikinin teh dong! Don, mau teh juga?”

Atau waktu makan malam di warung bersama mereka, “Kecapnya ditambahin nggak?” tanya sang istri sambil mengangkat botol kecap yang hendak diarahkan ke muka.. eh mangkuk makanan suaminya.

Lalu kenapa aku tidak suka diladeni?
Karena aku bisa dan lebih suka mengerjakan sendiri.

Aku bisa bikin teh sendiri. Bikin telor sendiri. Bikin mie instant sendiri. Ambil handuk sendiri. Ambil celana dalam sendiri. Aku bisa setrika sendiri. Aku bisa menyemir sepatuku sendiri.

Kalau ada hal yang tak bisa kukerjakan, misalnya memasak, aku lebih suka membeli makanan daripada menyuruh bini. Bukan karena masakan istriku tidak enak tapi karena label ‘menyuruh’ itu membuat telingaku geli sendiri…

Lalu kapan atau apa yang membuat aku tak mau dliadeni mengingat alm Papaku sendiri senang diladeni almh Mamaku dulu?

Entah, tapi aku yakin semua terjadi secara berangsur-angsur. Bahkan sejak SD pun aku sadar aku nggak suka diladeni.

Pernah waktu kelas 6, aku sakit dan tidak masuk sekolah sekitar tiga hari lamanya. Di hari ketiga, serombongan teman-teman cewek kelas datang ke rumah tanpa diundang! Mereka membawa bingkisan kue dan buah. Sesampainya di rumah, salah satu dari mereka membantu Mama untuk membuatkan teh untukku. Aku nggak suka, aku memilih pergi naik sepeda ke rumah Bondan, teman dekatku. Sementara Mama yang menemui mereka entah untuk berapa lama karena ketika aku pulang, mereka sudah tidak ada di tempat.

Tapi bukankah istrimu ingin menunjukkan loyalitasnya dengan melayanimu seperti itu?

Nggak juga! Sejak awal aku memilih istri yang merasa tidak harus menunjukkan loyalitasnya kepadaku melalui cara-cara seperti itu. Istriku, sebagaimana aku loyal pada janji pernikahan yang pernah kami ucapkan dulu di hadapan Tuhan :)

Tulisan ini kubuat bukan untuk mengatakan bahwa diladeni/meladeni  pasangan adalah hal yang buruk.

Tulisan ini kubuat semata untuk mematahkan persepsi yang menyatakan bahwa Pria +62 adalah pria-pria yang maunya diladeni pasangannya meskipun pria itu sudah pernah tinggal di luar negeri atau di Mars (Planet Mars) sekalipun.. itu saja :)

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.