Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”
(Lukas 4:43)
Dari Kabar Baik hari ini (Lukas 4:38 – 44) kita jadi tahu bahwa ketika Yesus membuang kuasa setan dari dalam diri seseorang, ketika Ia menyembuhkan sakit penyakit, itu bukan untuk ego diri mereka yang disembuhkan tapi demi penyebaran Injil.
Lalu apakah itu berarti Tuhan tidak sayang kepada yang lain yang tidak disembuhkanNya? Apakah Ia pilih kasih? Apakah Ia tak bisa menyembuhkan semuanya sekaligus, toh Ia Tuhan?
Tentu tidak demikian.
Aku memandangnya sebagai hal bahwa untuk dicintai Tuhan kadang kita tidak perlu disembuhkan! Atau dari sudut yang lain lagi, ketika kita tidak/belum disembuhkan itu bukan berarti kita tidak dicintaiNya!
Selain isu pernikahan sejenis yang sedang dipertimbangkan legalisasinya melalui voting pada warga negaranya, publik Australia juga sedang bergunjing tentang legalisasi euthanasia, suntik mati. Beberapa pihak menginginkan supaya pemerintah melegalkan permintaan untuk mati bagi seseorang yang sudah sangat menderita karena sakit yang barangkali sudah dirasa tak tertahankan dan berkepanjangan.
Tentu hal ini bertentangan dengan ajaran Tuhan karena kematian, sebagaimana kelahiran ada di tanganNya, bukan di tangan manusia. Penderitaan atas sakit adalah tantangan seperti halnya Yesus yang setia memanggul salib dari Yerusalem ke Golgota.
Penderitaan yang sebenarnya tak hanya sakit penyakit fisik tapi juga hempasan ekonomi, krisis keluarga dan lain sebagainya itu justru kita percaya ketika kita menghadapinya dengan sekuat tenaga hingga akhir akan jadi silih atas segala dosa dan di sisi lain sekaligus jadi bentuk kesaksian bagi dunia bahwa mengimani Yesus itu tak hanya mengimani ketika kita sehat, bahagia dan sejahtera tapi juga saat sakit, sedih dan bahkan saat kita merasa jadi orang paling sial dan termiskin di dunia.
Mt Buller, 6 September 2017
0 Komentar